Suatu keluarga
ada sepasang suami istri yang dianugerahi 3 orang anak. Sang ayah dikenal
sebagai seseorang yang taat beragama. Ibunya bernama Resa sangat sayang kepada
anak – anaknya dan bersifat lembut. Anak pertama bernama Riska, anak kedua
bernama Fina, anak Ketiga bernama Ofsi. Ketiga Anaknya bersifat pembangkang.
Pada pukul
04:30 WIB ayah mengajak anaknya untuk solat berjama’ah.
Ayah : “bu..anak – anak sudah
pada bangun belum..?”
Ibu : “kayaknya belum yah,
ibu bangunkan dulu ya.
(Ibu pun membangunkan anaknya)
Ibu : “ngah, bangun ngah
kita solat subuh berjam’ah.
Fina : “ye, bentar bu” (dengan nada malas)
Ibu : “ya sudah ibu
bangunkan yang lain dulu ya, ”
(kemudian ibu pun pergi meninggalkan kamar Riska dan membangunkan
anaknya yang lain)
Ibu : “long, bangun..kita
solat berjama’ah yuk..”
Riska : “ya bu..”
Ibu : “jangan lupa
bangunkan adikmu ofsi ya..”
Riska : “dek..bangun dek kita
solat subuh berjama’ah, ayah udah nungguin”
Ofsi : “ya kakak”
(Setelah 5 menit kemudian, keluarga pun sudah berkumpul, tetapi hanya
Riska yang belum)
Ayah : “mana kakak bu, udah di
bangunin belum?”
Ibu : “udah kok”
(kemudian ayah berjalan menuju
kamarnya Riska)
Ayah : “nak, bangun nak kita solat berjama’ah ibu dan adikmu sudah
menunggu”
Fina : “iya yah, sebentar lagi”
Ayah : “sebentar lagi kapan, waktu subuh itu sangat singkat.” (dengan nada tinggi)
Fina : “ya sudah nanti aku solat sendiri aja ya”
Ayah : “ya sudah...terserah kamu” (dengan
nada tinggi)
(ayah pun meninggalkan kamar
Riska dan menghampiri ibu dan anaknya yang lain untuk solat berjama’ah)
Ibu : “mana kakak yah?”
Ayah : “belum bangun bu, kataya kakak nanti solat sendiri aja, ya udah kita
solat berjama’ah dulu”
Pada paginya keluarga tersebut berkumpul untuk sarapan sebelum memulai
aktivitasnya masing – masing.
Ibu : “ayo anak – anak kita
sarapan dulu”
Ayah & ke 3 anaknya : “iya
bu”
(keluarga pun sudah berkumpul
untuk sarapan pagi)
Ayah : “kak, tadi pagi ada solat ga?”
Fina : “maaf yah kakak kesiangan bangunnya”
Ayah : “tu kan ga solat, mau jadi apa kamu”
Fina : “aku baru sekali kok yah ga solat”
Ayah : “nanti dari sekali jadi berulang – ulang kali”
Fina : “udah lah yah cuman sekali juga kok dibesar –
besarin”
Ayah : “kamu itu selalu seperti itu, tidak mau menuruti kata orang tua, nanti
kalau ayah udah ga da siapa yang maka mengingatkan kamu lagi.”
Fina : “ya yah, ayah cerewet banget sih, masih hidup juga bilang udah meninggal”
(dengan nada ketus)
Ibu : “udah lah yah, ini
lagi di meja makan kita sarapan saja dulu, nanti saja bahasnya”
(setelah selesai makan, ayahnya
pergi ke kantor dan anak – anaknya pergi ke sekolah)
Di SMA 1 Pontianak, Riska
dan Fansuri bertemu, dia adalah pacarnya Riska.
Fanshuri : “hai riska, gimana planning nanti malam?”
Riska : “belum ada planning, kenapa emangnya fan?”
Fanshuri : “biasa lah, nih kan malam minggu, nanti malam jalan yuk?”
Riska : “boleh lah lagi bosan nih di rumah, pergi abis
sekolah saja?”
Fanshuri : “oke lah kalo begitu, nanti aku tunggu ya di depan gerbang?”
(pada pukul 07.00 malam,
dirumah sang ayah menegur Ofsi karena tidak mau belajar)
Ayah : “Ofsi.. belajar!
Jangan main hp terus.”
Ofsi : “baru juga megang hp
uda ngomel-ngomel”.
Ayah : “kamu itu udah kelas 3
bentar lagi ujian.”
Ofsi : “ya ampun, ofsi yang
ujian kok ayah yang ribet sih.”
Ayah : “ayah Cuma ngingatkan,
ayah seperti ini demi kebaikan kamu juga.”
Ofsi : “iy...iy......” (dengan nada ketus)
Ayah : “terserah kamu mau
dengar kata ayah atau tidak.”
(ayah pun meninggalkan ofsi
yang masih asik sendiri)
(Malamnya pada Pukul 10.00
riska pulang dan ayahnya marah – marah karena dia telat pulang)
Ayah : “riska. dari mana saja kamu?”
Riska : “biasa lah yah anak muda, habis pergi jalan”
Ayah : “jalan sama siapa
kamu”?
Riska : “issh...ayah nih, mau
tau aja urusan orang”.
Ayah : “kamu tu anak
perempuan harusnya bantu-bantu ibu dirumah bukan malah keluyuran dari pulang
sekolah sampai larut malam.”
Riska : “uda lah yah jangan
ngomel-ngomel terus, aku nih baru pulang, capek.
Ayah : “kamu....” (sambil mengangkat tangan hendak ingin
menampar)
Ibu :
“astarfirullah...sabar yah... jangan terbawa emosi.” (sambil menahan tangan ayah)
Ayah : “astarfirullah”. (sambil mengelus dada)
Ibu : “ini yah minum air
putih dulu biar lebih tenang.”
Ayah : “apa lah salah kita ya
bu, anak kita jadi seperti itu?”
Ibu : “mungkin sikap ayah
yang terlalu keras pada anak-anak. Sebaiknya besok ayah bicara pada anak-anak.”
Ayah : “iy ya bu, sebaiknya
memang ayah harus bicara pada anak-anak.”
(keesokan harinya mereka
berkumpul diruang keluarga)
Ayah : ”Riska, Fina, Ofsi
kesini sebentar nak, ayah dan ibu mau bicara.”
Ofsi : “kak... dipanggil
ayah sebentar.”
(mereka pun pergi ke ruang
keluarga dengan wajah malas)
Fina : “ada apa ayah?”
Ayah : “ sini duduk didekat
ayah . kalian ayah kumpukan disini, ada yang ingin ayah bicarakan, sebelumnya
ayah minta maaf atas perlakuan ayah selama ini, ayah sering bersikap kasar sama
kalian membuat kalian merasa tidak nyaman kalau didekat ayah, tapi ayah begini
karena ayah sayang sama kalian, ayah ingin kalian menjadi anak yang berhasil
dan membuat ayah bangga sama kalian. Terutama kamu riska, ayah ini sudah tua,
kamu itu anak pertama, jadi kamu yang harus menjaga ibu dan adik-adik kamu
jikalau ayah sudah tiada. Ayah tidak melarang kamu pacaran, tapi harus ada
batasannya, kamu kan sudah besar, harusnya sudah tau mana yang baik dan mana
yang buruk buat kamu. Fina, kamu itu sudah besar harusnya ayah tidak perlu lagi
mengingatkan kamu untuk solat, mulailah mandiri, itu sudah menjadi kewajiban
kita sebagai umat islam. Dan untuk ofsi, kamu itu sudah kelas 3, sebentar lagi
sudah UN, belajar la nak, biar kamu lulus, itu juga buat keberhasilan kamu
dimasa depan.
Ibu : “tu dengar apa
kata-kata ayah, ayah begitu karena ayah sayang sama kalian, jangan la suka
melawan orang tua karena ridha Allah adalah ridha orang tua. Sekarang ayo minta
maaf sama ayah kalian.”
(anak-anak pun minta maaf
kepada sang ayah, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi)
THE END