Pertambahan penduduk lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lansia baik terhadap individu maupun bagi keluarga dan masyarakat yang meliputi kesehatan fisik, biologis, mental social budaya, sosial ekonomi.
Kebudayaan mempengaruhi seseorang untuk mengikuti pola – pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik akan berpengaruh kepada cara berfikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, cara berperilaku yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tetapi dalam memenfaatkan pelayanan kesehatan. Keyakinan budaya memaknai pengalaman sehat dan sakit individu untuk menyesuaikan diri secara kultural dengan penyebab penyakit yang rasional, aturan dalam mengekspresi gejala, norma, interaksi, strategi mencari pertolongan dan menentukan hasil yang diinginkan (Harwood, 1998).
Kuatnya tradisi keluarga mempengaruhi pemanfaatn pelayanan kesehatan (Geersten, 1975). Pola – pola tingkah aku yang sudah terlembagaan dalam masyarakat akan mendorong kepada bentuk karakteristik tingkah laku yang sama, kesamaan ini mendorong kepada tipe kepribadian dasar keluarga lansia dalam memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan nilai yang dianut karena itu perlu pendekatan multi disiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia perlu menyiapkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan lansia.
Menurut penelitian Conie (1984), status sosial keluarga lansia dan sosial budaya masyarakat berpengaruh terhada pemanfaatn pelayanan kesehatan dan berpengaruh terhadap pemilihan fasilitas kesehatan yang memadai untuk kesehatan lansia.
Seirama dengan meningkatnya jumlah dan angka kesakitan lansia diperlukan peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan serta perawatnya, baik yang dilaksanakan oleh lansia itu sendiri maupun keluarga atau lembaga lain seperti PUSAKA (Pusat Santun Dalam Keluarga), Posyandu lansia, Panti Sosial Tresna Wedha, Sasa Tresna Werdha maupun yang dilaksanakan disarana pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (sekunder) dan sarana pelayanan kesehatan tingkat anjut (tersier) (Notoatmojo, 2007).
Adapun tujuan posyandu lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua uang bahagia dan berguna dalam keluarga serta masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan.   


B.      PENGERTIAN BUDAYA
Budaya berasal dari bahasa SansekertaBuddayah” yang berarti budi atau akal, bisa juga daya dari budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa (Koentjaraningrat, 1990).
Kebudayaan yaitu rancangan hidup yang tercipta secara historis baik ekplisit maupun imlisit, rasional. irasional yang ada pada waktu sebagai pedoman untuk perilaku manusia (Kluckhohn dan Kelly, dalam Kessing, 1992).
Budaya adalah suatu yang mengandung unsur pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, perilaku yang merupakan kebiasaan diwariskan. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Buddayah” yang meruapakan bentuk jamak dari “Buddi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut “Culture” yang berasal dari bahasa latin “Colere” yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa juga diartikan mengolah tanah atau bertani. Kata Culture juga kadang diterjemahkan sebagai ”kultur” dalam bahasa Indonesia (Kessing, 1992).
Istilah kultur mengacu pada warisan sosial masyarakat yang mempelajari pola pikir, merasa dan bertindak yang ditularkan dari generasi ke generasi berikutnya termasuk penggunaan pola – pola tersebut dalam sesuatu bersifat materi (Zanden 1990). 
Budaya dapat diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan non material. Kebudayaan material mengacu keada semua ciptaan masayarakat yang nyata dan kongkret, contohnya temuan – temuan arkeologi, pesawat, televisi dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan non material adalah ciptaan – ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, contohnya dongeng, cerita rakyat, lagu atau tarian tradisional.
Karakterisktik Budaya
Menurut Samovar dan Potter (1995) ada 6 karakterikstik budaya, yaitu :
1.      Budaya bukan keturunan tapi dipelajari. Jika seseorang anak lahir dan hidup di Amerika dari orang tua berkebangsaan Indonesia, maka tidaklah secara otomatis anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh orang tuanya.
2.      Budaya ditransfer dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Contohnya, upacara penguburan placenta pada masyarakat Jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal, tetapi menikuti perilaku nenek moyangnya.
3.      Budaya berdasarkan simbol. Untuk bisa mempeljari budaya orang memerlukan simbol, dengan simbol nanti kita dapat bertukar pikiran dan komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi kegenrasi berikutnya. Contoh, beberapa simbol yang mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada suku dayak, manik – manik, gelang yang semua itu menandakan simbol budaya tertentu.
4.      Budaya hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan adaptif sehingga rentan terhadap terhadap adanya perubahan. Misalnya, pada sekelompok masyarakat merayakan hari kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5.      Budaya bersiat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen yang lain. Misalnya, lingkungan sosial akan mempengaruhi perilaku seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut.
6.      Budaya etnosentris, adanya anggapan bahwa budaya kitalah yang paling baik diantara budaya – budaya yang lain. Suku Badui akan merasa budaya Badui yang benar, apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal itu terjadi pada kelompok suku yang lain juga.

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Arum.(2010).Buku Ajar Keperawatan Transkultural.Gosyen Publishing: Yogyakarta.

0 comments :

Post a Comment