PENGENDALIAN ENDOKRIN
Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu.
Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.

HORMON
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol.

Mekanisme kerja hormon
1.      Sekresi endokrin
Sel endokrin mensekresi hormon→ hormon dialirkan ke darah → ditangkap oleh reseptor pada sel sasaran
2.      Neurosekresi
Badan sel saraf mensekresi hormon→ melalui akson hormon dialirkan melalui aliran darah → hormon ditangkap oleh reseptor pada sel sasaran
3.      Neurotransmisi
Badan sel saraf mengeluarkan sinyal → sehingga mempengaruhi sel sasaran melakukan sesuatu

Fungsi hormon:
1.      Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
2.      Mengendalikan proses-proses yang terjadi di dalam tubuh seperti proses pertumbuhan, perkembangan seksual dan proses metabolisme yang lain.
3.      Menjaga keseimbangan dalam tubuh atau disebut juga homeostasis.
4.      merespons stress pada tubuh secara tepat
Fungsi hormon dan saraf adalah sama, yaitu mengatur kinerja tubuh. Tetapi hormon mengatur kinerja tubuh dengan cara yang berbeda dengan saraf.

System kerja hormon
Kerja sistem endokrin lebih lambat dibandingkan dengan sistem saraf, sebab untuk mencapai sel target hormone harus mengikuti aliran sistem transportasi. Hormon bekerja sama dengan sistem saraf untuk mengatur pertumbuhan dan tingkah keseimbangan internal, reproduksi dan tingkah laku. Kedua sistem tersebut mengaktifkan sel untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan messenger kimia. Hormon bertindak sebagai pembawa pesan atau messenger kimia dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, dan mempengaruhi sel target yang ada di seluruh tubuh, dan selanjutnya sel target akan menerjemahkan pesan tersebut menjadi suatu tindakan.
Messenger kimia dalam sistem neuron adalah neurotransmitter. Neurotransmitter bergerak melalui celah sinapsis, hingga mencapai sel target. Sel target memiliki reseptor sebagai alat untuk mengenali impuls atau rangsangan. Ikatan antara reseptor dengan hormon di dalam atau di luar sel target, menyebabkan respon pada sel target.




    Pertambahan penduduk lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lansia baik terhadap individu maupun bagi keluarga dan masyarakat yang meliputi kesehatan fisik, biologis, mental social budaya, sosial ekonomi.
Kebudayaan mempengaruhi seseorang untuk mengikuti pola – pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik akan berpengaruh kepada cara berfikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, cara berperilaku yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tetapi dalam memenfaatkan pelayanan kesehatan. Keyakinan budaya memaknai pengalaman sehat dan sakit individu untuk menyesuaikan diri secara kultural dengan penyebab penyakit yang rasional, aturan dalam mengekspresi gejala, norma, interaksi, strategi mencari pertolongan dan menentukan hasil yang diinginkan (Harwood, 1998).
Kuatnya tradisi keluarga mempengaruhi pemanfaatn pelayanan kesehatan (Geersten, 1975). Pola – pola tingkah aku yang sudah terlembagaan dalam masyarakat akan mendorong kepada bentuk karakteristik tingkah laku yang sama, kesamaan ini mendorong kepada tipe kepribadian dasar keluarga lansia dalam memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan nilai yang dianut karena itu perlu pendekatan multi disiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia perlu menyiapkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan lansia.
Menurut penelitian Conie (1984), status sosial keluarga lansia dan sosial budaya masyarakat berpengaruh terhada pemanfaatn pelayanan kesehatan dan berpengaruh terhadap pemilihan fasilitas kesehatan yang memadai untuk kesehatan lansia.
Seirama dengan meningkatnya jumlah dan angka kesakitan lansia diperlukan peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan serta perawatnya, baik yang dilaksanakan oleh lansia itu sendiri maupun keluarga atau lembaga lain seperti PUSAKA (Pusat Santun Dalam Keluarga), Posyandu lansia, Panti Sosial Tresna Wedha, Sasa Tresna Werdha maupun yang dilaksanakan disarana pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (sekunder) dan sarana pelayanan kesehatan tingkat anjut (tersier) (Notoatmojo, 2007).
Adapun tujuan posyandu lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua uang bahagia dan berguna dalam keluarga serta masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan.   


B.      PENGERTIAN BUDAYA
Budaya berasal dari bahasa SansekertaBuddayah” yang berarti budi atau akal, bisa juga daya dari budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa (Koentjaraningrat, 1990).
Kebudayaan yaitu rancangan hidup yang tercipta secara historis baik ekplisit maupun imlisit, rasional. irasional yang ada pada waktu sebagai pedoman untuk perilaku manusia (Kluckhohn dan Kelly, dalam Kessing, 1992).
Budaya adalah suatu yang mengandung unsur pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, perilaku yang merupakan kebiasaan diwariskan. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Buddayah” yang meruapakan bentuk jamak dari “Buddi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut “Culture” yang berasal dari bahasa latin “Colere” yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa juga diartikan mengolah tanah atau bertani. Kata Culture juga kadang diterjemahkan sebagai ”kultur” dalam bahasa Indonesia (Kessing, 1992).
Istilah kultur mengacu pada warisan sosial masyarakat yang mempelajari pola pikir, merasa dan bertindak yang ditularkan dari generasi ke generasi berikutnya termasuk penggunaan pola – pola tersebut dalam sesuatu bersifat materi (Zanden 1990). 
Budaya dapat diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan non material. Kebudayaan material mengacu keada semua ciptaan masayarakat yang nyata dan kongkret, contohnya temuan – temuan arkeologi, pesawat, televisi dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan non material adalah ciptaan – ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, contohnya dongeng, cerita rakyat, lagu atau tarian tradisional.
Karakterisktik Budaya
Menurut Samovar dan Potter (1995) ada 6 karakterikstik budaya, yaitu :
1.      Budaya bukan keturunan tapi dipelajari. Jika seseorang anak lahir dan hidup di Amerika dari orang tua berkebangsaan Indonesia, maka tidaklah secara otomatis anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh orang tuanya.
2.      Budaya ditransfer dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Contohnya, upacara penguburan placenta pada masyarakat Jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal, tetapi menikuti perilaku nenek moyangnya.
3.      Budaya berdasarkan simbol. Untuk bisa mempeljari budaya orang memerlukan simbol, dengan simbol nanti kita dapat bertukar pikiran dan komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi kegenrasi berikutnya. Contoh, beberapa simbol yang mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada suku dayak, manik – manik, gelang yang semua itu menandakan simbol budaya tertentu.
4.      Budaya hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan adaptif sehingga rentan terhadap terhadap adanya perubahan. Misalnya, pada sekelompok masyarakat merayakan hari kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5.      Budaya bersiat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen yang lain. Misalnya, lingkungan sosial akan mempengaruhi perilaku seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut.
6.      Budaya etnosentris, adanya anggapan bahwa budaya kitalah yang paling baik diantara budaya – budaya yang lain. Suku Badui akan merasa budaya Badui yang benar, apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal itu terjadi pada kelompok suku yang lain juga.

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Arum.(2010).Buku Ajar Keperawatan Transkultural.Gosyen Publishing: Yogyakarta.


A.     GLIKONEOGENESIS
Glikoneogenesis adalah biosintesis glukosa atau glikogen dari senyawa – senyawa non karbohidrat, misalnya gliserol, asam laktat atau asam amino glikogenik. Gliserol secara terus menerus diproduksi oleh jaringan adipose.

B.      KETOGENESIS
Pada keadaan normal, sebagian besar asetil KoA yang terbentuk akan memasuki siklus krebs. Akan etapi, jika konsumsi karbohidrat sangat sedikit seperti pada kasus kelaparan atau diet ketat atau jika glukosa tidak dapat digunakan seperti pada diabetes mellitus, maka metabolisme lemak akan meningkat sebagai kompensasi kekurangan glukosa. Masuknya asetil KoA ke siklus krebs tergantung dari ketersediaan asam oksaloasetat yang mengubah asetil KoA menjadi asam sitrat. Defisit karbohidrat menyebabkan pembentukan asam oksaloasetat berkurang dan oksidasi lemak menjadi tidak lengkap. Selain itu oksidasi lemak untuk produksi energy akan menyebaban produksi asetil KoA yang terakumulasi dalam sel akan ditranspor ke hati, dimana terjadi konveri asetil KoA menjadi badan keton – aseton, asam asetoasemat dan betha hidroksibutirat. Proses ini disebut juga ketogenesis.

C.      METABOLISME GLIKOGEN
Metabolisme glikogen terjadi di dalam jaringan terutama hati dan otot, biasanya 12 – 18 jam setelah berpuasa simpanan glikogen di hari akan habis. Ada 2 peristiwa yang menyangkut metabilisme glikogen, yaitu :
1.      Glikogenesis yaitu pembentukan glikogen
Proses ini menyangkut proses fosforilasi dari glukoasa menjadi glukosa 6 – PO4, kemudian berubah menjadi glukosa 1 – PO4. Setelah itu glukosa 1 – PO4 bereaksi dengan UTP (Uridin Trifosfat) membentuk UDPG (Uridin Difosfat Glukosa). Melalui bantuan enzim glikogen sintetase akan membentuk glikogen.
2.      Glikogenolisis yaitu proses pemecahan glikogen menjadi glukosa
Pada proses ini glikogen akan berdegradasi langsung menjadi glukosa 1 – PO4 dengan bantuan enzim glikogen fosforilase, kemudian glukosa 1 – PO4 diubah menjadi glukosa 6 – PO4 dan berakhir dengan pembentukan glukosa.
Adapun hormon – hormon yang mengatur metabolisme glikogen antara lain :
1.      Insulin
Fungsinya yaitu mempercepat penggunaan glukosa oleh jaringan sehingga glukosa cepat hilang dari dalam darah untuk produksi energy, glikogen, lemak. Jadi, hormone ini berperan dalam proses glikogenesis.
2.      Efinefrin dan Glukagon
Fungsinya yaitu menstimulir glikogen fosforilase dan menekan glikogen sintetase menyebaban penurunan simpanan glikogen dan mempertinggi glukosa darah, sehingga berperan pada proses glikogenolisis.

DAFTAR PUSTAKA
Kusharto, Clara M dan Suhardjo.(1992).Prinsip – Prinsip Ilmu Gizi.Kanesius: Yogyakarta.
James, Joyce dkk.(2008).Prinsip – Prinsip Sains Untuk Kesehatan.Erlangga Medical Series.

Sumardjo, Damin.(2008).Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta.EGC: Jakarta.


A.    KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terletak di depan trakea, di bawah kartilago krikoid dan berbentuk seperti kupu – kupu dengan berat 20 – 40 gram. Kelenjar tiroid diperdarahi oleh arteri tiroid superior yang merupakan cabang dari arteri karotid eksterna dan arteri karotid inferior. Kelenjar ini memiliki dua lobus lateral yang dihubungkan oleh ismus sempit yang melintasi trakea tepat di bawah tulang rawan krikoid. Masing – masing lobus mempunyai ketebalan kurang lebih 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjang 4 cm.
Secara mikroskopis, lobus tiroid mempunyai 3 jenis sel yaitu folikel, sel folikuler dan sel parafolikuler. Sel folikel berfungsi sebagai tempat menyimpan dan menyediakan bahan – bahan produksi hormon tiroid seperti yodium, protein yang disebut triglobulin. Sel folikuler menghasilkan hormon Tiroksin (T4) dan Triodotiroinin (T3), sedangkan sel parafolikuler mensekresi Kalsitonin atau Tirokalsitonin. Normalnya kelenjar tiroid mensekresi 90% T4 dan 10% T3. Pada jaringan tubuh seperti ginjal, hati dan limpa 80% T4 akan diubah menjadi T3 untuk proses metabolisme.
Hormon tiroksin (T4) secara khusus berperan dalam :
           1.      Pengaturan metabolisme tubuh
           2.      Regulasi pertumbuhan fisik maupun mental
           3.      Perkembangan organ reproduki dan pertahanan terhadap infeksi
Pengaturan produksi tiroksin dipengaruhi oleh pelepasan TSH, pemasukan protein dan iodium dari makanan serta faktor lingkungan seperti keadaan stres dan terpapar suhu dingin yang lama. Triodotironin (T3), tersusun atas satu atom yodium dan tiroksin, berfungsi untuk pematangan dan pertumbuhan jaringan dengan cara meningkatkan metabolisme protein, lemak dan glukosa, selain itu juga mensintesis protein kontraktil seperti miosin dan membran reseptor (beta adrenal). Hormon Tirokalsitonin atau kalsitonin berperan dalam keseimbangan kalsium yang distimulasi oleh pergerakan kalsium dalam tulang.
Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, di bawah kendali hormon – hormon pelepasan tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis à hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
Abnormalitas sekresi terjadi akibat defisiensi iodium atau malfungsi hipotalamus, hipofisis serta kelenjar tiroid :
1.      Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormon tiroid, hal ini mengakibatkan penurunan aktivitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat dan peningkatan simpanan lemak.
Pada orang dewasa kondisi ini menyebabkan miksedema yang ditandai dengan adanya akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat. Sedangkan pada anak kecil hipotiroidisme mengakibatkan retardasi mental disebut dengan kretinisme.
2.      Hipertiroidisme adalah produski hormone tiroid yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan aktivitas metabolisme meningkat, berat badan menurun, gelisah, tremor, diare, frekuensi jantung meningkat, jika berlebihan gejalanya toksisitas hormon.
Hipertiroidisme berlebihan menyebabkan goiter eksoftalmik (penyakit grave). Gejalanya berupa pembengakakan jaringan di bawah kantong mata, sehingga bola mata menonjol. Penatalaksanaan hipertiroidisme adalah melalui pengangkatan kelenjar tiroid melalui pembedahan atau iodium radioaktif yang diarahkan pada kelenjar untuk menghancurkan jaringan.
3.      Goiter (gondok) adalah pembesaran kelenjar tiroid 2 – 3 kali lipat. Hal ini terjadi berkaitan dengan hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Goiter ringan (endemik) berkaitan dengan hipotiroidisme terjadi didaerah yang mengalami defisiensi iodium. Penurunan konsumsi iodium mengakibatkan akumulasi triglobulin (koloid) dalam folikel, tetapi menurunkan produksi hormon tiroid. Suplementasi garam iodium mengurangi insiden goiter endemik.

B.    KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiorid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus tiroid oleh karena itu berjumlah 4 buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cell dan oxyphill cell. Chief cell merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon paratiroid atau parathormon (PTH). Kelenjar paratiroid panjangnya 5 mm, lebar 4 mm, tebal 2 mm dan berat 25 – 50 gram masing – masing. Paratiroid menghasilkan parathormon yang merupakan hormon polipeptida. Pengaturan pelepasan PTH dipengaruhi oleh kadar serum kalsium melalui mekanisme umpan balik negatif. Pada keadaan serum kalsium tinggi sekresi PTH menurun mengakibatkan penurunan mobilitas ion kalsium dari tulang, sehingga serum kalsium menjadi menurun. Kadar magnesium dan phospat juga mempunyai efek pada penurunan sekresi PTH. Pada keadaan hipomagnesemia kadar kalsium normal akan menurunkan sekresi PTH.
Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan phospat tubuh. Organ targetnya adalah tulang, ginjal dan duodenum. Di bawah ini adalah efek parathormon terhadap jaringan target :

 

Penurunan kalsium serum merangsang pelepasan PTH. PTH meningkatkan kadar kalsium dengan cara : (1) memetabolisasikan kalsium dalam tulang, (2) meningkatkan absorbsi kalsium dari usus dan (3) mempercepat reabsorbsi kalsium dari tubulus renalis.
Fungsi parathormon antara lain :
1.      Menstimulasi osteoklas untuk melepaskan kalsium dari tulang
2.      Menghambat osteoblast dengan menurunkan deposit kalsium dalam tulang
3.      Mengaktifkan vitamin D untuk membantu meningkatkan kalsium dalam usus
4.      Meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal untuk mengurangi kehilangan kalsium melalui urin
5.      Menstimulasi pembentukan dan sekresi kalsitrol pada ginjal yang berperan dalam mengabsorbsi kalsium dan phospat di saluran pencernaan.
Abnormalitas sekresi kelenjar paratiroid mengakibatan :
1.      Hipersekresi (hiperparatiroidisme) adalah kasus yang jarang terjadi, tetapi dapat diakibatkan oleh tumor paratiroid. Hipersekresi mengakibatkan peningkatan aktivitas osteoklas, resorbsi tulang, dekalsifikasi dan pelemahan tulang.
2.      Hiposekresi (hipoparatiroidisme) adalah penurunan kadar kalsium darah dan peningkatan iritabilitas sistem neuromuscular. Jika hipersekresi berlebihan dapat menyebabkan tetanus (kejang otot rangka).

DAFTAR PUSTAKA

Bloom dan Fawcett.(2002).Buku Ajar Histologi.EGC: Jakarta.
Sloane, Ethel.(2003).Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.EGC : Jakarta.
Irianto, Kus.(2004).Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.Yrama Widya: Bandung.

Rumaharbo, Hotma.(1999).Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.EGC. Jakarta.