BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peristiwa traumatic, seperti
kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang dicintai dapat meninggalkan
dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat memengaruhi persepsi
individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari
individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk dalam
hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia
merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah
dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak
prasangka-prasangka negative seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk
itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri
dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat.
Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga
diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa
yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2.
Apa
saja etiologi dari harga diri rendah?
3.
Apa
manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4.
Bagaimana
proses terjadinya masalah?
5.
Bagaimana
rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6.
Bagaimana
pohon masalah dari harga diri rendah?
7.
Apa
saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah?
8.
Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah?
9.
Bagaimana
contoh aplikasi komunikasi terapeutik pada SP klien?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat
mengambil tujuan sebagai berikut :
1.
Menjelaskan
definisi dari harga diri rendah.
2.
Menjelaskan
etiologi dari harga diri rendah
3.
Menjelaskan
manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4.
Menjelaskan
proses terjadinya masalah
5.
Menjelaskan
rentang respon klien dengan harga diri rendah
6.
Menjelaskan
pohon masalah dari harga diri rendah
7.
Menjelaskan
masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri rendah
8.
Menjelaskan
asuhan keperawatan klien dengan harga dirir rendah.
9.
Mencontohkan
aplikasi komunikasi terapeutik dari SP klien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
-
Harga
diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).
-
Individu
cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang
lain (Depkes RI, 2000).
-
Evaluasi
diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan dapat
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
-
Perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998).
B. Etiologi
1. Faktor
predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah
kronis adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.
2.
Faktor presipitasi
Factor
presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis ini
dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
C. Tanda
dan Gejala
Manifestasi
yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah, Fitria
(2009) :
-
Mengkritik
diri sendiri
-
Perasaan
tidak mampu
-
Pandangan
hidup yang pesimistis
-
Tidak
menerima pujian
-
Penurunan
produktivitas
-
Penolakan
terhadap kemampuan diri
-
Kurang
memperhatikan perawatan diri
-
Berpakaian
tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap lawan bicara
-
Lebih
banyak menunduk
-
Bicara
lambat dengan nada suara lemah
D. Proses
Terjadinya Masalah
Harga diri rendah kronis
terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang
tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feed back dari lingkungan
tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang
selalu memberi respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis
terjadi disebabkan banyak factor. Awalnya individu berada pada suatu situasi
yang penuh dengan stressor (krisis).
individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul
pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi
dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak
memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara
terus-menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis..
E. Rentang
Respon
Harga diri
rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana aktifitas merupakan
bentuk hukuman atau punishment
(Stuart & Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara
klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan mucul bersama
penyakit lain.
Menurut
NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal
yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus,
mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada,
selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung
pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu
serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative mengenai
dirinya.
Mekanisme
koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah
kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara,
misalnya ikut kelompok social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi
dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas.
Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan
obat-obatan.
Jika
mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu
akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup
identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari
orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri. identitas negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik
pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri
rendah juga dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis,
psikologis, social dan cultural.
Factor
biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi
kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan
harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur
otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah adalah :
1.
System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
2.
Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi
dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan
yang telah dijadwalkan tersebut.
3.
Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila
ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak
dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan
perasaan negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.
4.
Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
F. Masalah
Keperawatan yang mungkin muncul
1. Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi social
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Resiko tinggi perilaku kekerasan
Diagnosa
Keperawatan
Harga Diri Rendah
G.
Contoh Aplikasi Komunikasi Terapeutik pada SP Klien
SP
1 pasien :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dialtih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian.
Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T
terlihat segar.”
“Bagaimana
kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?
Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T lakukan di rumah
sakit. Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.”
“Di mana
kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?”
Kerja
“T, apa saja
kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula
kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar?
Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima kemampuan
dan kegiatan yang T miliki!”
“T, dari kelima
kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit? (mis.ada
tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan yang masih
bisa dikerjakan di rumah sakit ini!”
“Sekarang,
coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. baik,
yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang
kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur T! Coba
lihat, sudah rapikah temapt tidurnya?”
“Nah, kalau
kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus!
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut! Bagus!”
“T sudah
bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakan dengan
sebelum dirapikan! Bagus!”
“Coba T lakukan
dan jangan lupa member tanda di kertas daftar kegiatan, tulis M (mandiri) kalau
T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau T melakukan dengan dibantu,
dan tulis T (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat member kertas berisi
daftar kegiatan harian).”
Terminasi
“Bagaimana
perasaan T setelah kita bercakap-cakap, dan latihan merapikan tempat tidur? Ya,
T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah T praktikkan dengan baik
sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis
istirahat, jam 4 sore.”
“Besok pagi
kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring… kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!”
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri
rendah :
a.
Mengkritik
diri sendiri
b.
Perasaan
tidak mampu
c.
Pandangan
hidup yang pesimis
d.
Penurunan
produktivitas
e.
Penolakan
terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat
juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah.
DAFTAR
PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya.
2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Keliat, Budi Anna dan
Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta : EGC