BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu kelainan bawaan sejak
lahir adalah sindaktili yakni kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau
lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa.
Sindaktili merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau
lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa
(webbed fingers). Dalam keadaan normal, ada sejumlah gen yang membawa
“perintah” kepada deretan sel di antara dua jari untuk mati, sehingga kedua
jari tersebut menjadi terpisah sempurna. Pada kelainan ini, gen tersebut
mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari tetap menyatu dan tidak terpisah
menjadi lima jari.
Jari yang sering mengalami pelekatan adalah jari telunjuk dengan
jari tengah, jari` tengah dengan jari manis, atau ketiganya. Sindaktili terjadi pada 1
dari 2.500 kelahiran. Lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki dibandingkan
bayi perempuan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Sindaktili ?
2.
Apa etiologi
Sindaktili ?
3.
Bagaimana
patofisiologi Sindaktili ?
4.
Apa
manifestasi klinik Sindaktili ?
5.
Bagaimana
penatalaksanaan Sindaktili ?
6.
Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan Sindaktili ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
Mahasiswa
dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal
yaitu Sindaktili.
2.
Tujuan khusus
Mahasiswa
dapat menjelaskan :
a.
Pengertian
Sindaktili
b.
Etiologi
Sindaktili
c.
Patofisiologi
Sindaktili
d.
Manifestasi
klinik Sindaktili
e.
Penatalaksanaan
Sindaktili
f.
Asuhan
keperawatan pada klien dengan Sindaktili
D. Metode Penulisan
Metode
penulisan makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui pengumpulan
literatur dari beberapa sumber.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis tentang Sindaktili dan asuhan keperawatan pada klien dengan Sindaktili
BAB
III : Penutup yang teridiri dari
kesimpulan dan saran.
Daftar
Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
SINDAKTILI PADA BALITA DAN DEWASA
A.
KONSEP PENYAKIT
1.
Definisi
Sindaktili merupakan kelainan jari
berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk
seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers).
Sindaktili
merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan pada jari-jari tangan,
jari-jari tidak terpisah, dan bersatu dengan yang lain. Dapat terjadi hubungan
satu, dua, atau lebih jari-jari. Hubungan jari-jari dapat terjadi hanya pada
kulit dan jaringan lunak saja, tetapi dapat pula terjadi hubungan tulang dengan
tulang. (Muttaqin, 2008)
Dalam keadaan normal, ada sejumlah
gen yang membawa “perintah” kepada deretan sel di antara dua jari untuk mati,
sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah sempurna. Pada kelainan ini, gen
tersebut mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari tetap menyatu dan tidak
terpisah menjadi lima jari. (http://meilankiky.blogspot.com/2011/5/kelainan-jari.
html)
Jari yang sering mengalami pelekatan
adalah jari telunjuk dengan jari tengah, jari tengah dengan jari manis, atau
ketiganya. Sindaktili terjadi pada 1 dari 2.500 kelahiran.
2.
Etiologi
Kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di dalam
rahim yang menyebabkan posisi janin tidak normal, cairan amnion pecah, atau
obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan. Apabila
penyebabnya akibat kelainan genetika, maka tidak dapat dilakukan pencegahan.
Kemungkinannya dapat diperkecil bila penyebabnya adalah obat-obatan yang
dikonsumsi ibu selama hamil.
Penyebab langsung sindaktili sering
kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara
bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya sindaktili
antara lain :
a. Kelainan Genetik dan
Kromosom
Kelainan
genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas sindaktili
pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel
biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur
dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang
sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.
Dengan
adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran , maka telah dapat diperiksa
kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya.
b. Faktor Mekanik
Tekanan
mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan
bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor
predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya
deformitas suatu organ.
c. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada
trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya
kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui
dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat
mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan
yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara
laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan,
khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu
sama sekali, walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu
memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser
untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak
dapat dihindarkan ; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum
kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
d. Faktor Radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan
mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya
riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan
kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik
atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada
hamil muda.
e. Faktor Gizi
Kekurangan gizi berat dalam masa
kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya.
f.
Faktor-Faktor Lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak
diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup
janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia,
hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
3.
Patofisiologi
Pada awal
perkembangan janin manusia, selaput jari- jari kaki adalah normal. Pada
sekitar 16 minggu kehamilan, apoptosis (kematian sel) berlangsung dan
enzim menghilangkan selaput tersebut. Pada beberapa janin, proses ini
tidak terjadi sepenuhnya antara semua jari tangan atau kaki sehingga
selaput tersebut menetap.
Sindaktili (jari-jari saling berlekatan) yang disebabkan gen homozigot
(karier) melakukan perkawinan dengan sesamanya, kemungkinan anaknya adalah :
P : Ss (normal karier)
>< Ss (normal karier)
G : S dan s
F1 :
SS = sindaktili
Ss = normal karier
Ss = normal karier
ss = normal
Dari perkawinan tersebut, kemungkinan anaknya yang
normal dan yang menderita sindaktili adalah 3 : 1.
4.
Manifestasi Klinis
Bentuknya ada yang
pelekatannya hanya sepertiga dari panjang jari, atau sepanjang jari saling
melekat. Pelekatan juga bisa hanya terjadi pada jaringan kulit, tendon
(jaringan lunak), bahkan pada kedua tulang jari yang bersebelahan. Kelainan ini
dapat mengganggu proses tumbuh-kembang karena jari yang dempet menghambat pertumbuhan
jari dari gerakan jari-jari lain di sampingnya. Bila tidak diatasi, dapat mengganggu
perkembangan mental anak. Kadangkala dilakukan cangkok kulit untuk menutup
sebagian luka, sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit yang lebih lama
dibandingkan operasi penanganan polidaktili.
5.
Penatalaksanaan
Penanganan sindaktili dapat berupa tindakan
bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang
memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukan kelainan kongenital pada bayi
baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis
kemungkinan faktor penyebab langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
Cara mengatasinya dengan melakukan operasi
pemisahan pada jari-jari yang saling melekat atau menyatu. Operasi pemisahan
jari-jemari dilakukan setelah anak berumur antara 12-18 bulan. Bila ada
beberapa jari yang melekat, operasi pemisahan dilakukan satu persatu untuk
menghindari komplikasi pada luka dan sistem perdarahan jari yang dipisahkan.
Penatalaksanaan yang
sering dilakukan adalah tindakan operasi dengan memisahkan jari-jari yang
kemungkinan memerlukan skin graft.(Muttaqin,
2008)
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Identitas
a.
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku /
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung
jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama
perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat.
2.
Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan
yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan
pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, Paliatif atau
Provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana penyakit tersebut dirasakan oleh klien, Regional (R) yaitu penyakit
tersebut menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi ketidaknyamanan atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak
kapan klien merasakan penyakit tersebut.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji
apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada
atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit sindaktili.
3.
Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif
ataupun objektif melalui anamnesis riwayat penyakit, pengkajian psikososial,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
c. Pengkajian Fisik : Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang
diantaranya amati kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan
palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan
tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan. Skelet tubuh di kaji mengenai
adanya deformitas tulang dam kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstermitas, amputasi, dan
bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis harus di catat. Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya
menunjukkan adanya fraktur tulang. Bisa teraba krepitus ( suara berderik ) pada
titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk
mencegah cedera lebih lanjut ( Smeltzer, 2002)
4.
Diagnosa Keperawatan
a.
Pre Operasi
1)
Ansietas berhubungan dengan rencana
pembedahan.
2)
Kurang pengetahuan (kebutuhan
untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi.
3)
Harga diri
rendah berhubungan dengan kelainan kongingetal
b.
Post Operasi
1)
Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2)
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3)
Resiko tinggi terhad ap infeksi
berhubungan dengan tindakan pembedahan.
4)
Kurang pengetahuan (kebutuhan
untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi.
5.
Intervensi Keperawatan
a.
Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan
rencana pembedahan.
Hasil Yang Diharapkan :
• Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam
berhadapan dengan mereka.
• Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
• Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas berkurang ke tingkat yang
dapat diatasi.
Intervensi
:
a)Informasikan pasien / orang
terdekat tentang peran advokat perawat intraoperasi.
R/
: Kembangkan rasa percaya / hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan control pada
lingkungan yang asing.
b)
Identifikasi tingkat rasa takut
yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan.
R/
: Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan mengakibatkan reaksi
stress yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap
prosedur / zat-zat anestesi.
c)Validasi sumber rasa takut. Sediakan
informasi yang akurat dan faktual.
R/
: Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk
menghadapinya secara realistis, misalnya kesalahan identifikasi / operasi yang salah, kesalahan anggota tubuh yang di
operasi.penggambaran yang salah, dll.
d) Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan pembedahan dengan
dokter, anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.
R/ : Mungkin
diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak berkurang / teratasi.
2) Kurang pengetahuan
(kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi.
Hasil Yang Diharapkan :
• Mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra operasi dan
harapan pasca operasi.
• Melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
• Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
perawatan.
Intervensi :
a)
Kaji tingkat pemahaman pasien.
R/ : Berikan
fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.
b)
Tinjau ulang patologi khusus
dan antisipasi prosedur pembedahan.
R/ : Sediakan
pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi
berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan
untuk menjelaskan kesalahan konsep.
c)
Gunakan sumber-sumber bahan
pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.
R/ : Bahan yang
dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.
d)
Melaksanakan program pengajaran
pra operasi individual : pembatasan dan prosedur pra operasi / pasca operasi
misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan
aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.
R/ : Meningkatkan
pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca
operasi
3) Harga
diri rendah berhubungan dengan kelainan kongingetal
Hasil yang diharapkan :
·
Mengungkapkan
penerimaan diri
·
Komunikasi
terbuka
·
Pemenuhan
peran yang signifikan
·
Keinginan
untuk melawan orang lain
Intervensi :
a) Pantau pernyataan pasien tentang penghargaan diri
b) Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian
diri
c) Ajarkan keterampilan untuk bersukap positif
melalui bermain peran, conroh peran, diskusi, dan sebagainya
d) Berikan informasi tentang pentingnya konseling dan
ketersediaan sumber-sumber di komunitas
b.
Post Operasi
1)
Nyeri berhubungan dengan
insisi pembedahan.
Hasil Yang Diharapkan :
•
Mengatakan bahwa rasa sakit
telah terkontrol / hilang.
•
Tampak santai, dapat
beristirahat / tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi :
a)
Kaji karakteristik, lokasi dan
intensitas nyeri klien (skala 0-10).
R/ : Mengetahui
tingkat rasa nyeri, berguna dalam pengawasan keefektifan obat.
b)
Ajarkan teknik relaksasi
seperti : imajinasi, musik yang lembut.
R/
: Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk
mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman.
c)Berikan posisi yang nyaman.
R/
: Posisi dapat membantu mengurangi nyeri.
d) Kolaborasi dengan medik pemberian analgetik.
R/
: Terapi analgetik dapat mengurangi nyeri.
2)
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Hasil Yang Diharapkan :
•
Mencapai penyembuhan luka.
•
Mendemonstrasikan tingkah laku
/ teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan mencegah komplikasi.
Intervensi :
a)
Kaji daerah sekitar luka,
apakah ada pus, atau jahitan basah.
R/ : Deteksi
awal jika terjadi gangguan dalam proses penyembuhan.
b)
Periksa luka secara teratur,
catat karakteristik dan integritas kulit.
R/ : Pengenalan akan
adanya kegagalan proses penyembuhan luka / berkembangnya komplikasi secara dini
dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
c)
Kaji jumlah dan karakteristik
cairan luka.
R/ : Menurunnya
cairan menandakan adanya evolusi dari proses penyembuhan, apabila pengeluaran
cairan terus menerus / adanya eksudat yang bau menunjukkan terjadinya
komplikasi (misalnya perdarahan, infeksi).
d)
Beri penguatan pada balutan
awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat.
R/ : Lindungi luka
dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat
menyebabkan ekskoriasi (pengikisan kulit).
e)
Gunakan teknik aseptik saat
merawat luka / jahitan.
R/ : Mencegah
infeksi dan mencegah transmisi infeksi bakterial pada luka jahitan.
f)
Perhatikan intake nutrisi
klien.
R/ : Penting untuk mempercepat
penyembuhan luka.
3) Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Hasil Yang Diharapkan :
• Mengidentifikasikan factor-faktor resiko individu dan intervensi
untuk mengurangi potensial infeksi.
• Pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi :
a)
Tetap pada fasilitas control
infeksi, sterilisasi dan prosedur / kebijakan aseptik.
R/ : tetapkan
mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
b)
Uji kesterilan semua peralatan.
R/ : Benda-benda
yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun demikian, setiap benda harus
secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek
lingkungan pada paket, dan teknik pengiriman.
c)
Identifikasi gangguan pada
teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
R/ : Kontaminasi
dengan lingkungan / kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi
tidak steril sehingga meningkatkan resiko infeksi.
d)
Berikan antibiotik sesuai
petunjuk.
R/ : Dapat diberikan
secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
4) Kurang pengetahuan
(kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi.
Hasil Yang Diharapkan :
• Mengutarakan pemahaman proses penyakit / harapan pasca operasi.
• Melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
• Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
perawatan.
Intervensi :
a)
Kaji tingkat pemahaman pasien.
R/ : Berikan
fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.
b)
Tinjau ulang patologi khusus
dan antisipasi prosedur pembedahan.
R/ : Sediakan
pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi
berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan
untuk menjelaskan kesalahan konsep.
c)
Gunakan sumber-sumber bahan
pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.
R/ : Bahan yang
dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.
d)
Melaksanakan program pengajaran
pasca operasi individual : pembatasan dan prosedur pasca operasi misalnya
perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas,
latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.
R/ : Meningkatkan
pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca
operasi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sindaktili merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau
lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa
(webbed fingers).
Kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di
dalam rahim yang menyebabkan posisi janin tidak normal, cairan amnion pecah,
atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan.
Pada awal perkembangan janin manusia, selaput jari- jari kaki
adalah normal. Pada sekitar 16 minggu kehamilan, apoptosis berlangsung dan
enzim menghilangkan selaput tersebut. Pada beberapa janin, proses ini
tidak terjadi sepenuhnya antara semua jari tangan atau kaki sehingga
selaput tersebut menetap. Sindaktili (jari-jari saling
berlekatan) yang disebabkan gen homozigot (karier) melakukan perkawinan dengan
sesamanya.
B.
Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini
diharapkan kita semua dapat mengetahui konsep dasar penyakit sindaktili dan asuhan keperawatan penyakit
sindaktili.