BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana indicator/tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan.
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien (Swansburg, 1993).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan perencanaan?
2.      Bagaimana perencanaan dalam manajemen keperawatan?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai berikut:
1.      Menjelaskan pengertian perencanaan.
2.      Menjelaskan perencanaan dalam manajemen keperawatan.








BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005).

B.     Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
1.      Perumusan Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan
a.      Perumusan Visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan waktu pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi tentang mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional Tahun 2015”.
b.      Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan.
Contoh misi ruang perawatan:
Ø  Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
c.       Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi (Swansburg, 1993).
Contoh filosofi ruang perawatan:
Ø  Pasien adalah manusia sebagai individu yang unik bermartabat
d.      Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan.

2.      Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
Kegiatan perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “perencanaan operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun; perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun (Marquis & Huston, 1998); sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai dengan 20 tahun (Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka pendek yang dapat diterapkan di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.
a.       Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.
b.      Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
c.       Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.

3.      Perencanaan SDM Keperawatan
Kegiatan perencanaan yang tidak kalah penting dalam manajemen keperawatan adalah perencanaan SDM keperawatan. Perencanaan SDM keperawatan sangat menentukan efektivitas dan efisiensi kegiatan dalam organisasi pelayanan keperawatan.

a.      Pengertian
Perencanaan SDM adalah kegiatan merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan organisasi serta efektif efisien dalam membantu terwujudnya tujuan (Hasibuan, 2005). Perencanaan SDM kesehatan adalah proses estimasi terhadap jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan (Ilyas, 2004).

b.      Dasar Perencanaan SDM Keperawatan
Dalam membuat perencanaan SDM tentu harus ada yang mendasari. Berikut adalah beberapa hal yang mendasari pembuatan perencanaan SDM keperawatan.
1)      Perencanaan tidak akan timbul dengan sendirinya, tetapi perencanaan timbul didasari oleh hasil pemikiran yang bersumber dari hasil-hasil penelitian. Perencanaan tidak boleh hanya mengandalkan asumsi. Tanpa data yang factual dan valid, perencanaan yang dibuat tidak akan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.
2)      Perencanaan mutlak harus memiliki keberanian mengambil keputusan dengan segala resikonya. Perencanaan yang kita buat tidak hanya sekedar berupa sebuah rencana. Rencana dibuat harus ada dasarnya. Perencanaan dibuat untuk dikerjakan. Apa pun resikonya, seorang manajer keperawatan harus berani mengambil keputusan terhadap perencanaan yang dibuat dan akan dikerjakan.
3)      Orientasi suatu rencana adalah masa depan. Artinya, rencana diibaratkan suatu titik yang akan kita tuju dan kita capai. Rencana harus mempunyai arah ke depan, maju, dan realistis. Sebagai contoh: dalam lima tahun ke depan berapa jumlah SDM keperawatan yang dibutuhkan dan lain-lain.
4)      Rencana harus mempunyai makna. Artinya, janganlah membuat suatu rencana yang tidak jelas arah dan tujuannya. Janganlah hanya berpikiran “daripada tidak mempunyai rencana” karena pekerjaan yang sudah kita lakukan akan sia-sia. Dengan dukungan data dan fakta yang objektif, akan memunculkan masalah yang actual sehingga perencanaan yang dibuat akan bermakna. Jika dilaksanakan, akan mempermudah usaha yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan organisasi.



c.       Tujuan Perencanaan SDM Keperawatan
Menurut Hasibuan (2005), tujuan perencanaan SDM keperawatan adalah sebagai berikut:
1)      Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan.
Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu draf yang memunculkan kualifikasi SDM keperawatan seperti apa yang dibutuhkan. Contoh kebutuhan SDM berdasarkan tingkat pendidikan (D3 Keperawatan atau S1 Keperawatan), kebutuhan SDM berdasarkan spesialisasi (perawat anak, perawat medical bedah, perawat kegawatdaruratan, perawat maternitas, dan lain-lain). Selain itu, draf yang ada juga memuat berapa jumlah kebutuhan SDM keperawatan yang sudah ada dan berapa kekurangannya. Hal ini semua dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengembangan tenaga keperawatan.
2)      The right man on the right place and the right man on the right job (efektivitas dan efisiensi).
Penempatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi pendidikannya akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas-tugas keperawatan.
3)      Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa mendatang.
Perencanaan SDM keperawatan harus dibuat secara cermat dan teliti. Data-data penunjang harus tersedia dengan cukup, antara lain dalam hal apakah dalam waktu dekat atau beberapa tahun kemudian ruang perawatan akan dikembangkan, berapa jumlah tenaga keperawatan yang kira-kira dibutuhkan, dan berapa jumlah tenaga keperawatan yang pension tahun ini atau tahun-tahun berikutnya.
4)      Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
Perencanaan yang cermat akan menghasilkan hitung-hitungan yang matang dalam hal SDM. Dengan demikian, tidak sampai terjadi penggendutan ataupun kekurangan SDM pada spesifikasi area tertentu atau area secara keseluruhan yang menjadi penyebab tumpang tindihnya pelaksanaan tugas.
5)      Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS).
6)      Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
7)      Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi dan pensiun tenaga keperawatan.

d.      Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Menurut Depkes (2002), kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit berada di ruangan antara lain: rawat inap, gawat darurat, critical care, kamar operasi, dan rawat jalan. Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan di masing-masing ruangan ini mempunyai rumus yang berbeda.
1)      Ruang Rawat Inap
Ø  Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap berdasarkan Rumus Depkes adalah sebagai berikut.
·         Berdasarkan klasifikasi pasien
·         Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
Ø  Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap berdasarkan klasifikasi pasien adalah sebagai berikut.
Cara penghitungannya didasarkan atas:
·         Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus;
·         Rata-rata pasien per hari;
·         Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien;
·         Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari;
·         Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari.

RATA-RATA JAM PERAWATAN PASIEN PER HARI
BERDASARKAN JENIS KASUS
No.
Jenis/kategori
Rata-rata pasien/hr
Rata-rata jam perawatan px/hr
Jmlh jam perawatan/hr
1
Px Interne
10
3,5
35
2
Px Bedah
8
4
32
3
Px Gawat
1
10
10
4
Px Anak
3
4,5
13,5
5
Px Kebidanan
1
2,5
2,5
Jumlah
23

93
Tabel 1. Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per Hari Berdasarkan Jenis Kasus
Rounded Rectangle:     13 perawat
 




Untuk menghitung jumlah tenaga tersebut, perlu ditambah dengan faktor koreksi yang berupa loss day (hari libur, cuti, hari besar). Penghitungannya menggunakan rumus sebagai berikut.
Rounded Rectangle:
 






Perlu diketahui bahwa perawat tidak hanya mengerjakan tugas-tugas keperawatan, tetapi juga mengerjakan tugas-tugas non keperawatan. Dengan demikian, perlu dihitung pula jumlah perawat guna mengerjakan tugas-tugas non keperawatan tadi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tugas-tugas non keperawatan diperkirakan sebesar 25% dari jam pelayanan keperawatan.
Rounded Rectangle:   … orang
     4,1 orang
 





Jumlah tenaga keperawatan dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Jumlah tenaga keperawatan = tenaga tersedia + faktor koreksi
         = 16,5 + 4,1 = 20,6 orang (dibulatkan menjadi 21
             perawat).
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan diruangan tersebut adalah 21 orang perawat.

Ø  Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dibedakan menjadi beberapa kategori, antara lain sebagai berikut.
·         Asuhan keperawatan minimal
·         Asuhan keperawatan sedang
·         Asuhan keperawatan agak berat
·         Asuhan keperawatan maksimal
Berikut adalah contoh kasus diruang rawat inap.

RATA-RATA JAM PERAWATAN PASIEN PER-HARI
BERDASARKAN TINGKAT KETERGANTUNGAN
No.
Kategori Tingkat Ketergantungan**)
Rata-Rata Jumlah Pasien/Hari*)
Jumlah Jam Perawatan /Hari
Jumlah Jam Perawatan/Hari
1.
2.
3.
4.
Askep Minimal
Askep Sedang
Askep Agak Berat
Askep Maksimal
7
7
11
1
2
3,08
4,15
6,16
14
21,56
45,65
6,16
Jumlah
26

87,37
Tabel 2. Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per-Hari Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Keterangan: *) berdasarkan penelitian diluar negeri
          **) penjelasan terlampir

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Rounded Rectangle:   jumlah perawat
 






Untuk menghitung jumlah SDM keperawatan yang dibutuhkan, perlu ditambah dengan faktor koreksi dengan rumus sebagai berikut.
Rounded Rectangle:
 





Hasil penghitungan diatas tadi perlu ditambah lagi dengan kegiatan perawat yang menjalankan tugas-tugas non-keperawatan diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
Rounded Rectangle:
 






Jumlah tenaga keperawatan dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Jumlah tenaga keperawatan = tenaga tersedia + faktor koreksi
= 15,9 + 3,9 = 19,8 orang (dibulatkan menjadi 20 perawat).
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan diruangan tersebut adalah 20 orang perawat.

Ø  Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan berdasarkan Rumus Douglas.
Selain penghitungan Depkes (2002), ada cara penghitungan lain, yaitu dari Douglas (1992), ini mengacu pada klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan sebagai berikut.

KLASIFIKASI PASIEN BERDASARKAN TINGKAT
KETERGANTUNGAN
Jumlah
Pasien
Klasifikasi Pasien
Minimal
Parsial
Total
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
1
0,17
0,14
0,07
0,27
0,15
0,10
0,36
0,30
0,20
2
0,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
3
0,51
0,42
0,21
0,81
0,45
0,30
1,08
0,90
0,60
Tabel 3. Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan

Contoh Kasus:
Ruang inap X dengan jumlah pasien sebanyak 20 orang dengan klasifikasi sebagai berikut : 5 orang pasien dengan klasifikasi minimal, 12 orang pasien dengan klasifikasi parsial, dan 3 orang pasien dengan klasifikasi total. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruangan tersebut adalah:
Jumlah perawat dinas pagi
5 x 0,17     = 0,85
12 x 0,27   = 3,24           = 5,17 orang
3 x 0,36     = 1,08
Jumlah perawat dinas siang
5 x 0,14     = 0,70
12 x 0,15   = 1,80           = 3,4 orang
3 x 0,30     = 0,90
Jumlah perawat dinas malam
5 x 0,07     = 0,35
12 x 0,10   = 1,20           = 2,15 orang
3 x 0,20     = 0,60

Dengan demikian, jumlah perawat yang dibutuhkan setiap hari adalah 5,17+3,4+2,15= 10,72 (dibulatkan menjadi 11 orang). Hasil tersebut ditambah lagi dengan perawat yang libur atau cuti sebanyak lebih kurang 4 orang, 1 orang kepala ruang, dan 2 orang ketua tim/perawat primer. Jumlah perawat yang dibutuhkan diruang rawat tersebut adalah 18 orang.

Ø  Penghitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rumus Gillies.
Perhitungan jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan formula Gillies (1989) menggunakan rumus sebagai berikut.
Rounded Rectangle:
 




Keterangan:
BOR          : bed occupancy rate
TT              : tempat tidur
Jumlah hari libur = loss day (hari minggu + cuti + hari besar) dalam satu tahun sekitar 78 hari.
Jam kerja efektif = 7 jam per shif

Contoh kasus:
Ruang A mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah dengan BOR 80%, rata-rata jam perawatan per hari adalah 4 jam. Jumlah perawat yang dibutuhkan Ruang A:
Rounded Rectangle:  

                     


Jadi, kebutuhan perawat di Ruang A adalah 15 orang.

Ø  Penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan rumus PPNI.
Penghitungan kebutuhan jumlah perawat di ruang rawat inap menurut PPNI  menggunakan rumus sebagai berikut.
Rounded Rectangle:     x 125% = jlh prwt 


         

Keterangan :
TT              = tempat tidur
BOR          = Bed occupancy rate

Contoh kasus.
Ruang A mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah dengan BOR 80%, rata rata jam perawatan perhari adalah 4 jam. Berapa jumlah perawat yang di butuhkan ruang A :
Rounded Rectangle:   x 125% = 22,2 (dibulatkan menjadi 22 orang)
 




Jadi kebutuhan jumlah perawat di ruang A adalah 22 orang.
Penghitungan jumlah perawat antara rumus Gillies dan rumus PPNI menghasilkan nilai yang berbeda. Rumus Gillies menghasilkan nilai yang selalu lebih kecil karena Gillies mengasumsikan bahwa perawat di AS sudah profesional sehingga bekerja lebih efektif dan efisien.
Pada penghitungan menggunakan rumus PPNI, hasil penghitungan di kalikan dengan 125%. Hal ini di asumsikan karena tingkat produktivitas perawat di Indonesia adalah 75% sehingga nilai yang di dapatkan selalu lebih besar di bandingkan rumus Gillies.

Ø  Penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan rumus Ilyas.
Penghitungan kebutuhan jumlah perawat berdasarkan rumus Ilyas (2004) adalah sebagai berikut.
Rounded Rectangle:   = jumlah perawat

 




Keterangan :
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
(365 – (12 hr libur nasional + 12 hari cuti tahunan) x ¾ = 255 hari)
Jumlah ¾ adalah indeks yang berasal dari karakteristik jadwal kerja perawat di rumah sakit pemerintah dan swasta yang berbentuk yayasan. Indeks ini diperoleh dari setiap empat hari kerja efektif jaga malam, perawat mendapat libur satu hari.

2)      Ruang Gawat Darurat
Dasar penghitungan kebutuhan perawat di ruang gawat darurat adalah sebagai berikut.
a)      Rata rata jumlah pasien per hari
b)      Jumlah jam perawat per hari
c)      Jam efektif perawat per hari.

Contoh kasus.
Rounded Rectangle:   = 10,7 dibulatkan menjadi 11 orang

Rata rata jumlah pasien per hari adalah 25 orang, jumlah jam perawatan per orang per hari adalah 3 jam, dan jam efektif per hari adalah 7 jam. Maka, kebutuhan  tenaga keperawatan di ruang gawat darurat adalah:


Rounded Rectangle:   = 3

Penghitungan loss day seperti rumus sebelumnya di peroleh hasil sebagai berikut


Jumlah yang di peroleh di tambah dengan loss day :
Jadi, jumlah perawat yang di butuhkan di gawat darurat adalah :
11 + 3 = 14 orang.
Penghitungan kebutuhan perawat di ruang intensif hampir sama dengan di ruang gawat darurat, namun pembedanya adalah jumlah jam perawatan di ruang intensif lebih besar.

3)      Kamar Operasi
Dasar penghitungan tenaga perawat di kamar operasi menurut Depkes (2002) adalah sebagai berikut :
a)      Jumlah dan jenis operasi
b)      Jumlah kamar operasi
c)      Pemakaian kamar operasi (di perkirakan 6 jam perhari) pada hari kerja
d)      Tugas perawat di kamar operasi, instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/tim)
e)      Ketergantungan pasien.
·         Operasi ringan = 1 jam/operasi
·         Operasi sedang = 2 jam/operasi
·         Operasi besar = 5 jam/operasi
Rumus yang dipergunakan adalah :
Rounded Rectangle:
 




Contoh kasus :
RS ‘KAKAK” terdapat 25 operasi / hari dengan rincian sebagai berikut.
·         Operasi ringan      : 8 orang
·         Operasi sedang     : 10 orang
·         Operasi besar        : 7 orang
Jumlah kebutuhan perawat di kamar operasi RS “KAKAK” adalah
Rounded Rectangle:   = 18 + 1 perawat cadangan inti
 




Jadi jumlah kebutuhan perawat di kamar operasi adalah 19 orang.
4)      Rawat Jalan
Menurut Depkes (2002), penghitungan kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan adalah menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh kasus :
·         Rata rata jumlah pasien per hari adalah 100
·         Jumlah jam perawat per pasien/hari adalah 15 menit.
Jadi, kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan adalah sebagai berikut.
Rounded Rectangle:   = 3,6 dibulatkan menjadi 4
 




Hasil yang di peroleh tersebut di tambah dengan faktor koreksi sebesar 15% dari hasil penghitungan. Dengan demikian, jumlah perawat yang di butuhkan di rawat jalan adalah 4 + (15% x 4) = 5 orang.

Penghitungan dengan rumus - rumus di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan. Rumus di atas tidak seluruhnya sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang ada di tempat kita. Hasil penghitungan yang di peroleh sangat bervariasi. Hal ini karena hasil penghitungan tersebut dapat di pengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah produktivitas. Semakin tinggi produktivitas tenaga keperawatan, sebaiknya menggunakan rumus yang menghasilkan nilai terkecil.
Untuk itu, guna menghasilkan data dan hasil yang lebih akurat, manajer keperawatan harus melakukan penghitungan yang lebih teliti terkait dengan klasifikasi pasien dan jumlah jam perawatan. Pengklasifikasian yang ceroboh dan penghitungan jumlah jam keperawatan yang tidak akurat akan menghasilkan nilai yang tidak dapat menjawab persoalan kebutuhan tenaga keperawatan.






Kasus:
Anda adalah seorang kepala ruang rawat bedah laki-laki dengan 34 TT dan BOR 85%. Staf anda terdiri dari 15 perawat, 4 POS, 1 tenaga administrasi, & 3 cleaning service. Hasil survey direktur keperawatan saudara menunjukkan adanya ketidakpuasan dari pelanggan saudara (75% pelanggan ekternal & 68% pelanggan internal). Bagaimana proses perencanaan saudara menanggapi permasalahan diatas?

Pembahasan : Proses Perencanaan
Hierarki perencanaan, meliputi: Rumah Sakit Ojo Radiat
·         Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Ojo Radiat sebagai rujukan utama daerah di Jawa Barat yang unggul, mandiri dan berkualitas dalam pelayanan bedah secara holistik tahun 2020.

·         Misi
a.       Mewujudkan pelayanan kesehatan profesional, bermutu dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b.      Mengembangkan jiwa (sikap mental) wirausaha dalam menyelenggarakan pelayanan mandiri yang bertumpu pada pemberdayaan seluruh potensi rumah sakit dan penggolongan kemitraan seluas-luasnya.
c.       Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bedah dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan daerah, pendidikan dan pengembangan keilmuan di bidang kesehatan bedah.
d.      Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan yang bermutu.

·         Hierarki perencanaan ruang rawat Arjuna, meliputi:
1.      Visi
Terwujudnya ruang rawat bedah laki-laki berkualitas tinggi yang memberikan perawatan secara holistik tahun 2020.
2.      Misi
a.       Memberikan pelayanan perawatan bedah laki-laki yang profesional, bermutu dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b.      Memberikan perawatan bedah laki-laki dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan daerah.
c.       Memberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas perawatan bedah.
d.      Mendorong dan memfasilitasi tenaga kesehatan untuk mengadakan penelitian perawatan bedah di ruang rawat bedah laki-laki.
3.      Filosofi
Profesional dalam melayani
4.      Tujuan
ü  Tujuan jangka panjang
Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal secara holistik dan berbasis evidence based practice.
ü  Tujuan jangka pendek
-          Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan asuhan keperawatan yang holistik di ruang rawat bedah laki-laki
-          Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat bedah laki-laki
-          Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi dan rehabilitasi
-          Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan secara kontinu.
-          Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berbasis evidence based practice
5.      Kebijakan
a.       Gaya kepemimpinan kepala ruangan bersifat situasional.
b.      Kepala ruangan melakukan sistem reward dan punishment kepada staf.
c.       Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
d.      Kepala ruangan mengupayakan kebijakan pelatihan klinik tenaga kesehatan.
e.       Merekomendasikan tenaga kesehatan yang kinerjanya baik kepada pihak rumah sakit untuk diikutsertakan dalam program beasiswa.
f.        Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu bulan sekali.
g.      Mengoptimalkan sistem pendokumentasian keperawatan.
h.      Memiliki standar operasional prosedur.

6.      Prosedur
Pasien yang keluar dari ruang UGD akan diantar ke ruang rawat. Di ruang rawat, bagian administrasi akan menerima informasi penerimaan pasien baru tersebut dengan rincian:
a.       informasi kelas yang akan dipilih
b.      informasi pola tarif
c.       informasi persyaratan
d.      tanda tangan perjanjian
e.       pengecekan kembali status klien dan memasukkan ke buku register baru.

Setelah itu, kepala ruangan memeriksa atau melengkapi informasi atau status klien dengan memperhatikan surat pengantar rawat pasien dari poli UGD, memperhatikan instruksi yang tertera dari perawatan di UGD dan melakukan pengecekan ulang mengenai kelengkapan data pasien. Di lain pihak, perawat menyiapkan tempat tidur yang siap pakai, lengkap dengan set KDM. Setelah melengkapi proses administrasi, perawat menerima pasien dengan 5SP (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Profesional), kemudian memindahkan pasien ke tempat tidur yang telah disiapkan, mengatur kenyamanan pasien, memberikan info mengenai fasilitas yang terdapat di ruangan, lalu memulai proses keperawatan.

·         Tahap/Langkah Perencanaan
1.      Pengumpulan data
ü  Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
ü  Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
ü  Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
ü  Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
ü  Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-85%.
ü  Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
ü  Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan berpengalaman.
ü  Ruangan:
-          Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
-          Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
-          Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
-          Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
-          Kondisi bangunan ruangan kokoh
-          Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
ü  Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
ü  Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
ü  Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
ü  Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
ü  Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
ü  Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
ü  Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
ü  Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
ü  Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
ü  Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
ü  Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
ü  Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikannya.
ü  Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
ü  Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
ü  Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
ü  Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
ü  Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
ü  Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.
ü  Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
ü  Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
ü  Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan dan masih tetap bekerja
ü  Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
-          Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
-          Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
ü  RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
ü  Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
ü  Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
ü  Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
ü  Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
ü  Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas lengkap.
ü  Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
ü  Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.

2.      Analisis lingkungan à Analisa SWOT
Strength :
ü  Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
ü  Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
ü  Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
ü  Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
ü  Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-85%.
ü  Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
ü  Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan berpengalaman.
ü  Ruangan:
-          Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
-          Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
-          Terdapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
-          Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
-          Kondisi bangunan ruangan kokoh
-          Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap

Weakness:
ü  Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
ü  Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
ü  Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
ü  Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
ü  Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
ü  Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
ü  Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
ü  Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
ü  Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
ü  Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
ü  Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
ü  Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikannya.
ü  Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
ü  Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
ü  Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
ü  Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
ü  Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
ü  Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.

Opportunity:
ü  Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
ü  Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
ü  Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan dan masih tetap bekerja
ü  Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
-          Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
-          Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Threat:
ü  RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
ü  Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
ü  Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang merawat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
ü  Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
ü  Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
ü  Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas lengkap.
ü  Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
ü  Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.










BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005). Perencanaan dalam manajemen keperawatan memiliki perumusan visi, misi, filosofi dan tujuan. Jenis perencanaan dalam manajemen keperawatan terdapat 3 jenis, antara lain rencana harian, bulanan dan tahunan. Di dalam perencanaan manajemen keperawatan juga terdapat perencanaan SDM keperawatan. Tujuan dari perencanaan SDM keperawatan antara lain:
1)      Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan.
2)      The right man on the right place and the right man on the right job (efektivitas dan efisiensi).
3)      Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa mendatang.
4)      Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
5)      Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS).
6)      Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
7)      Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi dan pensiun tenaga keperawatan.















DAFTAR PUSTAKA



Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

0 comments :

Post a Comment