BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pada anak yang baru lahir hingga umut 1 tahun, dijumpai bakteriuria di 2,7% lelaku dan 0,7% di perempuan. Insiden ISK pada lelaku tidak disunat adalah lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11%) pada usia hidup 6 bulan pertama. Pada anak berusia 1 – 5 tahun, insidens bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4,5%, sementara berkurang di lelalku menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran kemih, seperti vesicoureteral reflux atau obstruction.Insidens bakteriuria menjadi relative constant pada anak usia 6 – 15 tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan kelaianan fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding. Menjelang remaja, insidens ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara konstan pada lelalku muda. Sebanyak 7 juta kasus cystitis akut yanf didiagnosis pada wanita muda tiap tahun, Faktor risiko yang utama yang berusia 16 – 35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas dan mortilitas ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang <1 tahun dan >65 tahun.
Untuk itu, penulis akan membahasan masalah ini lebih detil dalam bentuk makalah, agar kita semua lebih mengerti tentang penyakit infeksi saluran kemih yang sengat berisiko terhadap semua orang ini.






B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari infeksi dan inflamasi traktus urinarius?
2.      Bagaimana klasifikasi infeksi dan inflamasi traktus urinarius?
3.      Apa etiologi infeksi dan inflamasi traktus urinarius?
4.      Apa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan inflamasi traktus urinarius terjadi?
5.      Bagaimana manifestasi klinis infeksi dan inflamasi traktus urinarius?
6.      Bagaimana mekanisme proses inflamasi terjadi?
7.      Bagaimana melakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa infeksi dan inflamasi traktus urinarius?
8.      Bagaiamana penatalaksanaan dan terapi yang dilakukan untuk mengatasi penyakit infeksi dan inflamasi traktus urinarius?
9.      Bagaiamana asuhan keperawatan yang dilakukan untuk menangani pasien dengan infeksi dan inflamasi traktus urinarius?


C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi dan inflamasi traktus urinarius
2.      Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
a.       Pengertian infeksi dan inflamasi traktus urinarius.
b.      Klasifikasi infeksi dan inflamasi traktus urinarius.
c.       Etiologi infeksi dan inflamasi traktus urinarius.
d.      Faktor risiko infeksi dan inflamasi traktus urinarius.
e.       Manifestasi klinis infeksi dan inflamasi traktus urinarius.
f.        Mekanisme inflamasi.
g.      Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk menegakkan diagnose infeksi dan inflamasi traktus urinarius.
h.      Penatalaksanaan dan terapi yang dilakukan untuk mengatasi penyakit infeksi dan inflamasi traktus urinarius.
i.        Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk menangani pasien dengan infeksi dan inflamasi traktus urinarius.


D.    Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu pengumpulan data dari berbagai literature, baik sumber-sumber buku cetak maupun buku-buku online (e-book).


E.     Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun secara sistematis dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi dan inflamasi traktus urinarius
BAB III : Penutup yang teridiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    Anatomi Fisiologi
Dalam buku Asuhan Keperawatan : Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan (2009), Hal. 12 – 25, Toto suharyanto menjelaskan system perkemihan sebagai berikut.
Sistem perkemihan (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis (kestabilan lingkungan internal).
Sistem perkemihan terdiri dari 2 ginjal yang memproduksi urine; 2 ureter yang membawa urin ke dalam kandung kemih untuk penampungan sementara dan uretra yang mengalirkan urin keluar tubuh melalui orifisium uretra eksternal.
1.      Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, berwarna merah tua, terletak dikedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal terlindungi dengan baik dari trauma langsung karena disebelah posterior dilindungi oleh tulang kosta dan otot-otot yang meeliputi kosta, sedangkan dibagia anterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya 120-150 gram.
Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara seelektif. Fungsi vital ginjal dilakukan dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan reabsorbsi sejumlah solute dan air akan diekskresikan keluar tubuh sebagai air kemih melalui sistem peengumpul.
2.      Ureter
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang merentang sampai ke kandung kemih.
a.       Setiap ureter panjangnya 25-30 cm atau 10-12 inci dan berdiameter 4-6 mm.
b.      Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan, yaitu :
1)      Lapisan terluar adalah lapisan fibrosa
2)      Lapisan tengah adalah muskularis longitudinal ke arah dalam dan otot polos sirkular ke arah luar.
3)      Lapisan terdalam epitelium mukosa yang mengsekresi selaput mukus pelindung
c.       Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik. Gelombang peristaltik mengeluarkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
3.      Kandung kemih
Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simpisis pubis. Kandung kemih mempunyai 3 muara, yaitu 2 muara ureter dan satu muara uretra. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang disebut muskulus destrusor. Di dinding kandung kemih terdapat scratch reseptor yang akan bekerja memberikan stimulus sensasi berkemih apabila volume kandung kemih telah  mencapai kurang lebih 150 cc.
Dua fungsi kandung kemih adalah:
1)      Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.
2)      Kandung kemih berfungsi mendorong urine keluar tubuh dengan dibantu uretra.
4.      Uretra
Saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 1,5 inci dan pada laki-laki sekitar 8 inci. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius. Pada laki-laki, kalenjar prostat yang terletak tepat dibawah leher kandung kemih mengelilingi uretra disebelah posterior dan lateral.
Uretra pada laki-laki terdiri dari:
a.      Uretra prostatia
Uretra prostatia dikelilingi oleh kalenjar prostat.uretra ini menerima 2 duktus ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus aferen dan duktus kalenjar vesikel seminalis, serta menjadi tempat muaranya sejumlah duktus dari kelenjar prostat.
b.      Uretra membranosa
Uretra membranosa adalah bagian yang berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sfingter uretra eksterna.
c.       Uretra kavernosa
Uretre kavernosa merupakan bagian yang menerima duktus kalenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra eksterna pada ujung penis.




B.     Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli, suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah anus. (Elizabeth J. Corwin, Patofisiologi : Buku Saku, 2009, Hal.718)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kolonisasi bakteri di berbagai segmen di saluran kemih. Jumlah organism dalam urin lebih besar dari yang dapat ditampung. Kriteria diagnostic paling umum untuk ISK adalah terdapat minimal 100.000 koloni bakteri dalam 1 ml urine pancar tengah pada dua biakan berturut-turut. ISK adalah penyakit infeksi kedua terbanyak setelah infeksi saluran napas bagian atas (ISPA). (Cecily Lynn Betz, Buku Saku Keperawatan Pediatri, 2009, Hal.680)
Sebagian besar dari gangguan saluran kemih adalah disebabkan oleh infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian atas, seperti pielonefritis, atau dari infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis atau prostatitis. Sistitis, suatu ISK bagian bawah yang sering terjadi pada wanita karena uretra yang pendek (dibandingkan dengan pria), umumnya disebabkan oleh Escherichia coli (E. coli). (Joyce L. Kee, Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan, 1996, Hal.368)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signifikan yaitu infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 mikroorganisme tunggal per ml) yang mengenai saluran kemih bagian atas (pielonefritis), abses ginjal) atau bagian bawah (sistitis), atau keduanya. (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, At a Glance : Ilmu Bedah, 2006, Hal.167)
Jadi dapat disimpulkan bahwa, infeksi inflamasi saluran kemih (ISK) adalah invasi virus, jamur ataupun bakteri yang mengakibatkan peradangan yang terjadi pada saluran kemih, biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, dimana jumlah koloninya > 100.000 / ml urin.
C.    Etiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) didiagnosis dengan membiak organism spesifik. Infeksi aktif umumnya menunjukkkan pembiakan > 100.000 bakteri/mL urine (urine yang dipakai adalah urin midstream dalam pot steril). Bakteri penyebab paling umum adalah, organism aerobic yang banyak terdapat di daerah usus bagian bawah. ISK dapat pula disebabkan organism lain, seperti Proteus, Klebsiella, dan Staphylococcs, terutama bila sedang terpasang kateter. (Jan Tambayong, Patofisiologi Untuk Keperawatan, 2000, Hal. 112 – 113)
 


Anatomi wanita (khususnya uretra wanita yang lebih pendek bila dibandingkan uretra laki-laki) merupakan predisposisi terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) yang lebih sering pada wanita. Frekuensi gejala ISK bawah akan meningkat pada dua keadaan berikut: masa kehamilan dan awal aktivitas seksual. Patogenesis ISK pada wanita berhubungan paling erat dengan migrasi asenderen nikroorganisme yang ada dalam vagina. Delapan pulih hingga Sembilan puluh lima persen dari mikroorganisme penyebab ISK adalah Enterobacteriaceae. Mikroorganisme lainnya meliputi spesies Klebsiella, Proteus, dan Enterobacter. (Kathleen S. Oman, Panduan Belajar Keperawatan Emergensi, 2008, Hal 225)







D.    Patofisiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah invasi virus, jamur ataupun bakteri yang mengakibatkan peradangan yang terjadi pada saluran kemih. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, selain itu bakteri Proteus, Klebsiella dan Staphylococcus juga sering menjadi pencetusnya, namun dalam jumlah kasus yang lebih sedikit. Ada beberapa hal yang menjadi pencetus terjadinya ISK ini, yaitu : jarang berkemih / menahan kencing, gangguan pengosongan kandung kemih karena penyakit batu ginjal, kurangnya kebersihan diri, prosedur invasive kateter dan senggama serta penyakit diabetes mellitus, yang keseluruhannya berefek buruk bagi saluran kemih, seperti menyebabkan perlukaan pada lapisan mumosa saluran kemih sehingga infektan lebih mudah masuk, terganggunya fungsi ginjal karena ketidakmampuan memfiltrasi jumlah glukosa yang terlalu banyak di dalam urin dan lain sebagainya, selain itu ISK juga dapat disebabkan oleh infeksi pada organ atau daerah lain di tubuh, dimana infektan menyebar dan berproliferasi hingga ke saluran kemih melalui peredaran darah dan limfe.
Infeksi saluran kemih berdampak pada beberapa bagian tubuh maupun keseluruhannya, seperti ginjal, kandung kemih dan sistemik (keseluruhannya). Pada cakupan keseluruhan tubuh, akan terjadi inflamasi sistemik yang merupakan hasil dari interpretasi respon fisiologis hipotalamus terhadap pengaturan suhu, akibat dari itu terjadilah demam dan rasa gigil atau tidak enak badan yang menyebabkan suhu tubuh menjadi meningkat (>37oC). Pada ginjal dan kandung kemih akan terjadi perforasi jaringan mukosanya, sehingga kondisi ini mengakibatkan terjadi pelepasan mediator nyeri dan inflamasi berupa histamine, bradikinin, prostaglandin dan serotonin yang akan merangsang nosi-reseptor untuk menyampaikan sinyal ke SSP untuk mempersepsikan nyeri sebagai kompensasi pertahanan tubuh, nyeri yang terjadi pada ISK umumnya berbentuk nyeri pinggang dan nyeri tekan pada sudut kostovetebra karena radang pada organ ginjalnya (pielonefritis) dan nyeri pada bagian suprapubis karena radang pada kandung kemihnya (sistitis), selain itu invasi bakteri pada kandung kemih akan menyebabkan perforasi lapisan mukosanya, perlukaan ini mengakibatkan cedera pada kapiler kandung kemih sehingga terjadilah perdarahan massif yang mengakibatkan terdapatnya kandungan darah dalam urin (hematuria), di lain sisi, apabila respons psikologis pasien tidak adekuat akan mengakibatkan terjadinya stress psikologis yang berujung pada ansietas (cemas). Selain itu, invasi bakteri tadi juga akan mengakibatkan gangguan pada fungsi sfingter uretra eksterna yang berakhir pada peningkatan frekuensi BAK – karena ketidakmampuan sfingter untuk menahan volume urin, sehingga tecipta kondisi urgensi.
E.     Manifestasi Klinis
Dalam buku At a Glance Ilmu Bedah (2006), Hal, 167, Pierce A. Grace mengklasifikasikan manifestasi infeksi saluran kemih (ISK) menjadi 2 kelompok, yaitu :
Infeksi saluran kemih bagian atas
·         Demam, Menggigil.
·         Nyeri pinggang.
·         Malaise.
Malaise adalah perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu (“tidak enak badan”). (Kamus Kesehatan)
·         Anoreksia.
Anoreksia nervosa (juga disebut anoreksia) adalah gangguan makan yang ditandai dengan berat badan rendah ( < 85% dari BB normal untuk tinggi dan usianya), citra tubuh yang terdistorsi, dan ketakutan intens terhadap kenaikan berat badan. (Kamus Kesehatan)
·         Nyeri tekan pada sudut kostovertebra dan abdomen.

Infeks saluran kemih bagian bawah
·         Disuria.
Disuria adalah buang air kecil sulit atau menyakitkan. (Kamus Kesehatan)
·         Peningkatan frekuensi BAK dan urgensi.
·         Nyeri suprapubik.

·         Hematuria.
Hematuria adalah setiap kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel darah merah. Keberadaan darah dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di sepanjang saluran kemih. (Kamus Kesehatan)


Gejala khas ISK bagian bawah – yang tidak perlu selalu tampak – bertalian dengan peradangan kandng kemih atau uretra dan dapat berupa sbb.
·         Sering kencing siang dan malam (pollakisuria)
·         Sukar kencing (menetes) (stranguria)
·         Perasaan sakit atau “terbakar” pada saat berkemih (dysuria)
·         Nyeri perut dan pinggang
·         Ada darah dalam urin (hematuria)
·         Urin yang baunya abnormal
Pada nak-anak terjadi malaise umum, demam, sakit perut, ngompol malam hari dan hambatan pertumbuhan. Pada lansia juga malaise, demam, inkontinensia serta adakalanya perasaan kacau yang timbul mendadak. ISK bagian lebih tinggi bergejala demam, kadang-kadang dengan menggigil dan sakit pinggang (di lokasi ginjal). (Tan Hoan Tjay, Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya, 2007, Hal. 134 – 135)


F.     Faktor Predisposisi
Dalam buku Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya (2007), Hal. 136, Tan Hoan Tjay mengatakan : Ada beberapa faktor penting yang mempermudah timbulnya infeksi, yakni:
1.      Jarang berkemih. Pengeluaran urin (mictio) merupakan mekanisme ketahanan penting dari kandung kemih. Bila mictio normal terhambat karena misalnya obstruksi, ISK dapat lebih mudah terjadi.
2.      Gangguan pengosongan kandung kemih akibat obstruksi (batu ginjal), disfungsi atau hipertrofi prostat bisa mengakibatkan tertinggalnya residu di mana kuman-kuman mudah berproliferasi.
3.      Hygiene pribadi kurang baik bisa menyebabkan kolonisasi kuman uropatogen di sekitar (ujung) uretra, mis. Penggunaan pembalut wanita. Kuman lalu menjalar ke atas menuju uretra, lalu ke kandung kemih dan kemudian menyebar melalui ureter ke ginjal (ISK bagian atas).
4.      Penggunaan kateter dan senggama menyebabkan peningkatan risiko infeksi local (misalnya vaginitas) dapat mempermudah infeksi.
5.      Penderita diabetes lebih peka untuk ISK karena meningkatnya daya melekat bakteri pada epitel SK akibat beberapa sebab terntetu.


Gejala khas ISK bagian bawah – yang tidak perlu selalu tampak – bertalian dengan peradangan kandng kemih atau uretra dan dapat berupa sbb.
·         Sering kencing siang dan malam (pollakisuria)
·         Sukar kencing (menetes) (stranguria)
·         Perasaan sakit atau “terbakar” pada saat berkemih (dysuria)
·         Nyeri perut dan pinggang
·         Ada darah dalam urin (hematuria)
·         Urin yang baunya abnormal
Pada nak-anak terjadi malaise umum, demam, akit perut, ngompol malam (lagi) dan hambatan pertumbuhan. Pada lansia juga malaise, demam, inkontinensia serta adakalanya perasaan kacau yang timbul mendadak. ISK bagian lebih tinggi bergejala demam, kadang-kadang dengan menggigil dan sakit pinggang (di lokasi ginjal). (Tan Hoan Tjay, Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya, 2007, Hal. 134 – 135)


G.    Klasifkasi
Dalam buku Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula (2003), Hal 329, Ethel Sloane mengklasifikasikan infeksi saluran kemih menjadi 2 bagian, yaitu:
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Inflamasi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis.
Sistitis adalah adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri (biasanya Escherichia coli) yang menyebar dari uretra atau karena respons alergik atau akibat iritasi mekanis pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri (disuria) yang disertai darah dalam urine (hematuria).
Ureteritis adalah suatu inflamasi pada uretra. Biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar secara naik yang digolongkan sebagai gonorrheal dan atau non-gonorheal. (Toto Suharyanto, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguna Sistem Perkemihan, 2009, Hal.112.)
   


Dalam buku Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya (2007), Hal. 134, Tan Hoan Tjay mengatakan bahwa : Jenis ISK dapat dibedakan menjadi dua bentuk infeksi saluran kemih, yaitu ISK bagian bawah dan ISK bagian atas.
1.      ISK bagian bawah (tanpa komplikasi), umumnya radang kandung kemih pada pasien dengan saluran kemih normal
2.      ISK bagian lebih tinggi (atas) (dengan komplikasi) terdapat pada pasien dengan saluran kemih abnormal, mis. Adanya batu, penyumbatan atau diabetes. Contoh-contoh dari ISK ini adalah radang pasu-ginjal (pyelitis), pyelonephritis & prostatitis, pada mana jaringan organ terinfeksi. Kombinasi dari infeksi dan obstruksi saluran kemih dapat menimbulkan dengan cepat kerusakan ginjal serius. Keadaan ini merupakan penyebab penting terjadinya keracunan darah (septicemia sepsis) oleh kuman-kuman Gram-negatif yang dapat membahayakan jiwa.


H.    Mekanisme Inflamasi
Dalam buku Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula (2003), Ethel Sloane mengatakan bahwa : Inflamasi adalah respons jaringan terhadap cedera akibat infeks, pungsi, abrasi, terbakar, objek asing, atau toksin (produk bakteri yang merusak sel hospes atau jaringan hospes). Inflamasi meliputi rangkaian peristiwa kompleks yang dapat bersifat akut (jangka pendek) atau kronik.
1.      Tanda-tanda lokal respons inflamasi meliputi kemerahan (rubor), panas (kalor), pembengkakan (tumor), dan nyeri (dolor). Gejala kelima yang kadang sering terjadi adalah hilangnya fungsi (fungsio laesa), bergantung luas area cedera.
2.      Rangkaian peristiwa dalam inflamasi adalah sebagai berikut :
a.       Tahap pertama adalah produksi faktor-faktor kimia vasoaktif oleh sel rusak di area cedera. Faktor-faktor ini meliputi histamin (dari sel mast), serotonin (dari trombosit), devirat asam arakidonat (leukotrien, prostaglandin dan tromboksan) dan kinin (protein plasma teraktivasi). Faktor-faktor ini mengakibatkan efek berikut.
1)      Vasodilatasi atau pelebaran diameter pembuluh darah pada area yang rusak meningkatkan aliran darah dan menyebabkan kemerahan (eritema), nyeri berdenyut, dan panas.
2)      Peningkatan permeabilitas kapiler mengakibatkan hilangnya cairan dari pembuluh ke dalam ruang interselular. Akumulasi cairan dalam jaringan menyebabkan pembengkakan, atau edema.
3)      Pembatasan area cedera terjadi akibat lepasnya fibrinogen dari plasma ke dalam jaringan. Fibrinogen diubah menjadi fibrin untuk membentuk bekuan yang akan mengisolasi lokasi yang rusak dari jaringan yang masih utuh.
b.      Tahap kedua adalah kemotaksis (gerakan fagosit ke area cedera), terjadi dalam satu jam setelah permulaan proses inflamasi.
1)      Marginasi adalah perlekatan fagosit (neutrofil dan monosit) ke dinding endothelial kapilar pada area yang rusak.
2)      Diapedesis adalah migrasi fagosit melalui dinding kapilar menuju area cedera. Yang pertama kali sampai di area yang rusak adalah neutrofil; monosit menyusul ke dalam jaringan dan menjadi makrofag.
c.       Fagositosis agens berbahaya terjadi pada area cedera.
1)      Neutrofil dan makrofag akan terurai secara enzimatik dan mati setelah menelan sejumlah besar mikroorganisme.
2)      Leukosit mati, sel jaringan mati, dan berbagai jenis cairan tubuh membentuk pus yang terus terbentuk sampai infeksi teratasi. Pus bergerak menuju permukaan tubuh untuk diuraikan atau menuju rongga internal yang pada akhirnya akan dihancurkan dan diabsorpsi tubuh.
3)      Abses atau granuloma akan terbentuk jika respons inflamasi tidak dapat mengatasi cedera atau invasi.
a)      Abses adalah kantong pus terbatas yang dikelilingi jaringan terinflamasi. Abses ini biasanya tidak terurai secara spontan dan harus dikeluarkan.
b)      Granuloma biasanya terjadi akibat proses inflamasi kronik dalam merespons iritasi berulang. Granuloma merupakan akumulasi sel-sel fagositik dan mikroorganisme yang dikelilingi kapsul fibrosa.
d.      Pemulihan melalui regenerasi jaringan atau pembentukan jaringan parut merupakan tahap akhir proses inflamasi.
1)      Pada regenerasi jaringan, sel-sel sehat dalam jaringan yang terkena akan membelah secara mitosis untuk berproliferasi dan mengembalikan massa jaringan.
2)      Pembentukan jaringan parut oleh fibroblast adalah respons alternative terhadap regenerasi jaringan. Jaringan parut mengganti jaringan asli yang rusak.
3)      Sifat jaringan yang rusak dan luasnya area cedera akan menentukan apakah akan terjadi regenerasi atau pembentukan jaringan parut. Kulit memiliki kemampuan yang tinggi untuk melakukan regenerasi lengkap kecuali jika cedera terlalu dalam atau luas.


I.       Pemeriksaan Diagnostik
Dalam buku Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya (2007), Hal. 135, Tan Hoan Tjay mengatakan pemeriksaan diagnostic untuk infeksi saluran kemih (ISK) adalah sebagai berikut : Guna menentukan adanya bakteriuria, artinya ISK dengan bakteri, sekrang tersedia beberapa cara diagnose, yaitu :
1.      Tes sedimentasi mendeteksi secara mikroskopis adanya kuman dan lekosit di endapan urin. Tes positif perlu dipastikan dengan dip-slide test.
2.      Tes nitrit (Nephur R) menggunakan strip mengandung nitrat yang dicelupkan ke urin. Praktis semua kuman Gram-negatif dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, yang tampil sebagai perubahan warna tertentu pada strip. Kuman-kuman Gram-positif tidak terdeteksi.

3.      Dip-slide test (Uricult) menggunakan persemaian kuman di kaca obyek, yang sesuai inkubasi ditentukan jumlah koloninya secara mikroskopis. Tes ini dapat dipercaya dan lebih cepat daripada pembiakan lengkap dan jauh lebih murah.


4.      Pembiakan lengkap terutama dilakukan sesudah terjadinya residif 1 – 2 kali, terlebih-lebih pada ISK anak-anak dan pria.
5.      Tes ABC (antibody coated bacteria) adalah cara imunologi guna menentukan ISK yang letaknya “lebih tinggi”. Dalam hal ini tubuli secara local membentuk anti-bodies terhadap kuman, yang bereaksi dengan antigen yang berada di dinding kuman. Kompleks yang terbentuk dapat diperlihatkan dengan cara imunofluorensi.


J.      Penatalaksanaan Dan Terapi
Pengobatan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang. Ada beberapa metode pengobatan ISK yang lazim di pakai, yaitu:
  1. Pengobatan dosis tunggal, yaitu obat diberikan satu kali.
  2. Pengobatan jangka pendek, yaitu 1-2 minggu.
  3. Pengobatan jangka panjang, yaitu 3-4 minggu.
  4. Pengobatan rofilaktik, yaitu 1 kali sehari dalam waktu 3-6 bulan
Dalam pendekatan klinis pengobatan ISK, pemilihan antibiotik adalah penting. Antibiotik sering digunakan adalah ampicilin, trimetoprim-sulfametoksasol, kloramfenikol, sefotaksim, amikasim. Selain itu, untuk meregulasi infektan yang terdapat di dalam saluran kemih dapat dilakukan pemberian cairan dalam jumlah banyak (>2,5 liter / hari).

K.    Pencegahan
Dalam buku Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya (2007), Hal. 136, Tan Hoan Tjay memaparkan tindakan pencegahan infeksi saluran kemih sebagai berikut.
Tidakan pertama adalah menjauhi (re-)infeksi dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas. Sebagai tindakan pencegahan penting adalah minum air lebih banyak dan berkemih lebih sering terutama bagi pasien diabetes dan manula.
Pengenalan infeksi saluran kemih (ISK) secara dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah kekambuhan infeksi dan kemungkinan komplikasi seperti gagal ginjal dan sepsis, dengan cara:
a.       Terapi antimikrobial yang tepat.
b.      Minim cairan dalam jumlah bebas (banyak)
c.       Sering berkemih
d.      Personal higiene (terutama kebesihan pada daerah periuretral)
e.       Melakukan tehnik aseptik yang ketat selama melakukkan tindakan insersi misalnya memasang kateter.
f.        Melakukan inspeksi sesering mungkin terhadap bau warna dan konsistensi urin.
g.      Melakukan perawatan perineal dengan mengunakan sabun dan air bersih setiap hari.
h.      Pergunakan sistem tertutup ketika mengambil contoh spesimen.
i.        Kaji dengan cermat tanda atanda vital dan tingkat kesadaran yang menunjukkan adanya sepsis.

L.     Komplikasi
Dalam buku At a Glance Ilmu Bedah (2006), hal.167, Pierce A. Grace menyatakan komplikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut.
·         Bakteremia dan syok septic.
·         Abses ginjal, perinefrik, dan metastasis.
·         Kerusakan ginjal dan gagal ginjal akut/kronis.
·         Pielonefritis kronik dan xantogranulomatosa.
M.   Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
Riwayat tanda dan gejala didapatkan dari klien yang diduga mengalami infeksi saluran perkemihan, diantaranya adalah:
a.       Demam, menggigil
b.      Nyeri pinggang
c.       Malaise
d.      Anoreksia
e.       Nyeri tekan pada sudut kostovetebra dan abdomen
f.        Disuria
g.      Peningkatan frekuensi BAK
h.      Urgensi / Inkontinensia
i.        Hematuria
j.        Nokturia
k.      Bau urin abnormal
l.        Nyeri perut
Pola berkemih klien juga perlu dikaji untuk mendektesi faktor predisposisi terjadinya infeksi saluran kemih. Pengosongan kandung kemih yang tidak teratur, hubungan gejala infeksi saluran kemih dengan hubungan seksual, praktek kontrasepsi, dan personal higiene juga perlu di kaji. Pengetahuan klien tentang resep pengobatan agen anti-mikrobial dan tindakan pencegahan juga dikaji.

2.      Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan kepada klien dengan infeksi saluran kemih bagian bawah adalah sebagai berikut:
a.       Nyeri b/d inflamasi perforasi jaringan uretra, kandung kemih dan ginjal.
b.      Ansietas b/d hematuria, peningkatan frekuensi berkemih dan urgensi berkemih
c.       Infeksi b/d hygiene pribadi yang kurang dan prosedur invasive (penggunaan dower kateter)
d.      Perubahan pola eliminasi urin b/d peningkatan frekuensi BAK dan urgensi / inkontinensia
e.       Kekurangan volume cairan b/d perlukaan kapiler saluran kemih dan hematuria
f.        Hipertermi b/d respon fisiologis inflamasi sistemik


3.      Intervensi (NIC) dan Kriteria Hasil (NOC)
a.       Nyeri b/d inflamasi perforasi jaringan uretra, kandung kemih dan ginjal.
Intervensi (NIC) :
1)      Kaji nyeri komperhensif (P, Q, R, S dan T)
2)      Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk pengalihan nyeri
3)      Lakukan masase punggung atau kompres hangat / dingin untuk meminimalisir nyeri
4)      Kolaborasikan untuk pemberian terapi anti-analgetik : dexametason
Kriteria Hasil (NOC) :
1)      Klien tampak rileks
2)      Klien terlihat tidak memegangi daerah yang nyeri (mis. Daerah kostovetebra atau supra pubis)
3)      Klien mengatakan nyeri berkurang  / hilang

b.      Ansietas b/d hematuria, peningkatan frekuensi berkemih dan urgensi berkemih
Intervensi (NIC) :
1)      Dengarkan penjelasan pasien, kaji kecemasan (hal yang dicemaskan, penyebabnya dan lain-lain)
2)      Jelaskan tentang kondisi pasien dan semua prosedur, termasuk sensasi yang akan dirasakan
3)      Motivasi dan yakinkan pasien terhadap hal yang positif atau kemungkinan positif atas diri pasien.
Kriteria Hasil (NOC) :
1)      Klien tampak tenang
2)      Klien mampu memahami tentang kondisinya dan prosedur yang akan  dilakuakan

c.       Infeksi b/d hygiene pribadi yang kurang dan prosedur invasive (penggunaan dower kateter)
Intervensi (NIC) :
1)      Kaji tanda infeksi dan inflamasi komperhensif (rubor, kalor, tumor, dolor dan fungsio laesa)
2)      Kaji kadar leukosit
3)      Kolaborasikan untuk pemberian terapi anti-biotik : kloramfenikol

Kriteria Hasil (NOC) :
1)      Tidak terdapat tanda infeksi dan inflamasi
2)      Kadar leukosit dalam rentang normal 5000 – 10000

d.      Perubahan pola eliminasi urin b/d peningkatan frekuensi BAK dan urgensi / inkontinensia
Intervensi (NIC) :
1)      Pantau eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, volume, bau, dan warna)
2)      Ambil specimen urin untuk urin-analisis
3)      Rujuk ke dokter jika terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Kriteria Hasil (NOC) :
1)      Pantau eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, volume, bau, dan warna)
2)      Tidak adanya infeksi saluran kemih (SDP [sel darah putih] <100.000)
3)      Volume urin > 150cc setiap kali berkemih

e.       Kekurangan volume cairan b/d perlukaan kapiler saluran kemih dan hematuria
Intervensi (NIC) :
1)      Pantau tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi) (kulit kering, mukosa pucat, capillary refill > 2 detik, lemah, pusing, palpitasi, )
2)      Pantau eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, volume, bau, dan warna)
3)      Hitung input dan output cairan
4)      Berikan terapi cairan seusai kebutuhan pasien
Kriteria Hasil (NOC) :
1)      Tidak terdapat tanda dehidrasi
2)      Frekuensi, konsistensi, volume, bau dan warna urin normal.

f.        Hipertermi b/d respon fisiologis inflamasi sistemik
Intervensi (NIC) :
1)      Kaji TTV (Suhu, tekanan darah, tekanan nadi dan napas)
2)      Kaji tanda dehidrasi (turgor kulit dan kelembapan membrane mukosa)
3)      Kaji tanda-tanda infeksi dan inflamasi
4)      Berikan kompres hangat
Kriteria Hasil (NOC) :
1)      Nilai TTV dalam rentang normal
2)      Tidak terdapat tanda dehidrasi dan infeksi maupun inflamasi


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih (bagian atas dan bawah), disebabkan oleh bakteri, jamur ataupun virus, seperti Escherichia coli, dimana jumlah koloninya > 100.000 / ml urin. Infeksi saluran kemih (ISK) terbagi menjadi dalam beberap klasifikasi yaitu ISK bagian atas dan ISK bagian bawah, yang terdiri dari: pielonefritis, sistitis, ureteritis. Tanda dan gejala yang sering muncul adalah seperti demam, menggigil, nyeri pinggang, malaise, nyeri tekan pada sudut kostovetebra dan abdomens, disuria, peningkatan frekuensi BAK dan urgensi, nyeri suprapubis dan hematuria. Untuk menegakkan suatu diagnosa medis Infeksi saluran kemih / infeksi dan inflamasi traktus urinarius perlu dilakukan pemeriksaan diagnostic, khususnya terhadap urin, yaitu dengan cara urin-analisis, yang mencakup tes sedimentasi, tes pH, tes kultur bakteri dan pemilihan terapi obat yang tepat untuk mengatasi infeksi tersebut.

B.     Saran
Untuk kita semua agar dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi dan inflamasi traktus urinarius dengan benar, memhami masalah yang dialami pasien, menyelesaikan masalah sesuai prioritasnya dengan hasil yang sesempurna mungkin agar kualitas hidup pasien meningkat dan tetap sehat setelahnya.



DAFTAR PUSTAKA

                                                                                        
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Grace, Pierce A. 2006. At a Glance : Ilmu Bedah. Erlangga Medical Series
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC
Tambayong Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : Elex Media Komputindo

Suharyanto, Toto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguna Sistem Perkemihan. Jakarta : TM

0 comments :

Post a Comment