A.    Definisi
Peradangan pankreas, yang hampir selalu berkaitan dengan cedera sel asinus, disebut pancreatitis. Secara klinis dan histologis, pancreatitis memperlihatkan suatu spectrum, baik dalam durasi maupun keparahan. Pankreatitis akut ditandai dengan nyeri abdomen mendadak akibat nekrosis dan peradangan enzimatik pada pancreas. Biasanya terjadi peningkatan kadar enzim pancreas dalam darah dan urine ( Robbins, 2007 : 712 ).
Menurut Dr. Hanum  (2010) pada salah satu artikelnya, pancreatitis akut yaitu peradangan akut pankreas akibat proses autodigestive oleh karena aktifasi premature zimogen menjadi enzim proteolitik dalam pancreas.
Pankreatitis Akut merupakan reaksi peradangan pankreas, secara klinis ditandai nyeri perut akut dengan kenaikan enzim dalam darah dan urin (Alfan’s Blog, 2010).
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang ditandai autodigesti pancreas oleh enzim pancreas. Sel-sel pancreas mengalami cedera atau kematian sehingga terbentuk daerah nekrosis dan pendarahan.  Stimulasi sistem imun dan  imflamasi menyebabkan pancreas mengalami edema dan pembengkakan ( Corwin, Elizabeth J, 2009:643).
Kesimpulan, pankreatitis akut adalah peradanagn atau kerusakan yang terjadi pada pankreas yang di sebabkan oleh autodisgestive, atau kerusakan sel-sel pankreas yang ditandai dengan adanya rasa nyeri yang datang secara mendadak.

B.     Etiologi
Ada banyak faktor yang menyebabkan pankreatitis akut, tetapi yang paling sering ditemukan adalah alkoholisme (utama), gangguan traktus bilier ( kedua), kolelitiasis dan kolelistisis. Pankreatitis akut dapat terjadi akibat penyumbatan duktus pankreatikus, biasanya disebabkan batu empedu di duktus billiaris komunis.  Hiperlipidemia adalah faktor resiko untuk perkembangan pankreatitis. Hiperlipidemia dapat menstimulasi secara berlebihan pelepasan enzim-enzim pankreas, atau berperan menyebabkan terbentuknya batu empedu.  Mumps (gondongan), obat-obat tertentu, trauma operasi, dan karsinoma pancreas merupakan penyebab lainnya (Pradip R. Patel, 2007:149).
Faktor etiologi pada pancreatitis akut ( Robbins, 2007:713) :
1.      Metabolik
a.       Alkohol
b.      Hiperlipoproteinemia (kebanyakan lipoprotein/ perakitan biokimia yang berisi protein dan lemak, dalam darah)
c.       Hiperklasemia (kadar kalsium darah yang tinggi)
d.      Obat (misal, diuretik tiazida)
e.       Genetik
2.      Mekanis
a.       Batu empedu
b.      Cedera traumatik
c.       Cedera perioperasi
3.      Pembuluh darah
a.       Syok
b.      Atero embolus (penyumbatan arteri pada emboli)
c.       Poliarteritis nodosa
4.      Infeksi
a.       Parotitis
b.      Coxsackievirus
c.       Mycoplasma pneumoniae
C. Patofisiologi
       Pankreas akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti didalam kelenjar akibat aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel sekretor pankreas (asinar), sistem saluran atau ruang interstinal. Gangguan sel asini pankreas dapat terjadi karena beberapa sebab :
1.   Obstruksi duktus pankreatikus.  Penyebab tersering obstruksi adalah batu empedu kecil (microlithiasis) yang terjebak dalam duktus.  Sebab lain adalah  karena plug protein (stone protein) dan spasme sfingter  Oddi pada kasus pankreatitis akibat konsumsi alkohol,
2.   Stimulasi hormone cholecystokinin  (CCK)   sehingga   akan   mengaktivasi   enzim pankreas. Hormon CCK terstimulasi akibat diet  tinggi   protein    dan   lemak (hipertrigliseridemia) dapat juga karena alkohol,
3.   Iskemia sesaat dapat meningkatkan degradasi enzim  pankreas.  Keadaan   ini dapat terjadi  pada   prosedur operatif atau karena aterosklerosis pada   arteri  di pankreas
Terdapat dua bentuk anatomis utama yaitu:
1.        Pankreatitis Akut Interstisial. Secara makroskopik pankreas membengkak secara difus dan pucat. Tidak terdapat nekrosis atau perdarahan, bila ada, minimal sekali. Secara mikroskopik, daerah interstisial melebar karena adanya edema ekstrasel, disertai sebaran sel leukosit PMN. Saluran pankreas diisi bahan purulen. Tidak didapatkan destruksi asinus.
2.       Pankreatitis Akut Nekrosis Hemoragik. Secara makroskopik, tampak nekrosis jaringan pankreas (lemak di tepi pankreas, parenkim) disertai perdarahan dan inflamasi yang dapat mengisi ruang retroperitoneal. Bila penyakit berlanjut, tampak abses dan timbulnya bakteri di jaringan nekrosis yang berdinding (abses purulen). Secara mikroskopik, adanya nekrosis lemak dan jaringan pankreas, kantong infiltrat yang meradang dan berdarah. Pembuluh darah di dalam dan di sekitar daerah nekrotik menunjukkan kerusakan mulai dari inflamasi perivaskular, vaskulitis, dan trombosis pembuluh darah. Bentuk pankreatitis ini lebih fatal dibanding pankreatitis akut interstisial.
Pankreatitis akut juga merupakan penyakit sistemik yang terdiri dari dua fase :
1. Fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut sindrom respon inflamasi sistemik atau systemic inflamatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam. Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti infeksi.
2. Fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multi organ, yang biasanya dimulai pada awal minggu kedua. Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis.
D.      Manifestasi Klinis
Gejala pankreatitis akut dapat ringan sehingga ditemukan konsentrasi enzim pankreas dalam serum atau dapat menjadi berat dan fatal. Rasa nyeri timbul tiba-tiba di epigastrium (tersering), kadang agak ke kiri atau  kanan; rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, perut dan abdomen bawah; terus-menerus, makin bertambah dan berhari-hari; bisa disertai mual-muntah serta demam; kadang terdapat tanda kolaps kardiovaskular, renjatan dan gangguan pernapasan. Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan perut bagian atas karena rangsangan peritoneum, tanda peritonitis, adanya massa pada bagian pankreas yang membengkak dan infiltrat radang,  meteorismus abdomen pada 70-80% kasus pankreatitis akut. Suhu tinggi menunjukkan kemungkinan kolangitis, kolesistitis, atau abses pankreas. Ikterus pada sebagian kasus, kadang asites seperti sari daging dan mengandung amilase dan efusi pleura pada sisi kiri.

E.       Komplikasi
1.         Lokal
a.    Plegmon pankreas
b.    Abses pankreas
c.    Pseudokista pankreas : nyeri, ruptur, pendarahan, infeksi.
d.   Asites pankreas
e.    Ikterus obstruktif
f.     Keterlibatan organ yang berdekatan oleh pankreatitis yang mengalami nekrosis.
2.         Sistemis
a.    Pulmoner
b.    Kardiovaskuler
c.    Hematologi
d.   Perdarahan pada saluran pencernaan
e.    Ginjal
f.     Metabolik
g.    Sistem saraf pusat
h.    Emboli lemak

 F.       Pemeriksaan Penunjang
1.      Leukositosis, Bilirubin dan alkalifosfate, jika ada obstruksi. (pada bilirubin serum terjadi pengikatan umum {mungkin di sebabkan oleh penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledukus})
2.      Tes bentiromide merupakan tes indirect terhadap sekresi kapasitas pankreas.
3.      Tes urin (volume urin meningkat dalam 2-3 hari setelah terinfeksi)
4.      CT-Scan ( menentukan luasnya edema dan nekrusis)
5.      ERCP (Endescopyc retrogred cholangeopancreatography)
6.      Ultrasound abdomen (dapat di gunakan untuk mengidentifikasi inflamasi pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksitraktus bilier).
7.      Endoskopi (penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula, penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankres) catatan : prosedur ini di kontra indikasikan pada fase akut.
8.      Amilase serum meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas ( kadar normal tidak menyingkirkan penyakit)

G.      Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan siklus aktivasi enzim pankreas dengan inflamasi dan nekrosis kelenjar. Tetapi definitif ditujukan pada penyebab gangguan. Prioritas medis untuk penatalaksanaan pendukung dari pankreatitis akut termasuk sebagai berikut:
1. Penggantian cairan dan elektrolit
                               Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis akut. Larutan yang diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah koloid atau ringer laktat. Namun dapat pula diberikan plasma segar beku atau albumin. Tanpa memperhatikan larutan mana yang dipergunakan. Penggantian cairan digunakan untuk memberikan perfusi pankreas, yang hal ini diduga mengurangi perkembangan keparahan rasa sakit. Ginjal juga tetap dapat melakukan perfusi dan ini dapat mencegah terjadinya gagal ginjal akut. Pasien dengan pankreatitis hemorragia kut selain mendapat terapi cairan mungkin juga membutuhkan sel-sel darah merah untuk memulihkan volume. Pasien dengan penyakit parah yang mengalami hipertensi, gagal memberikan respon terhadap terapi cairan mungkin membutuhkan obat-obatan untuk mendukung tekanan darah. Obat pilihannya adalah dopamin yang dapat dimulai pada dosis yang rendah (2-5 ug/kg/menit). Keuntungan obat ini adalah bahwa dosis rendah dapat menjaga perfusi ginjal sementara mendukung tekanan darah. Pasien hipokalsemia berat ditempetkan pada situasi kewaspdaan kejang dengan ketersediaan peralatan bantu nafas. Perawat bertanggung jawab untuk memantau kadar kalsium, terhadap pemberian larutan pengganti dan pengevaluasian respon pasien terhadap kalsium yang diberikan. Penggantian kalsium harus didifusikan melalui aliran sentral, karena infiltrasi perifer dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Pasien juga harus dipantau terhadap toksisitas kalsium. Hipomagnesemia juga dapat timbul bersama hipokalsemia dan magnesium yang juga perlu mendapat penggantian. Koreksi terhadap magnesium biasanya dibutuhkan sebelum kadar kalsium menjadi normal. Kalium adalah elektrolit lain yang perlu diganti sejak awal sebelum regimen pengobatan karena muntah yang berhubungan dengan pangkreatitis akut. Kalium dalam jumlah yang berlebihan juga terdapat dalam getah pankreas. Kalsium harus diberikan dalam waktu lambat lebih dari satu jam lebih dengan menggunakan pompa infus. Pada beberapa kasus, hiperglikemia dapat juga berhubungan dengan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit lainnya. Mungkin diperintahkan pemberian insulin lainnya dengan skala geser, insulin ini perlu diberikan dengan hati-hati, karena kadar glukagon sementara pada pankreatitis akut (Hudak dan Gallo, 1996).
http://www.hudakgallo.bloger.com

2. Pengistirahatan pancreas
                               Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis akut untuk menekan sekresi eksokrin pankreas dengan pencegahan pelepasan sekretin dari duodenum. Mual, muntah dan nyeri abdomen dapat juga berkurang bila selang nasogastric ke suction lebih dini dalam perawatan. Selang nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus, distensi lambung berat atau penurunan tingkat kesadaran untuk mencegah komplikasi akibat aspirasi pulmoner. Puasa ketat (tak ada masukan peroral) harus dipertahankan sampai nyeri abdomen reda dan kadar albumin serum kembali normal. Namun parenteral total dianjurkan untuk pasien pankreatitis mendadak dan parah yang tetap dalam status puasa jangka panjang dengan suction nasogastrik dengan illeus paralitik, nyeri abdomen terus-menerus atau komplikasi pankreas. Lipid tidak boleh diberikan karena dapat meningkatkan kadar trigliserida lebih jauh dan memperburuk proses peradangan. Pada pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral biasanya dapat dimulai kembali dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat sesuai toleransi. Status puasa yang diperpanjang dapat menyulitkan pasien. Perawatan mulut yang sering dan posisi yang sesuai serta memberikan pelumasan pada selang nasogastric menjadi penting dengan mempertahankan integritas kulit dan memaksimalkan kenyamanan pasien. Dianjurkan tirah baring untuk mengurangi laju metabolisme basal pasien. Hal ini selanjutnya akan mengurangi rangsangan dari sekresi pankreas (Hudak dan Gallo, 1996).

3. Penatalaksanaan nyeri
Analgetik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun untuk mengurangi rangsangan saraf yang diinduksi stress atau sekresi lambung dan pankreas. Meferidan (dimerol) digunakan menggantikan morfin karena morfin dapat menginduksi spasme sfingter oddi (Sabiston, 1994).

4. Pencegahan komplikasi
 Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan. Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).

- Diet : Tinggi kalori tinggi protein rendah lemak (Barabara C. long, 1996).
- Pemberian enzim pankreas :  pankreatin (viakose), pankrelipase (cotozym), pankrease (Barbara C. long, 1996).
- Fiberoscopy dengan kanulisasi dan spingterotomi oddi (Barbara C. long,1996).

5. Intervensi bedah
Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang menyertai penyakit batu empedu. Jika kolesistisis atau obstruksi duktus komunistidak memberikan respon terhadap terapi konservatif selama 48 jam pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus komunis.mungkin diperlukan untuk memperbaiki perjalanan klinik yang memburuk secara progresif. Sering adanya kolesistisis gangrenosa atau kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu singkat dan intervensi yang dini mungkin diperlukan, tetapi pada umumnya terapi konservatif dianjurkan sampai pankreatitis menyembuh, dimana prosedur pada saluran empedu bisa dilakukan dengan batas keamanan yang lebih besar (Sabiston, 1994).
H.    Tanda dan Gejala
1.      Nyeri
Hambir stiap penderita mengalami nyeri yang hebat di bagian perut atas kiri. Nyeri sering menjalar ke punggung. Kadang nyeri pertama bisa di rasakan di bagian perut bawah. Nyeri ini biasanya timbul secara tiba-tiba dan mencapai intensitas maksimumnya dalam beberapa menit. Nyeri biasanya berat dan menetap selama beberapa hari. Bahkan dosis besar dari suntikan norkotik pun sering tidak dapat mengurangi rasa nyeri ini. Batuk, gerakan yang kasar dan pernapasan yang dalam, bisa membuat nyeri semakin memburuk. Duduk tegak dan bersandar kedepan bisa membantu meringankan rasa nyeri.
2.      Mual dan muntah
Sebagian besar penderita, merasakan mual dan muntah. Penderita pankreatitis akut karena alkoholisme, bisa tidak menunjukan gejala lainnya, selain nyeri yang tidak terlalu hebat.
3.      Denyut nadinya cepat (100-140 denyut/ menit)
4.      Pernapasannya cepat dan dangkal
5.      Pada awalnya,suhu tubuh bisa normal, namun meningkat dalam beberapa jam sampai 37,8 hingga 38,8’C
6.      Tekanan darah bisa tinggi atau rendah, namun cenderung turun jika orang tersebut berdiri dan bisa menyebabkan pingsan.
7.      Kadang kadang bagian putih mata (sklera) tampak ke kuningan.
8.      20% penderita pankreatitis akut mengalami bebrapa pembengkakanpada perut bagian atas. Pembengkakan ini bisa terjadi karena terhentinya pergerakan isi lambung dan usus (keadaan yang di sebut ileus gastrointestina atau karena pankreas yang meradang tersebut membesar dan mendorong ke lambung ke depan.
9.      Bisa juga terjadi pengumpulan cairan dalam rongga perut (asites). Pada pankreatitis akut yang berat (pankreatitis nekrotisasi), tekanan darah bisa turun, mungkin menyebabkan shock. Pankreatitis akut yang berat nisa berakibat fatal.

DAFTAR PUSTAKA

    Batticaca,fransiskca B. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Metabolisme. Jakarta; Salemba Medika.
     Elizabeth,J. Corwin. 2009.Buku Saku Fatofisiologi. Jakarta
     Patel, pradip R; alih bahasa, vidhia umami. 2007. Radiologi. Erlangga. Jakarta
     Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC

0 comments :

Post a Comment