BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan nasional adalah
memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar
manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan
yang optimal berada di
tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha pemerintah dalam
menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara
hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya
didapat dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh
tim medis.
Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam
konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa
diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak
yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama,
politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembangunan
kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan
hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena
itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan
hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan
yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya
kemandirian dalam pembangunan kesehatan.
Reformasi di
bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh
terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan.
Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global
sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi
dan transportasi.
Keempat,
Perubahan lingkungan.
Kelima,
Demokratisasi. Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta
semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah
menggugurkan paradigma pembangunan
kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang
bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma
pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk
lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat
sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu
mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran
yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
dan preventif.
Dalam Indonesia
Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya
keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi,
tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia
Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat.
Dalam
Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang
memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka
(Health promotion is the process of enabling people to increase control
over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi
kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya
kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan
usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan
agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang
menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada
kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung
jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat
untuk kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan
dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam
masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu
filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik
merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
B.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
Sejarah dari Promosi Kesehatan?
2. Apa
Definisi dari Promosi Kesehatan?
3. Sebutkan
Tujuan dari Promosi Kesehatan?
4. Sebutkan
Visi dari Promosi Kesehatan?
5. Sebutkan
Misi dari Promosi Kesehatan?
6. Jelaskan
Strategi dari Promosi Kesehatan?
7. Jelaskan
Sasaran dari Promosi Kesehatan?
8. Sebutkan
Prinsip-prinsip dari Promosi Kesehatan?
9. Jelaskan
Program/Jenis-jenis Kegiatan dari Promosi Kesehatan?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
Sejarah dari Promosi Kesehatan
2. Mengetahui
Definisi dari Promosi Kesehatan
3. Menyebutkan
Tujuan dari Promosi Kesehatan
4. Menyebutkan
Visi dari Promosi Kesehatan
5. Menyebutkan
Misi dari Promosi Kesehatan
6. Menjelaskan
Strategi dari Promosi Kesehatan
7. Menjelaskan
Sasaran dari Promosi Kesehatan
8. Menyebutkan
Prinsip-prinsip dari Promosi Kesehatan
9. Menjelaskan
Program/Jenis-jenis Kegiatan dari Promosi Kesehatan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Promosi Kesehatan
Sebelum menjadi promosi kesehatan
pengertiannya di samakan dengan pendididkan kesehatan, pada pendidikan
kesehatan di tekankan pada perubahan perilaku masyarakat dengan cara memberikan
informasi kesehatan melalui berbagai cara dan teknologi. Dari hasil studi yang
di lakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli pendidikan
kesehatan didapati bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan meningkat
tetapi tidak di imbangi oleh perubahan perilakunya. Disadari bahwa pendidikan
kesehatan belum “memampukan” masyarakat tetapi baru dapat
“memaukan” Mengenai istilah Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami
perkembangan. Mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986
merupakan konferensi Internasional promosi kesehatan yang pertama kali
dilaksanakan yang berlangsung tanggal 17 sampai dengan 21 November 1986 dikenal
dengan Ottawa Charter.
Pada konferensi Internasional promosi
kesehatan ini mengambil tema Menuju Kesehatan Masyarakat Baru, namun pada
konferensi ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang
Pelayanan Kesehatan Dasar atauPrimary Health Care oleh WHO promosi
kesehatan didefinisikan sebagai: theprocess of enabling people to control
over and improve their health.
Tetapi definisi tersebut
diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadiProses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara,Meningkatkan dan melindungi
kesehatannya. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai kemudian mengalami
revisi pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi
(Health promotion is the process of enabling people to increase control
over their health and its determinants, and thereby improve their
health) dan dimuat dalam The Bangkok Charter. Dan definisi baru
ini belum dibakukan bahasa Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan,
sebenarnya juga beredar banyak istilah lain yang mempunyai kemiripan makna,
atau setidaknya satu nuansa dengan istilah promosi kesehatan, seperti: komunikasi,
Informasi dan Edukasi, Pemasaran social, Mobilisasi social dan Pemberdayaan
masyarakat, dll.
B.
Definisi
Promosi Kesehatan
Promosi
Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
(Lawrence Green, 1984)
Menurut
Piagam Ottawa (1986), Promosi Kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol
terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka
(WHO,1984)
Australian
Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai
berikut :“ Health promotion is programs are design to bring about “change”within
people, organization, communities, and their environment ”. Artinya bahwa
promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya.
Soekidjo Notoatmojo (2005), Pertama:…promosi
kesehatan dalam konsep Level and Clark (4 tingkat
pencegahan penyakit) berarti peningkatan kesehatan. Kedua:…upaya
memasarkan, menyebarluaskan, memperkenalkan pesan-pesan kesehatan, atau
upaya-upaya kesehatan sehingga masyarakat menerima pesan-pesan tersebut.
Promosi
kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk
meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).
C.
Tujuan
promosi kesehatan
Green,1991
dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
1. Tujuan
Program
Refleksi
dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan
program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat
kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan
lima tahun.
2. Tujuan
Pendidikan
Pembelajaran
yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan
tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan
ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan
tiga tahun.
3. Tujuan
Perilaku
Gambaran
perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan,
contohnya: pengetahuan pekerja tentangtanda-tanda bahaya di tempat kerja
meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan.
D. Visi promosi kesehatan
Visi adalah impian,
cita – cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan atau program.
Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau suatu program yang
seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab dengan visi dan misi
tersebut institusi atau program mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai.
Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan (khususnya Indonesia) tidak terlepas
dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam
Undang – Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya,
sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia
harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia
tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan : “Masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Adapun visi promosi
kesehatan antara lain :
1.
Mau (willigness)
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2.
Mampu (ability)
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3.
Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah
penyakit, melindungi diri dari gangguan – gangguan kesehatan.
4.
Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu
meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat
kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak
statis.
E. Misi promosi kesehatan
Untuk mewujudkan visi
promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya diperlukan upaya – upaya. Upaya – upaya untuk mewujudkan visi ini
disebut misi promosi kesehatan yaitu
apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Menurut (Ottawa
Charter, 1984) secara umum misi promosi kesehatan ini ada 3 hal antara lain :
1.
Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil
keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan
kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu
kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting. Oleh
sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2.
Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau
menjembatani antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra.
Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitran di bidang
pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting sebab tanpa kemitraan
niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah–masalah kesehatan yang
begitu kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3.
Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi
utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau
melalui tokoh – tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus memberikan
keterampilan – keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang
kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi banyak faktor
luar kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh sebab
itu, dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka
keterampilan di bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan
dan sosial lainnya perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan ini (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
F. Strategi promosi kesehatan
Untuk mewujudkan
promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik. Strategi adalah cara
yang digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan
sebagai penunjang program – program kesehatan yang lainnya seperti
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Strategi ini diperlukan dalam
mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan (Mubarak dan Nurul, 2009).
Berdasarkan rumusan
WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal yaitu :
1.
Advokasi (Advocacy)
Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada
masyarakat dengan membuat keputusan dan penentu kebijakan dalam bidang
kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain
agar membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat sehingga para pejabat
tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para
pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan
dalm bentuk undang – undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat
instruksi dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam – macam bentuk,
baik secara formal atau informal. Secara formal misalnya, penyajian atau
presentasi dan seminar tentang issu
atau usulan program yang ingin diharapkan dukungan dari pejabat terkait.
Kegiatan advokasi secara informal, misalnya mengunjungi pejabat yang relevan
dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam
bentuk kebijakan, dana atau fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa advokasi adalah para pejabat baik eksekutif dan legislatif
diberbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
2.
Dukungan Sosial (Social
Support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat
antara lain berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang
mempunyai pengaruh di masyarakat serta unsur formal seperti petugas kesehatan
dan pejabat pemerintah (Mubarak dan Nurul, 2009).
Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai
jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan
masarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial
melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan program –
program kesehatan agar masyarakat menerima dan mau berpartisipasi terhadap
program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai
upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan
dukungan sosial ini anatara lian : pelatihan – pelatihan tokoh masyarakat,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya. Dengan
demikian sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh
masyarakat di berbagai tingkat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3.
Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri (visi promosi kesehatan).
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan
anatara lain : penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan – pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income
generating skill). Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan
berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan contohnya,
terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes dan
sebagainya. Kegiatan – kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut
gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
Konferensi
internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula
strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5 butir, yakni :
1.
Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada para penentu atau pembuat kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan –
kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain,
agar kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat – surat keputusan dan
sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik.
Misalnya, ada peraturan atau undang – undang yang mengatur adanya analisis
dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan rumah sakit dan
sebagainya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan kesehatan masyarakat (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
2.
Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat harus memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar mempermudah
promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di sini bukan saja lingkungan
fisik, tetapi lingkungan non – fisik yang kondusif terhadap kesehatan
masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat
umum termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana – prasarana atau
fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat atau
sekurang – kurangnya pengunjung tempat – tempat umum tersebut. Lingkungan yang
mendukung bagi kesehatan tempat – tempat umum antara lain : tersedianya tempat sampah,
buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi perokok dan non perokok
serta lain sebagainya. Jadi, para pengelola tempat – tampat umum seperti pasar,
terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus menyediakan sarana
– sarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya. (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
3.
Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa
dalam pelayanan kesehatan itu ada provider
dan customer. Penyelenggara
(penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah, sedangkan swasta dan
masyarakat adalah pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam
ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa masyarakat bukan hanya sekedar
pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah ataupun swasta harus
melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan
bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan tetapi sekaligus sebagai
penyelenggra kesehatan masyarakat. Dalam mereorientasikan pelayanan kesehatan
ini peran promosi kesehatan sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
4.
Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Diharapkan tiap – tiap individu yang berada di
masyarakat mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara
kesehatannya, mengenai penyebab penyakit, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang layak jika mereka atau anak –
anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang
terdiri dari individu, keluarga dan kelompok – kelompok. Jadi, kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga serta kelompok
dapat terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu (personnel skill) dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan
keterampilan dalam memelhara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah
memberikan pemahaman – pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara – cara
memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan
ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya.
Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada
massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
5.
Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi
kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau
kegiatan – kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus
mendorong serta memacu kegiatan – kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan
kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya
terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan
mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo,
2010).
G.
Sasaran
promosi kesehatan
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan,
maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1.
Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat
dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil
dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah
untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2.
Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah
tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang
memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut
akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada
lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi
kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat
untuk masyarakat sekitarnya.
3.
Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi
kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan
(policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan
usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
H. Prinsip-prinsip promosi kesehatan
Prinsip
promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health promotion
(1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan, antara lain :
1. Empowerment
(pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk mendapatkan
kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan mereka.
2. Partisipative
(partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam pengambilan
keputusan.
3. Holistic (menyeluruh)
yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari
dimensi-dimensi tersebut.
4. Equitable
(kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang di dapat oleh
klien.
5. Intersectoral
(antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait lainnya
atau organisasi.
6. Sustainable (berkelanjutan)
yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan
dalam jangka panjang.
7. Multi Strategy yaitu
bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakkan.
Sedangkan menurut
Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi kesehatan antara lain sebagai berikut:
1. Manajemen
puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program intervensi dan turut
terlibat dalam program tersebut.
2. Pihak
pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam
perencanaan dan implementasi intervensi.
3. Fokus
intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta
dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
4. Intervensi
harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.
5. Sumber
daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan mengimplementasikan
intervensi.
6. Evaluasi
harus dilakukan juga.
7. Organisasi
harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun intervensi
promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok.
8. Intervensi
harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-prinsippemberdayaan dan
atau model yang berorientasi pada masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu
metode.
I.
Program/
Jenis-Jenis Kegiatan Promosi Kesehatan
Ditujukan
kepada populasi tertentu dengan setting khusus, melibatkan partisipasi
masyarakat sejak perencanaan (termasuk need assessment), hingga
implementasi dan evaluasi,bertujuan mengubah individu, lingkungan fisik dan
sosial, masyarakat dan kebijakan,mengkaitkan perhatian tentang kesehatan dengan
isu kehidupan yang lebih luas (kesejahteraan), memberdayakan sumber daya yang
ada.
Ewlest
& simnet (1994) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 26, mengidentifikasi
tujuan area kegiatan promosi kesehatan yaitu:
1. Progam Pendidikan
Kesehatan
Program
pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk belajar tentang
kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah
laku.
2. Pelayanan
Kesehatan Preventif
Winslow (1920)
dalam Level & Clark (1958) dalam Heri.D.J. Maulana
(2009) hal. 27, mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang dikenal dengan
teori five levels of prevention, yaitu:
a. Pencegahan
Primer
Dilakukan saat
individu belum menderita sakit, meliputi:
1) Promosi
Kesehatan (health promotion)
Kegiatan pada
tahap ini ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah
kesehatan.
2) Perlindungan
Khusus (specific protection)
Berupa upaya
spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya
melakukan imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik, dan penanggulangan stress.
b. Pencegahan
Skunder
1) Diagnosis
dini dan pengobatan segera.
2) Pembatasan
kecacatan
c. Pencegahan
Tersier
Pada tahap ini
upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang diderita tidak menjadi
hambatan sehingga indiviu yang menderita dapat
berfungsi optimal secara fisik, mental, dan sosial.
3. Kegiatan
Berbasis Masyarakat
Promosi
kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”, bekerja dengan dan untuk
penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran kesehatan.
4. Pengembangan
Organisasi
Pengembangan
organisasi berhubungan dengan pengembangan dan pelalaksanaan kebijakan dalam
oranisasi-organisasi yang berupayameningkatkan kesehatan para staf dan
pelanggan.
5. Kebijakan
Publik Yang Sehat
Upaya
ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan masyarakat
umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan dalam situasi dan
kondisi kehidupan.
6. Tindakan
Kesehatan Berwawasan Lingkungan
Upaya
yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang kesehatan, baik di
rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.
7. Kegiatan
ekonomi yang bersifat peraturan
Kegiatan
politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk kebijaksanaan dan
perencana yang melibatkan upaya lobi dan implementasi perubahan perubahan
legestalatif.seperti peratuaran pemberian lebel makanan halal mendorang pratik
etik yang sukarela.
Jenis
kesehatan promosi kesehatan meliputi:
1. Pemberdayaan
masyarakat
2. Pemgembangan
kemitraan
3. Upaya
advokasi
4. Pembinaan
suasana
5. Pemgembangan
SDM
6. Pemgembangan
IPTEK
7. Pengembangan
media dan sarana
8. Pengembangan
infrastruktur
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi
dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, maka diperlukan cara dan
pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi kesehatan.
B.
Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini
pembaca khususnya kita sebagai perawat dapat memahami tentang strategi promosi
kesehatan dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat , dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui
penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai perawat dapat
mencegah berbagai penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan.
Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003 ). Pendidikan dan
Prilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta.