PENGERTIAN
Anafilaksis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis berarti menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.

ETIOLOGI
1.        Alergi obat
2.        Alergi makanan
3.        Gigitan/sengatan serangga

TANDA dan GEJALA
1.        Batuk
2.        Gatal di seluruh tubuh
3.        Kesulitan dalam bernafas
4.        Penurunan tekanan darah
5.        Pusing, berbicara tidak jelas
6.        Mual, muntah dan kulit kemerahan
7.        Jantung berdebar – debar (palpitasi)
8.        Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku

PATOFISIOLOGI
Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi gangguan pernapasan dan timbul gejala – gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram, muntah dan diare. Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah (menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesan cairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (menyebabkan penurunan volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembes ke dalam kantung udara di paru – paru dan menyebabkan edema pulmoner. Seringkali terjadi urtikaria dan angioedema. Angioedema bisa cukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan.

KOMPLIKASI
1.        Henti jantung (cardiac arrest)
2.        Relaps jantung dan pembuluh darah
3.        Kerusakan otak permanen akibat syok
4.        Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian)
5.        Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan

PEMERIKSAAN DIAGNOTIK
1.        Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit yaitu dengan uji cukit, uji gores dan uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri.
2.        Analisa gas darah, elektrolit dan gula darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, EKG serta rontgen thorak.

MANAGEMENT PENATALAKSANAAN
1.        Hentikan antigen penyebab, beri antihistamin
2.        Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala
3.        Pemberian adrenalin 1:1000 ( 1 mg/ml)
4.        Pasang infus untuk mengatasi hipovolemia dan tanda kolaps vaskuler
5.        Bebaskan jalan nafas kalau perlu pasang intubasi endotrakeal
6.        Pemberian oksigen 5 – 10 L/mnt, bila perlu bantuan pernafasan

PENGKAJIAN
1.        Aktifitas/ istirahat
Gejala    :  merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena adanya rasa takut, sesak, lemas dan pusing serta gatal/pruritus.
Tanda    :  gangguan ada tungkai (kesemutan), rasa gatal pada kulit tangan dan kepala.
2.        Kardiovaskuler
Gejala    :  Palpitasi, takikardia, hipotensi, renjatan dan pingsan
Tanda    :  Pada EKG ditemukan aritmia, T mendatar atau terbalik, fibrilasi  ventrikel sampai asistol.
3.        Integritas Ego
Gejala    :  perasaan tidak berdaya, putus asa
Tanda    :  emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira. Kesulitan untuk mengekspresikan diri.    
4.        Makanan/cairan
Gejala    :  mual, muntah, sakit perut dan dapat terjadi diare.
5.        Neurosensori
Gejala    :  sinkope/pusing, kesemutan
Tanda    :  tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma, disorientasi, halusinasi dan kejang.
6.        Nyeri/kenyamanan
Gejala    :  sakit kepala (pusing), sakit di bagian perut, gatal pada mata dan kulit.
7.        Pernapasan
Gejala    :  rinitis, bersin, gatal di hidung, batuk, sesak, suara serak, gawat nafas, takipnea samoai apnea.
8.        Interaksi Sosial
Tanda    :  ketidakmampuan untuk berkomunikasi akibat berbagai gangguan pada tubuh, seperti gatal, sesak dan rasa takut

DIAGNOSA KPERAWATAN
1.        Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi, , gigitan serangga dan pruritus
2.        Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak, takipnea.
3.        Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan mual; muntah, diare.
4.        Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala, ketegangan.
5.        Defisit Volume cairan tubuh berhubungan dengan mual; muntah, diare, intrake kurang.
6.        Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, gatal diseluruh tubuh.
7.        Kurang pengetahuan mengenai kondisi/penyakit berhubungan dengan kurang pemajanan dan kesalahan interpretasi informasi

INTERVENSI
1.        Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi, gigitan serangga dan pruritus
Intervensi :
a.         Kaji kondisi kulit setiap hari, catat warna dan adanya lesi pada kulit dan amati perubahannya.
R : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
b.         Pertahankan personal hygiene kulit, mis; membasuh kemudian keringkan dengan hati-hati lakukan penggunaan lotion/krim
R : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit sebagai ganti menggaruk u/ menurunkan resiko trauma dermal pada kulit.
c.         Gunting kuku secara teratur
R : Kuku yang panjang/kasar dapat meningkatkan resiko kerusakan dermal.
d.        Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. 
R : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
e.         Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung allergen
R : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
2.        Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak, takipnea.
Intervensi :
a.         Identifikasi penyebab/factor pencetus.
R : Identifikasi ini dapat memberikan informasi sebagai dasar dalam menetapkan intervensi selanjutnya.
b.          Monitor fungsi respirasi dan kaji tanda-tanda vital.
R : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi akibat stress fisiologi dan dapat menunjukkan terjadinya syok.
c.         Auskultasi bunyi nafas, misalnya berkurang/hilangnya bunyi nafas dilobus/segmen tertentu.
R : Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh bagian paru.
d.         Berikan posisi semi fowler/tinggikan tempat tidur bagian kepala.
R : Posisi membantu memaksimalkan ekdspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.
e.          Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi.
R : Alat dalam menurunkan kerja nafas, meningkatkan penghilang distress respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia.
3.         Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan mual; muntah, diare.
Intervensi :
a.         Pantau masukan makanan setiap hari
R : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi.
b.         Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
R : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
c.         Berikan makan dalam porsi/jumlah yang kecil dan dalam waktu yang sering dengan teratur.
R : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan meningkatkan kerjasama pasien saat makan
d.        Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), dan Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Kolaborasi:
1)        Konsultasi dengan ahli gizi dan berikan Vitamin
R : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi sesuai umur dan berat badan.
4.        Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala, ketegangan.
Intervensi :
a.         Bantu klien Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
R : Lingkungan yang tenang dapat memberikan ketenangan untuk tidur
b.         Atur posisi tidur senyaman mungkin.
R : Membantu menginduksikan tidur
c.         Kaji pola kebiasaan tidur klien.
R : Mengidentifikasi intervensi yang tepat
d.        Instruksikan tindakan relaksasi
R : Membantu menginduksi tidur klien.
e.         Hindari gangguan terhadap pasien bila mungkin
R : Tidur tanpa gangguan dapat menimbulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak bisa tidur kembali bila telah terbangun.
f.          Penatalaksanaan pemberian obat sedative, hipnotik sesuai indikasi.
R : Membantu/memudahkan pasien untuk memenuhi istirahat/tidurnya.
5.        Defisit Volume cairan tubuh berhubungan dengan mual; muntah, diare, intrake kurang.
Intervensi :
a.         Kaji kemungkinan adanya tanda-tanda dehidrasi serta catat intake dan output
R : Membran mukosa dan kulit yang kering menunjukkan adanya tanda dehidrasi. Memantau input dan haluaran memberikan informasi tentang keseimbangan cairan tubuh.
b.         Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)
R : Hipotensi, takikardi dan demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.
c.         Anjurkan klien tetap mempertahankan intake peroral yaitu makan dan minum sedikit-sedikit tapi sering
R ; Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi/cairan, dan menghindari terjadinya distensi abdomen.
d.        Catat dan laporkan adanya mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung
R : Kehilangan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara pemberian cairan/nutrisi
e.         Lakukan pemberian cairan (infuse/IV)
R : Mengembalikan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh
6.        Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, gatal diseluruh tubuh.
Intervensi :
a.         Bantu klien mengekspresikan perasan marah, kehilangan dan ketakutan.
R : Ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.
b.         Kaji tanda verbal dan nonverbal didampingi klien dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.
R : Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah.
c.         Lakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan dan beri lingkungan yang tenang serta suasana penuh istirahat.
R : Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
d.        Tingkatkan kontrol sensasi klien.
R : Memberikan informasi tentang keadaan klien.
e.         Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
R : Orientasi dapat menurunkan ansietas.
f.          Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kecemasannya.
R : Mengurangi ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
7.        Kurang pengetahuan mengenai kondisi/penyakit berhubungan dengan kurang pemajanan dan kesalahan interpretasi informasi
Intervensi :
a.         Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat tentang : Faktor risiko, faktor pencetus, perawatan tindak lanjut dirumah
R : Perlu untuk pembuatan rencana instruksi individu, mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman dan memberikan penjelasan
b.         Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi misalnya leaflet tentang: Faktor risiko, Faktor pencetus, Perawatan tindak lanjut dirumah.
R : Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan penyerapan materi.
c.         Dorong penguatan faktor risiko, pembatasan diet, aktifitas seksual dan gejala yang memerlukan perhatian medis
R : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mencakup informasi dan mengasumsi kontrol/partisipasi dalam program rehabilitasi
d.        Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat
R : Meningkatkan kemampuan koping dan meningkatkan penanganan dirumah dan penyesuaian terhadap kerusakan

0 comments :

Post a Comment