BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Filsafat
saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan mempunyai
peranan penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini telah
berkembang dalam berbagai bidang yaitu filsafat pengetahuan, filsafat moral,
filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat
pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika dan lain
sebagainya. Filsafat juga sangat berperan dalam bidang kesehatan khususnya
keperawatan. Filsafat dalam bidang keperawatan ini dapat dipandang atau dilihat
dari dua sisi yaitu dari sisi filsafat pendidikannya dan filsafat ilmu
keperawatannya serta pelayanannya. Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan
saat ini di perguruan tinggi terutama dalam program pendidikan pasca sarjana
magister keperawatan, filsafat telah banyak dimasukkan sebagai salah satu mata
ajar yang harus ditempuh peserta didik.
Filsafat
dalam bidang pendidikan keperawatan mampu memberikan pedoman kepada para
pendidik (dosen/guru) sehingga akan dapat mewarnai sikap perilakunya dalam
mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu dengan adanya filsafat akan
didapatkan pengetahuan yang murni atau kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan
keperawatan untuk dapat diaplikasikan demi kesembuhan pasien dengan didasarkan
pada premis-premis pendukung hal tersebut.
B. TUJUAN
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami tetang apa itu filsafat, peranannya dalam
kehidupan, peranannya dalam pendidikan serta peranannya dalam ilmu keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FILSAFAT ILMU
1.
Pengertian
Filsafat
ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut
epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang
berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori.
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat
dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on=being, wujud, apa+logos
= teori ), ontology ( teori tentang apa ).
Untuk
memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian
filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.
a.
Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan
kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan
pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
b.
Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan
menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan
pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
c.
Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang
pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu,
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
d.
May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang
netral secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai
landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan
pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah
kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai
dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti
bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong
ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu
akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian
rupa, sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis,
dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga
memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih
tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan indrawi
yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat.
Disamping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran
seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
Inti sari
dari filsafat ilmu terdiri dari kebenaran, fakta, logika, dan konfirmasi.
Adapun ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu antara lain sebagai berikut:
a.
Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan
metode ilmiah
b.
Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang
lainnya
c.
Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah
terhadap : cara pandang manusia, hakikat manusia, nilai-nilai yang dianut
manusia, tempat tinggal manusia, sumber-sumber pengetahuan dan hakekatnya,
logika dengan matematika, logika dan matematika dengan realitas yang ada
Sedangkan fungsi dari filsafat ilmu
itu sendiri antara lain :
a.
Alat-alat untuk menulusuri kebenaran segala hal-hal
yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai
secara ilmiah
b.
Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan
hidup
c.
Panduan tentang ajaran moral dan etika
d.
Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai
aspek kehidupan
Sehingga
dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting peranannya bagi pengembangan
ilmu pengetahuan. Tentu juga filsafat ilmu sangat bermanfaat bagi manusia untuk
menjalani berbagai aspek kehidupan.
2.
Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Bidang
garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
Ontologi
ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan
yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi
filsafat ilmu tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het
zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme,
Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham
ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing‑masing
mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang
kita cari.
Epistemologi
ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut
untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan
ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan
sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi
(Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman,
intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal
adanya model‑model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme
atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai
variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model
epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori
koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
Akslologi
llmu meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai
dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial,
kawasan simbolik atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai juga
ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua
non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam
perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi
Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan
ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan.
3.
Objek Filsafat Ilmu
Objek
Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak.
Menurut
Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala
sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
Ada yang
bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak
(theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik)
dan alam (kosmologi).Objek Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang
ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau
sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah
manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda
sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi,
antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
B.
FILSAFAT DALAM KEPERAWATAN
Keperawatan
saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan
segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari
oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau
pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan
sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK
dan perkembangan profesi keperawatan sendiri.
Keperawatan
sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk
berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta
kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care
harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain
keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek
keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep
menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk
melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana
perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan
sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya
senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang
dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka
terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan
atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan
guna memajukan ilmu keperawatan.
Filsafat
keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat
lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara
berfikir seorang perawat dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan
kebijaksanaan sehingga tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat
meningkat. Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat
muncul pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu
keperawatan ), pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan )
dan pertanyaan aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan).
Jawaban
pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam
beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan
merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang
memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Sedangkan Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai
berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi
alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang
bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan
kiat, serta standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang
melandasi perawat expert secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Jawaban
pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan berkaitan
dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan
penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original.
Namun demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan
dalam merawat atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin
majunya peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan
“merawat” dikerjakan berdasarkan naluri (instink) “mother instinct”
(naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan
jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang Florence
Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan
lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang
dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan
bahwa perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang
kemudian menjadi paradigma keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga
semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan
kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang
yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman
tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam
bidang keperawatan. Misalnya Peplau (1952) menemukan teori interpersonal
sebagai dasar perawatan. Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai
dasar perawatan. Roy (1970) menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan.
Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970)
menemukan konsep manusia yang unik.
Jawaban
pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan
sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan
sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut.
Sehingga bisa merubah kondisi seseorang atau sekelompok orang dari kondisi
sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan atau
mengoptimalkan derajat kesehatannya.
Hakekat
manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya keperawatan
merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan,
memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta
pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai berikut:
a.
Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang
didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan.
b.
Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan
umtuk membantu manusia mengatasi masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya
untuk mencapai kesejahteraan.
c.
Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga
sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien.
d.
Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam
pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan
serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
a.
Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik)
yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang
diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau
sebagian dari kebutuhannya.
b.
Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara
langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.
c.
Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa
memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.
d.
Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam
lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.
e.
Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan
bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
Keperawatan
sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human
science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan
keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan
pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985).
Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan
yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human
care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang menekankan caring
is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices of
nursing.
Dalam
eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada
beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena.
Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical,
perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan pengetahuan
keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas
dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai
linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan
bagi pemikir atau peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan
keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasar-dasar subject matter
serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian
terhadap makna, nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan dapat
dilakukan.
Dalam
konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang
kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang
keutuhan manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris
tetapi juga pengembangan estetis, nilai-nilai etis, intuisi dan proses
eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses interaksi antar manusia.
Relevansi Antara Filsafat Ilmu
Dengan Keperawatan
Filsafat
keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta
keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis
daripada metoda empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana
pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan
pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga
filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan
yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan
sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.
Manfaat/peranan Filsafat Dalam Ilmu
Keperawatan
Dalam
pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari peranan filsafat
didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam keperawatan antara lain
adalah:
a.
Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari
filsafat ilmu keperawatan maka akan semakin sulit melaksanakan proses
keperawatan
b.
Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang
mengandung makna, rasa cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan,
terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan seseorang dapat mengetahui
bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut
c.
Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak
teknologi, sosial budaya, ekonomi, pengobatan alternatif, kepercayaan spritual
dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk beluk lingkup profesi keperawatan
yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian profesionalisme seorang perawat
d.
Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan
konflik dalam pencarian kebenaran tentang ilmu keperawatan
e.
Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan untuk bertindak melalui pengalaman-pengalaman yang sudah
ada
f.
Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap
belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan
itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita melakukan tindakan seperti
injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-prosedur apa
saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan
tindakan itu secara benar
g.
Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan
kebijaksanaan yang dia peroleh dari filsafat sehingga perawat tersebut dapat
lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif thinking
tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien
yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan
baik dan akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan pasien tersebut
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat
ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai
metode-metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan
intelektuaL.
Ruang
lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu
itu sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi
nilai-nilai normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.
Objek dari
filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua
yaitu secara mutlak dan tidak mutlak sejarah perkembangan filsafat sudah
dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh terkenal seperti
aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman abad
pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada
pemikiran tokoh yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman
renaissance atau kebangkitan kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia
dan tidak didasarkan pada campur tangan tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada
zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya penemuan-penemuan ilmiah dan
mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince.