ARTRITIS REMATOID
A.
PENGERTIAN
Kata
arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid
arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
B.
ETIOLOGI
Penyebab
penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
C.
MANIFESTASI
KLINIS
kelelahan, kehilangan energi, kurangnya nafsu makan,
demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan
otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi
hari. Rasa nyeri,
pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang
klasik (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik adalah mudah capek, lemah,
lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
D.
PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung
terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk
tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang.
Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen,
fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan
menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium
yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus
dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan
pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.
E.
KOMPLIKASI
1.
Osteoporosis
2.
Gangguan jantung
3.
Gangguan paru
F.
PROGNOSIS
Pada
umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit yang
bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan
selanjutnya akan mengalami remisi sempurna).
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Tes
faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.
2.
LED naik
pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum rendah dan
fosfatase alkali meningkat.
3.
Rontgen
menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan pergelangan pada
stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4.
Kelainan
destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang
berat.
5.
Kadar
asam urat lebih dari 7 mg/dl.
H.
PENCEGAHAN
Menjaga
supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari, sebaiknya
digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari, tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen yang mengandung Omega 3.
I.
PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
1.
Memberikan
Pendidikan
meliputi
pengertian tentang patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit termasuk
komponen penatalaksanaan regimen obat yang kompleks.
2. Istirahat
Rematoid
Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
3.
Latihan
Fisik
Dapat
bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan
aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4.
Termotrafi
Lakukan
kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri.
5.
Gizi
Pemenuhan
gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REMATOID ARTRITIS
1.
Pengkajian
Sistem Muskuloskeletal
a.
Inspeksi :
-
Perhatian keadaan
sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal, lumbai, bahu siku,
pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut, ekstermitas bawah dan
panggul
-
Amati kemerahan dan
bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi.
b.
Palpasi :
-
Adanya nyeri sendi
pada daerah yang disertai
kemerahan / bengkak.
Dengan skala nyeri :
Ringan : 0 – 3
Sedang : 3 – 7
Berat : 7 – 10
-
Temperatur hangat pada
sendi yang nyeri.
2.
Diagnosa
Keperawatan (doengoes, 2000)
a.
Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi
jaringan akibat akumulasi cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi.
b.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
deformitas skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas
atau penurunan kekuatan otot.
c.
Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan
peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energy atau ketidakseimbangan mobilitas.
d.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan
kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak,
atau depresi.
e.
Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan
pemeliharaan rumah berhubungan dengan proses penyakit degenerative jangka
panjang, system pendukung tidak adekuat.
f.
Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar
mengenai penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumatoid dibawah
ini, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan
rasionalisis(doenges, 2000).
Diagnosa keperawatan I : nyeri akut/kronis berhubungan dengan
distensi jaringan akibat akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi
sendi.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
|
|
Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat lokasi dan intensitas,
factor-faktor yang mempercepat, dan respon rasa sakit non verbal.
|
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan efektifitas
program.
|
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil.
Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
|
Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan
menjaga pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi/nyeri
|
Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
|
Pada penyakit yang berat/ eksaserbasi, tirah baring
mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri cedera.
|
Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir,
gulungan trokhanter, bebat, brace.
|
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan pada sendi. Imobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan hilang mobilitas/ fungsi sendi.
|
Anjurkan klien untuk sering merubah posisi,. Bantu klien
untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah,
hindari gerakan yang menyentak.
|
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.
|
Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap
hangat untuk mengompres sendi yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi,
dan sebagainya.
|
meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan
rasa sakit dan menghilangkan kekakuan pada pagi hari. Sensitivitas pada panas
dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
|
Berikan masase yang lembut.
|
meningkatkan relaksasi/ mengurangi tegangan otot.
|
Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya
relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman
imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
|
Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
|
Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai dengan jadwal
aktivitas klien.
|
Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
|
Kolaborasi :
Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/ latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk.
|
Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/
spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
|
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Asetilsalisilat (Aspirin).
NSAID lainnya, missal ibuprofen (motrin), naproksen,
sulindak, proksikam (feldene), fenoprofen.
D-penisilamin (cuprimine).
Antasida
Produk kodein
|
Obat-obatan:
Bekerja sebagai antiinflamasi dan
efek analgesik ringan dalam mengurani kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
ASA harus dipakai secara regular untuk mendukung kadar dalam darah
teurapetik. Riset mengindikasikan bahwa ASA memiliki indeks toksisitas yang paling
rendah dasi NSAID lain yang diresepkan.
Dapat digunakan bila klien tidak
memberikan respons pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.
Dapat mengontrol efek-efek sistemik
dari RA jika terapi lainnya tidak berhasil. Efek samping yang lebih berat
misalnya trombositopenia, leucopenia, anemia aplastik membutuhkan pemantauan
yang ketat. Obat harus diberikan diantara waktu makan, karena absorbs obat
menjadi tidak seimbang antara makanan dan produk antasida dan besi.
Diberikan bersamaan dengan NSAID
untuk meminimalkan iritasi/ketidaknyamanan lambung.
Meskipun narkotik umumnya adalah
kontraindikasi, namun karena sifat kronis dari penyakit, penggunaan jangka
pendek mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol
nyeri yang berat.
|
Bantu klien dengan terapi fisik, missal sarung tangan paraffin,
bak mandi dengan kolam bergelombang.
|
Memberikan dukungan hangat/ panas untuk sendi yang
sakit.
|
Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.
|
Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak pada
periode akut.
|
Pertahankan unit TENS jika digunakan.
|
Rangsang elektrik tingkat rendah yang konstan dapat
menghambat transmisi nyeri.
|
Siapkan intervensi pembedahan, missal sinovektomi.
|
Pengangkatan sinovium yang meradang dapat mengurangi
nyeri dan membatasi progresi dan perubahan degeneratif.
|
Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan
otot.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
|
|
Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa
sakit pada sendi.
|
1. Tingkat aktivitas/ latihan
tergantung dari perkembangan/ resolusi dari proses inflamasi.
|
2. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan. Buat jadwal
aktivitas yang sesuai dengan toleransi untuk memberikan periode istirahat
yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
|
2. Istirahat sistemik dianjurkan
selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting, untuk
mencegah kelelahan, dan mempertahankan kekuatan.
|
3. Bantu klien dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
|
3. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Latihan yang tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
|
4. Ubah posisi klien setiap dua jam
dengan bantuan personel yang cukup. Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan
dan penggunaan bantuan mobilitas.
|
4. Menghilangkan tekanan pada jaringan
dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
|
5. Posisikan sendi yang sakit dengan
bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, dan bebat, brace.
|
5. Meningkatkan stabilitas (
mengurangi resiko cidera ) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan
dan kesejajaran tubuh serta dapat mengurangi kontraktur.
|
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah
leher.
|
6. Mencegah fleksi leher.
|
7. Dorong klien mempertahankan postur
tegak dan duduk, berdiri, dan berjalan.
|
7. Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas.
|
8. Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tangga pada
bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda.
|
8. Menghindari cidera akibat
kecelakaan/ jatuh.
|
Kolaborasi :
9. Konsultasi dengan ahli terapi
fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
|
berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas
yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasi
alat/bantuan mobilitas.
|
10 Berikan matras busa/ pengumbah tekanan.
|
Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi
risiko imobilisasi / terjadi dekubitus.
|
Berikan obat – obatan sesuai indikasi :
Agen antireumatik, mis garam emas, natrium tiomaleat.
Steroid.
|
Obat – obatan :
Krisoterapi ( garam emas ) dapat menghasilkan remisi
dramatis / terus – menerus tetapi dapat mengakibatkan
inflamasi rebound bila terjadi penghentian atau dapat terjadi efek samping
serius, misl krisis nitrotoid seperti pusing, penglihatan kabur, kemerahan
tubuh, dan berkembang menjadi syok anafilaktik.
Mungkin dibutuhkan untuk menekan inflamasi
sistemik akut.
|
Siapkan intervensi bedah : Atroplasti.
Prosedur pelepasan tunnel, perbaikan tendon,ganglionektomi. Implan
sendi.
|
Intervensi bedah :
Perbaikan pada kelemahan periartikuler dan
subluksasi dapat meningkatkan stailitas sendi.
Perbaikan berkenaan dengan defek jaringan
penyambung, dan mobilitas.
Pergantian mungkin diperlikan untuk memperbaiki fungsi optimal dan
mobilitas.
|
Diagnosa Keperawatan III : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan
peran berhubungan dengan perubahan kemapuan untuk melakukan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
1. Dorongn klien mengungkapakan perasaannya
melalui proses penyakit dan harapan masa depan.
|
1. Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi
rasa takut / kesalahan konsep dan mampu menghadapi masalah secara langsung.
|
2. Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan pada klien / orang terdekat.
Pastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam berfungsi dalam gaya hidup sehari – hari,
termasuk aspek –aspek seksual.
|
2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan
kebutuhan terhadap intervensi / konseling lebih lanjut.
|
3. Diskusikan persepsi klien ,mengenai
bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan klien.
|
3. Isyarat verbal / nonverbal orang terdekat dapat
memengaruhi bagaimana klien memandang dirinya sendiri.
|
4. Akui dan menerima perasaan berduka, bermusuhan,
serta ketergantungan.
|
4. Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan marah,
dan bermusuhan umum terjadi.
|
5. Obesrvasi perilaku klien terhadap kemungkinan
menarik diri, menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan tubuh.
|
5. Dapat menujukkan emosional atau metode koping
maladatif, membutuhkan intervensi
lebih lanjjut / dukungan psikologis.
|
6. Susun batasan pada perilaku maladatif. Bantu
klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu mekanisme
koping yang adaptif.
|
6. Membantu klien untuk mempertahankankontrol
diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
|
7. Ikut sertakan klien dalam merencanakan
perawatan dan membuat jadwal akitvitas.
|
7. Meningkatkan perasaan kompetensi/ harga diei, mendorong kemandirian, dan
mendorong partisipasi dalam terapi.
|
8. Bantu kebutuhan perawat yang diperlukan klie.
|
8. Mempertahankan penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri.
|
9. Berikan respon/ pujian positif bila perlu.
|
9. Memungkinkan klien untu merasa senang terhadap
dirinya sendiri. Menguatkan prilaku positif, dan meningkatkan rasa percaya
diri.
|
Kaloborasi :
10 Rujuk pada konseling psikiatri, mis perawat
spesialis psikiatri, psikiatri/ psikolog,pekerjaan sosial.
|
10.
Klien/ orang terdekat mungkin mebutuhkan dukungan selama berhadapan
dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan.
|
11 Berikan obat – obatan sesuai petunjuk, mis
antiasietas dan obat – obatan eningkatan alam perasaan
|
11.
Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai klien
mampu mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif.
|
Diagnosa Keperawatan IV : kurang keperawatan diri b.d krusakan muskloskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
Diskusikan dengan klien tingkat fungsional umum sebelum timbulnya/
eksaserbasi penyakit dan risiko perubahan yang diantisipasi.
|
Klien mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
|
Pertahan kan mobilitas, kontrol terhadap nyeri, dan program latihan.
|
Mendukung kemandirian fisik/ emosional klien.
|
Kaji hambatan kliendalam partisipasi perawatan diri. Identifikasi/
buat rencana untuk modifikasi lingkungan.
|
Menyiapkan klien untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri.
|
Kalaborasi :
Konsultasi dengan ahli terapi okupasi.
|
Berguna dalam menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individu, misal memasang kancing, menggunakan alat bantu, memakai sepatu ,
atau menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.
|
Mengatur evaluasi kesehatan di rumah sebelum dan setelah pemulang.
|
Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena
tingkat ketidakmampuan aktual. Memberikan lebih banyak keberhasilan usaha tim
dengan orang lai yang ikut serta dalam perawatan, misaltim terapi okupasi.
|
Membuat jadwal konsul dengan lembaga lainnya, misal pelayanan
perawatan di rumah, ahli nutrisi.
|
Klien mungkin membutuhkan berbagi bantuan tambahan untuk partisipasi
situasi di rumah.
|
Diagnosa keperawtan V : Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah b/d proses penyakit degeneratif jangka
panjang, sistem pendukung tidak adekuat.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
Kaji tingkat fungsional fisik klien.
|
Mengidentifikasi tingkat bantuan/ dukungan yang
diperlukan klien.
|
Evaluasi lingkungan sekitar untuk mengkaji
kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri sendiri.
|
menentukan kemungkinan susunan yang ada/
perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan klien.
|
Tentukan sumber –sumber finansial untuk
memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem pedukung yang
tersedia untuk klien, misalnya membagi perbaikan/ tugas-tugas rumah tangga
antara anggota keluarga atau pelayanan.
|
Menjamin bahwa kebutuhan klien akan
dipenuhi secara terus – menerus.
|
Identifikasi peralatan yang diperlukan untuk mendukung aktivitas klien,
misalnya peninggian dudukan toilet, kursi roda.
|
Memberikan kesempatan untuk mendapatkan
peralatan sebelum pulang untuk menunjang aktivitas klien di rumah.
|
Kolaborasi :
Koordinasi evaluasi di rumah dengan ahli terapi
okupasi.
|
Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan,
cara- cara untuk mengubah berbagai tugas dalam mempertahankan kemandirian.
|
Identifikasi sumber – sumber komunitas, misal
pelayanan pembatu rumah tangga, pelayan sosial ( bila ada).
|
Memberkan kemudahan berpindah pada/ mendukung
kontinuitas dalam situasi rumah.
|
Diagnosa keperawatan VI :kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai panyakit, prognosis,
dan penobatan b . d kurang pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan
masa depan.
|
Memberikan pengetahuan di mana klien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi yang disampaikan.
|
Diskusikan kebiasaan klien dalam
penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, serta program diet
seimbang, latihan, dan istirahat.
|
Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan
inflamasi sendi/ jaringan lain guna mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas.
|
Bantu klien dalam merencanakan jadwal aktivitas
terintegrasiyang realitis, periodeistirahat,perawatan diri, pemberian obat
-obatan,terapi fisik,dan manajemen stres.
|
Memberikan struktur dan mengurangi ansietas
pada wakru menangani proses penyakit kronis yang kompleks.
|
Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik.
|
Keuntungan dari terapi obat –obatan tergantung
ketepatan dosis, misal aspirin harus diberikan secara reguleruntuk mendukung
kadar terapeutik darah 18- 25 mg.
|
Rekomendasikan pengunaan aspirin bersalut/
dibuper enterik atau salisilat nonasetil, misal kolin magnesium trisalisilat
|
Preparat bersalut/ dibuper dicerna dengan
makanan, meminmimalkan iritasi gaster, mengurangi risiko perdarahan. Produk
nonastil sedikit dibutuhkan untuk mengurangi iritasi lambung.
|
Anjurkan kliean untuk mencerna obat-obatan dengan makanan,susu atau
antasida.
|
Membatasi iritasi gaster. Penggurangan nyeri
akan meningkatkan kualitas tidur san meningkatkan kadar darah serta
mengurangi kekuatan di pagi hari.
|
Identifikasi efek samping oabt-obatan yang
merugkan, misal tinitus, intoleransi lambung, perdaraha gastrointestinal, dan
ruam purpurik.
|
Memperpanjang dan memaksimalakan dosis aspirrin
dapat mengakibatkan takar lajak ( overdosis). Tinitus umumnya mengidentifikan
kadar terapeutik darah yang tinggi. Jika terjadi tinitus, dosis umumnya
diturunkan menjadi satu tablet setiap tiga hari sampai berhenti.
|
Tekankan pentingnya membaca label produk dan
mengurangi penggunaan obat yang dijual bebas tanpa prsetujuan dokter.
|
Banyak produk mengandung salisilat
tersembunyi.(misal obat diare, pilek)yang dapat meningkatkan risiko overdosis
obat / efek samping yang bebahaya.
|
Tinjuan pentingnya diet yang seimbang dengan
makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.
|
Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan
regenerasi sel.
|
Dorong klien yang obesitas untuk menurunkan
berat badan dan berikan informasi penurunaan
berat badan sesuai kebutuhan.
|
Penurunan berat badan akan mengurangi tekananan
sendi, terutama pinggul, lutut,pergelanagan kaki,dan telapak kaki.
|
Berikan informaasi mengenai alat bantu, missal
bermain barang-barang yang bergerak, tongkat untuk mengambil, piring-piring
ringan, tempat duduk toilet yang dapat dinaikkan, palang keamanan.
|
Mengurangin paksaan untuk menggunakan sendi dan
meungkinkan individu untuk serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan.
|
Diskusikan teknik menghemat energy, missal
duduk lebih baik daripada berdiri dalam menyiapkan makanan dan mandi.
|
Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan
perawatan diri, dan kemandirian.
|
Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh
yang benar, baik saat istirahat maupun saat aktivitas, misal menjaga sendi
tetap meregang tidak fleksi.
|
mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian
dari gaya hidup lklien untuk mengurang tekanan sendi dan nyeri.
|
Tinjau perlunya infeksi sering pada kulit
lainnya dibawah bebet, gips, alat penyokong. Tunjukan pemberian bantalan yang
tepat.
|
Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit.
|
Diskusikan pentingnya obat- obatan
lanjutan/pemeriksaan laboratorium, misal LED, kadar salisilat, PT.
|
Terapi obat – obatan membutuhkan pengkajian /
perbaikan yang terus- menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah
overdosis, serta efek samping yang berbahay, misal aspirin memperpanjang PT,
peningkatan risiko perdarahan. Krisoterapi akan menekan trombosit, potensi
risiko untuk trombositopenia.
|
Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.
|
Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda
dan teknik dan / pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri / percaya diri.
|
Identifikasi sumber-sumber komunikasi, misal
yayasan artritis (bila ada).
|
bantuan / dukungan dari orang lain dapat
meningkatkan pemulihan maksimal.
|
GOUT ARTRITIS
A. Pengertian
Gout Artritis adalah sekelompok penyakit yang
terjadi akibat deposit kristal monosodium urat di jaringan. Deposit ini berasal
dari cairan ekstra seluler yang sudah mengalami supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin
yaitu asam urat(Aru W.Sudoyo. 2009).
Gout Artritis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat
dalam jaringan sendi, menyebabkan serangan akut (Hendarto Natadidjaja.1999).
Penyakit
Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. Kelainan ini
berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap
yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout
sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering
pada pria daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian
metatarsofalangeal kaki (Muttaqin, 2008).
Jadi,
Gout Artritis (asam urat)adalah suatu penyakit gangguan metabolik dimana tubuh tidak
dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
B. Klasifikasi
Menurut
Ns. Arif Muttaqin, S.Kep (2008)
1.
Gout Primer
dipengaruhi
oleh faktor genetik. Terdapat produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan
tidak diketahui penyebabnya.
2.
Gout Sekunder
disebabkan
produksi asam urat yang berlebihan dan sekresi asam urat yang berkurang.
C. Etiologi
Penyebab
gout adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam
urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin
dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa factor lain yang
mendukung, seperti:
1.
Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin
yang menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau
keduanya.
2.
Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes
mellitus, hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang
dapat menyebabkan hiperuricemia.
3.
Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan
ekskresi asam urat sepertiaspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam
nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
4.
Mengkomsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi adalah
jeroan yang dapat ditemukan pada hewan misalnya sapi, kambing dan kerbau.
D. Manifestasi
Klinis (Ika Puspitasari, 2010)
1.
Nyeri pada
satu atau beberapa sendi dimalam hari, makin lama makin memburuk.
2.
Pada sendi yang bengkak, kulit kemerahan hingga
keunguan, kencang, licin dan hangat.
3.
Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa
penderita terjadi peningkatan denyut jantung.
4.
Bila benjolan kristal di sendi pecah akan keluar
massa seperti kapur.
5.
Kadar asam urat dalam darah tinggi.
E. Patofisiologi
Adanya
gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat
tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan
akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia),
sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini
menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
F. Komplikasi
1.
Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas
karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
2.
Hipertensi dan albuminuria.
Kerusakan
tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
G.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Serum
asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. mengindikasikan hiperuricemia,
akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2.
Angka
leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam
batas normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
3.
Eusinofil
Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut, mengindikasikan proses inflamasi akut,
sebagai akibat deposit asam urat di persendian.
4.
Urin
spesimen 24 jam
Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di
dalam urin. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi
pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.
5.
Analisis
cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi
menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
6.
Pemeriksaan
radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah
penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada
tulang yang berada di bawah sinovial sendi.
H. Manajemen Penatalaksanaan
Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus
disuruh untuk
meninggikan bagian yang sakit dan memberikan kompres dingin untuk mengurangi
rasa sakit. Terapi makanan mencakup pembatasan makanan dengan kandungan purin
yang tinggi, alkohol serta pengaturan berat badan. mendorong pasien untuk minum
3 liter cairan setiap hari untuk menghindari pembentukan kalkuli ginjal dan perintahkan untuk menghindari salisilat.
Asupan protein perlu dibatasi karena dapat
merangsang biosintesis asam urat dalam tubuh.Pola diet yang harus diperhatikan
adalah :
1.
Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :
Hati, ginjal, otak, jantung, paru, jerohan, udang, remis, kerang, sardin,
herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng dan
lain-lain.
2.
Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) : Ikan
yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol,
bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
3.
Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) : Keju,
susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
4.
Bahan makanan yang diperbolehkan :
a.
Semua bahan makanan sumber karbohidrat,
kecuali havermout
b.
Semua jenis buah-buahan.
c.
Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung
alcohol.
d.
Semua macam bumbu.
5.
Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang
mengkonsumsi bahan makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi.
6.
Batasi konsumsi lemak.
7.
Banyak minum air putih
I.
Asuhan
Keperawatan
1. Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri
akut b/d
peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovial, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan,
proliferasi
sinovial
dan pembentukan panus.
b.
Gangguan pola tidur b/d nyeri / ketidaknyamanan
c.
Hambatan
mobilisasi fisik b/d
penurunaan rentang gerak, kelemahan otot dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
d.
Hipertermia b/d infalmasi sistemik dan
jaringan sinovial karena akumulasi kristal purin pada sendi
e.
Gangguan
citra diri b/d
perubahan bentuk kakidan terbenuknya
tofus.
OSTEOSARKOMA
A.
Definisi
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel
kankernya (ganas) ditemukan di tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis
kanker tulang. Osteosarkoma paling sering terjadi di remaja dan dewasa muda.
Kanker ini sebagian besar menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi obat
penambah tinggi badan. anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata
memiliki potensi yang lebih besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor
paling sering muncul di sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan
untuk pemulihan pada anak-anak dan remaja yang muncul akan tampak sama.
(Price-Wilson, S, L. 2002).
B.
Etiologi
Penyebab tumor yaitu Radiasi dan virus
onkogenik pada masa kanak-kanak kelainan genetik pada kromosom 13 dapat
menyebabkan osteosarkoma
C.
Klasifikasi
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau
dekat jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang
kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain cth ke paru-paru
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang
kembali (recurred) setelah itu telah dirawat.
D.
Tanda Dan Gejala
Gejala osteosarkoma
adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. sering terjadi di atas atau
di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit di malam hari, dan benjol
atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa minggu setelah
mulai sakit
E. Patofisiologi
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang
normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik
(pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang
terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat
berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang
panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan
ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan
atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak
seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang
seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui
dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
F. Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Laboratorium
peningkatan alkaline phosphatase dan lactic dehydrogenase
2.
Radiodiagnosis
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
reelatif dari tumor tulang yang berada disekitarnya.
3.
Pemeriksaan
Biopsi
Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle
aspiration/FNA) dengan melakukan sitodiagnosis diagnosis pada tumor.
G. Penatalaksanaan
1. Menurut
Prof. Errol, operasi ini dibagi menjadi dua:
a.
Limb
salvage yaitu tulang yang terkena
tumor ganas disambung dengan bekas kaki pasien lain yang baru saja meninggal
dunia atau tulang yang terkena tumor pada stadium dini dimatikan dulu dengan
radiasi kemudian dipasang lagi.
b. Limb ablation yaitu
tulang yang terkena tumor ganas di amputasi. (Errol, 2005: 29). Kemoterapi yang
biasanya akan menyebabkan tumor mengecil.
2. Konservatif
Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran
terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyaman klien sebanyak mungkin
3. Kemoterapi
Obat-obatan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin,
dan sisplatinum. Pemberian kemotrapi biasanya dilakukan pada pre/pascaoperasi.
4. Radioterapi
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi
tumor-tumor ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai penatalaksanaan
awal sebelum tindakan operasi dilakukan
H. Pencegahan
pola
makan dan gaya hidup yang sehat, rajin berolahraga, terutama di bawah sinar
matahari pagi, sangat baik untuk menjaga kesehatan tulang.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN
OSTEOSARKOMA
DIAGNOSIS
a. Gangguan rasa nyaman
nyeri b/d proses patologik dan pembedahan
b. Resiko tinggi terjadi
injury b/d fraktur patologik yang berhubungan dengan tumor
c. Gangguan harga diri b/d
hilangnya bagian tubuh atau perubahan peran
d. Kurangnya pengetahuan
diri b/d kurangnya pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapi.
e. Intoleransi aktivitas
b/d. Kelemahan umum
f.
Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan
g. Imobilitas b/d nyeri.
h. Defisit perawatan diri
b/d imobilitas.
INTERVENSI
a. Dx I
Tujuan: Klien dapat
beradaptasi dengan nyeri
Intervensi
-
Beri penjelasan kepada klien trentang cara pengatasi
nyeri dan penyebab nyeri
-
Ajarkan teknik relakssan dan distraksi
-
Observati TTV
-
Kolaborasi dalam pemberian analgetika
b. Dx II
Tujuan : Tidak terjadi
injury
Intervensi:
-
Jelasklan kepada klien tentang cara mengatasi dan
terjadinya injury
-
Batasi Aktivitas
c. Dx III
Tujuan : Peningkatan
harga diri dan tidak terjadi komplikasi
Intervensi:
-
Memberikan motivasi kepada klien
-
Melibatkan peran keluarga
d. Dx IV
Tujuan : Klien dapat
memahami tentang proses penyakit dan program terapi
Intervensi :
-
Jelaskan kepada klien tentang proses penyakit dan
program terapi
-
Beri motivasi klien untuk mematuhi program terapi
OSTEOARTRITIS
A. Definisi
Osteoartritis adl penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C
Suzanne, 2002 hal 1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan
yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai
kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang
diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi
yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul
akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan
faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi
degenaritif yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung,
tangan, dan pergelangan kaki paling sering terkena.
B. Etiologi
1.
Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut
(diatas 50tahun). Karena pada lansia pembentukkan kondrotin sulfat (substansi
dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.
2.
Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria
dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada wanita pascamenopause
(osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada
pria.
3.
Ras
Lebih sering ditemukan pada
orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada kulit hitam.
4.
Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang
timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi interfalang distal, anak perempuannya
mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
5.
Faktor Metabolik/Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia,
dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan berlebihan akan meningkatkan
resiko OA, baik pada pria maupun wanita.
6.
Faktor Mekanis
·
Trauma dan Faktor Predisposisi
Trauma yang hebat terutama
fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan predisposisi OA. Cedera
sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan
kongruensi sendi akan meningkatkan OA.
·
Cuaca dan Iklim
OA lebih sering timbul setelah
kontak dengan cuaca dingin atau lembab.
7. Diet
Salah satu tipe OA yang bersifat
umum di Siberia disebut penyakit Kashin-Beck yang mungkin disebabkan oleh
menelan zat toksin yang disebut fusaria.
C. Patofisiologi
Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit
merupakan satu-satunya sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan
dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan
keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh
sitoksin interkoukin 1β (iL-β) dan tumor
necrosis factor α (TNF α), sedangkan faktor anabolik diperankan oleh transforming growth factor (TNF β) dan insulin-like growth factor 1 (IGF 1).
D. Klasifikasi
1.
Osteoartritis Primer
Ditemukan pada pada wanita kulit
putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut
disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi
pembengkakan tulang (nodus heberden).
2.
Osteoartritis Sekunder
Disebabkan oleh penyakit yang
menyebabkan kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder.
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
·
Trauma
/instabilitas.
OA sekunder terutama terjadi
akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak
sama panjang, adanya hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan
ketidakserasian permukaan sendi.
·
Faktor
Genetik/Perkembangan
Adanya kelainan genetik dan
kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial, displasia asetabular,
penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya
epifisis) dapat menyebabkan OA.
·
Penyakit
Metabolik/Endokrin
OA sekunder dapat pula
disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit okronosis, akromegali,
mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi pada sendi.
(misalnya, OA atau artropati karena inflamasi).
Menurut Kellgren dan Lawrence,
secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan menjasi:
1. Grade 0 : Normal
2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal,
terdapat osteofit minim
3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan
patella dan permukaan sendi menyempit asimetris.
4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada
beberapa tempat, permukaan sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.
5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar,
permukaan sendi menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan
kerusakan permukaan sendi.
E. Manifestasi Klinis
1.
Rasa nyeri pada sendi
2.
Kekakuan dan keterbatasan gerak
3.
Peradangan
4.
Mekanik (nyeri biasanya akan lebih dirasakan
setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat)
5.
Pembengkakan Sendi
6.
Deformitas (disebabkan oleh distruksi lokal rawan
sendi)
7.
Gangguan Fungsi (timbul akibat Ketidakserasian
antara tulang pembentuk sendi)
F. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Radiologi
a)
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris
(lebih berat pada bagian sendi yang menanggung beban.
b)
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang
subkondral
c)
Kista tulang
d)
Osteofit pada pinggir sendi
e)
Perubahan struktur anatomi sendi
G. Penatalaksanaan
1.
Terapi Non-Farmakologi
a)
Olahraga (misalnya berenang dan jogging)
b)
Menjaga sendi
c)
Panas/dingin
Panas (mengurangi rasa sakit
pada sendi dan melancarkan peredaran darah) & dingin (mengurangi
pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit)
d)
Viscosupple mentation, perawatan dari Canada
untuk orang yang terkena osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.
e)
Pembedahan
f)
Akupuntur
g)
Pijat
h)
vitamin D,C, E, dan beta karotin, untuk
mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.
i)
Teh hijau, Memiliki zat anti peradangan.
2.
Terapi Farmakologi
a)
Acetaminophen
b)
NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory
drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan
peradangan pada sendi. Mempunyai efeksamping, yaitu menyebabkan sakit perut
dangan gangguan fungsi ginjal.
c)
Topical pain
Dalam bentuk cream atau spray
yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.
d)
Tramadol (Ultram)
Tidak mempuyai efek samping
seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.
e)
Milk narcotic painkillers
Mengandung analgesic seperti
codeinatau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita
osteoarthritis.
f)
Corticosteroids, efektif mengurangi rasa sakit.
g)
Hyaluronic acid
Merupakan glycosamino glycan
yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic aciddan N-acetygluosamine.
Disebut jugavis cosupplementation.
h)
Glucosamine dan chondroitin sulfate
Mengurangi pengobatan untuk
pasien osteoarthritis pada lutut.
H. Pencegahan
1. Menghindari
olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka
2. mengontrol
berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan
3. minum
obat untuk mencegah osteoarthritis
I. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a)
Aktivitas/Istirahat
·
Nyeri
sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan
pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise.
·
Keterbatasan
ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
b)
Kardiovaskuler
·
Fenomena
Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal.
c)
Integritas
Ego
·
Faktor-faktor
stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan.
·
Keputusasaan
dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
·
Ancaman
pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan
pada orang lain.
d)
Makanan
/ Cairan
·
Ketidakmampuan
untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual,
anoreksia.
·
Kesulitan
untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
e)
Hygiene
·
Berbagai
kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang
lain.
f)
Neurosensori
·
Kesemutan
pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
g)
Nyeri/kenyamanan
·
Fase
akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada
sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
h)
Keamanan
·
Kulit
mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
·
Lesi
kulit, ulkas kaki
·
Kesulitan
dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
·
Demam
ringan menetap
·
Kekeringan
pada mata dan membran mukosa
i)
Interaksi
Sosial
·
Kerusakan
interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
j)
Penyuluhan/Pembelajaran
·
Riwayat
rematik pada keluarga
·
Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
·
Riwayat
perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
k)
Pemeriksaan
Diagnostik
·
Reaksi
aglutinasi: positif
·
LED
meningkat pesat
·
Protein
C reaktif : positif pada masa inkubasi.
·
SDP:
meningkat pada proses inflamasi
·
JDL:
Menunjukkan ancaman sedang
·
Ig (Igm
& Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
·
RO:
menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang
yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.
2.
Diagnosa Keperawatan
a)
Nyeri
b/d perubahan mekanisme sendi dalam menyangga beban tubuh serta keterbatasan
mobilitas.
b)
Hambatan
mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada
gerakan, dan kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan.
c)
Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang
d)
Defisit
perawatan diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
disebabkan oleh penyakit atau terapi.
e)
Gangguan
citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
disebabkan oleh penyakit atau terapi.
f)
Intoleran
aktivitas b/d gaya hidup atau perubahan peran yang aktual
atau dirasakan.
g)
Defisit
pengetahuan dan informasi b/d salah persepsi, kurang informasi.
3.
Rencana Keperawatan dan Implementasi Keperawatan
a. Nyeri b/d perubahan mekanisme sendi dalam
menyangga beban tubuh serta keterbatasan mobilitas.
|
||
Tujuan
|
Nyeri berkurang, hilang, dan
teratasi.
|
|
Kriteria hasil
|
klien melaporkan penurunan
nyeri, menunjukkan perilaku relaks, memperagakan keterampilan reduksi nyeri
yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan. Skala nyeri 0-1 atau
teradaptasi.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji lokasi, intensitas, dan
tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan
skala 0-4.
Bantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus.
Jelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan peda nyerinonfarmokologi dan non-invasif.
Ajarkan relaksasi: tehnik
mengurangi ketegangan otot rangka
Ajarkan metode distraksi
selama nyeri akut.
Beri kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang nyaman.
Tingkatkan pengetahuan tentang
penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik NSAID oral.
|
Nyeri merupakan respons
subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan
nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
Nyeri di pengaruhi oleh
kecemasan dan peradangan pada sendi.
Pendekatan dengan menggunakan
relaksasi dan tindakan nonfarmokologi lain menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Akan melancarkan peredaran
darah sehingga kebutuhan oksigen pada
jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
Mengalihkan perhatian klien
terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.
Istirahat merelaksasikan semua
jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
Pengetahuan tersebut membantu
mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepetuhan klien terhadap
rencana tarapeutik.
NSAID menghambat sintesis
prostalgladin yang mempunyai efek analgesik efektif sebagai pereda nyeri
osteoartritis.
|
|
b. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang
gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi besar atau
pada jari tangan.
|
||
Tujuan
|
Klien mampu melaksanakan
aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
|
|
Kriteria Hasil
|
Klien ikut program latihan,
tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, klien menunjukkan
peningkatan mobillitas, dan mempertahankan koordinasi optimal.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji mobilatas dan observasi
adanya peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
Atur posisi fisiologis.
Ajarkan klien melakukan
latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit.
Bantu klien melakukan latihan
ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.
Pantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk melatih fisik pasien.
|
Megetahui tingkat kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas.
Pengaturan posisi fisiologis
dapat membantu perbaikan sirkulasi oksigenasi lokal dan mengurangi penekanan
likal jaringan.
Gerakan aktif memberi massa,
tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fingsi jantung dan pernapasan.
Untuk mempertahankan
fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
Untuk mendeteksi perkembangan
klien.
Kemampuan mobilisasi
ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.
|
|
c.
Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang
|
||
Tujuan
|
Klien dapat mempertahankan
keselamatan fisik
|
|
Kriteria Hasil
|
Klien dapat terhindar dari
resiko cedera.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kendalikan
lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi
potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah
tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam
siapkan lampu panggil.
Memantau
regimen medikasi
Izinkan
kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun
alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
|
Lingkungan
yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang
konstan.
2.
Hal ini
akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,
mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas
|
|
d.
Defisit
perawatan diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
disebabkan oleh penyakit atau terapi.
|
||
Tujuan
|
Membantu klien dalam melakukan
aktivitas klien.
|
|
Kriteria Hasil
|
Klien dapat melakukan
aktivitas
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji
tingkat fungsi fisik
Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan
Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
Identifikasikasi
untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet,
kursi roda
|
Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan
Mendukung
kemandirian fisik/emosional
Menyiapkan
untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
Memberikan
kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
|
|
e.
Gangguan
citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
disebabkan oleh penyakit atau terapi.
|
||
Tujuan
|
Citra klien meningkat.
|
|
Kriteria Hasil
|
Klien mampu menyatakan atau
mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang
terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri, mengakui dan mengabungkan
perubahan dalam konsep diri dengan cara akurat tanpa merasa harga dirinya
negatif.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji perubahan persepsi dan
hubungannya dengan derajat ketidakmampuan.
Anjurkan klien mengekspresikan
perasaan termasuk sikap bermusuhan dan marah.
Ingatkan kembalitentang
realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol
sisi yang sehat.
Bantu dan anjurkan perawatan
yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
Anjurkan orang terdekat untuk
mengizinkan klien melakukan sebanyak mungki hal untuk dirinya.
Bersama klien mencari
alternatif koping yang positif.
Dukung perilaku atau usaha,
seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
Pantau gangguan tidur,
kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri.
Rujuk ke ahli neuropsikologi
dan konseling bila ada indikasi.
|
Menentukan bantuan individual
dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
Menunjukkan penerimaan,
membantu klien untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan dengan perasaan
tersebut.
Membantu klien meliaht bahwa
perawat menerima kedua bagian sebagai keseluruhan tubuh. Mengizinkan klien
merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
Membantu meningkatkan perasaan
harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Menghidupkan kembali perasaan
mandiri dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses
rehabilitasi.
Dukungan perawat kepada klien
dapat meningkatka rasa percaya diri.
Klien dapat beradaptasi
terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu di masa mendatang.
Dapat mengindikasikan
terjdinya depresi sebagai pengaruh perubahan struktur tubuh sehingga
memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
Dapat memfasilitasi perubahan
peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
|
|
f.
Intoleran
aktivitas b/d penurunan kemampuan gerak
|
||
Tujuan
|
Membantu aktivitas klien, agar
klien dapat melakukan aktivitasnya.
|
|
Kriteria Hasil
|
Klien mampu berpartisipasi
pada aktivitas yang diinginkan.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika
diperlukan.
Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk
tinggi, berdiri dan berjalan.
Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk
menggunakan alat bantu.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
|
Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan
kekuatan.
2. Meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3. Memaksimalkan
fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4.
Menghindari
cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
5.
Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
|
|
g. Defisit perawatan diri b/d perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau
terapi.
|
||
Tujuan
|
klien dan keluarga dapat
memahami cara perawatan dirumah
|
|
Kriteria Hasil
|
klien mengungkapakan
pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan ;
mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji
tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentangt perawatan di rumah.
Diskusikan
tentang pengobatan ; jadwal, tujuan,jadwal, tujuan, dosis, dan efek samping.
Diskusikan
tanda dan gejala kemajuan penyakit
nyeri dan mobilityas.
Beri dukungan psikologis agar
klien menjalankan apa yang sudah disepakati
|
Menjadikan
data dasar bagi perawatan untuk menjelaskan sesuai pengetahuan klien dan
dapat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien dan keluarga
sudah mengetahuinya.
Memberi
pengetahuan dasar tentang obat-obatan
yang akan di gunbakan sehingga dapat mengurangi dampak komplikasi dan efek
samoin
Membantu
klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan klien osteotritis.
Meningkatkan kemauan klien dan
keluarga tentang pentingnya perawatan di rumah.
|
|