ARTRITIS REMATOID
A.        PENGERTIAN
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial.
B.        ETIOLOGI
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
C.        MANIFESTASI KLINIS
kelelahan, kehilangan energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
D.        PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.
E.         KOMPLIKASI
1.         Osteoporosis
2.         Gangguan jantung
3.         Gangguan paru
F.         PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna).
G.        PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.           Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada sebagian penderita.
2.           LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum rendah dan fosfatase alkali meningkat.
3.           Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4.           Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang berat.
5.           Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.
H.        PENCEGAHAN
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari, tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen yang mengandung Omega 3.
I.           PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.         Memberikan Pendidikan
meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang kompleks.
2.      Istirahat
Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
3.         Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4.         Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
5.         Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REMATOID ARTRITIS
1.        Pengkajian
Sistem Muskuloskeletal
a.         Inspeksi :
-            Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal, lumbai, bahu siku, pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut, ekstermitas bawah dan panggul
-            Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi.
b.         Palpasi :
-            Adanya nyeri sendi pada daerah yang disertai kemerahan / bengkak.
Dengan skala nyeri :
Ringan   : 0 – 3
Sedang   : 3 – 7
Berat     : 7 – 10
-            Temperatur hangat pada sendi yang nyeri.
2.        Diagnosa Keperawatan (doengoes, 2000)
a.           Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi.
b.           Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
c.           Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy atau ketidakseimbangan mobilitas.
d.           Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.
e.           Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak adekuat.
f.            Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3.      Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumatoid dibawah ini, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan rasionalisis(doenges, 2000).
Diagnosa keperawatan I : nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
Tindakan
Rasional
Mandiri :

Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat lokasi dan intensitas, factor-faktor yang mempercepat, dan respon rasa sakit non verbal.
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan efektifitas program.
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan menjaga  pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian  tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
Pada penyakit yang berat/ eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri cedera.
Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi. Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan hilang mobilitas/ fungsi sendi.
Anjurkan klien untuk sering merubah posisi,. Bantu klien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.
Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan menghilangkan kekakuan pada pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
Berikan masase yang lembut.
meningkatkan relaksasi/ mengurangi tegangan otot.
Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai dengan jadwal aktivitas klien.
Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
Kolaborasi :
Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Asetilsalisilat (Aspirin).







NSAID lainnya, missal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak, proksikam (feldene), fenoprofen.
D-penisilamin (cuprimine).








Antasida

Produk kodein
Obat-obatan:
   Bekerja sebagai antiinflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurani kekakuan dan meningkatkan mobilitas. ASA harus dipakai secara regular untuk mendukung kadar dalam darah teurapetik. Riset mengindikasikan bahwa ASA memiliki indeks toksisitas yang paling rendah dasi NSAID lain yang diresepkan.
   Dapat digunakan bila klien tidak memberikan respons pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.
   Dapat mengontrol efek-efek sistemik dari RA jika terapi lainnya tidak berhasil. Efek samping yang lebih berat misalnya trombositopenia, leucopenia, anemia aplastik membutuhkan pemantauan yang ketat. Obat harus diberikan diantara waktu makan, karena absorbs obat menjadi tidak seimbang antara makanan dan produk antasida dan besi.
   Diberikan bersamaan dengan NSAID untuk meminimalkan iritasi/ketidaknyamanan lambung.
   Meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi, namun karena sifat kronis dari penyakit, penggunaan jangka pendek mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri yang berat.
Bantu klien dengan terapi fisik, missal sarung tangan paraffin, bak mandi dengan kolam bergelombang.
Memberikan dukungan hangat/ panas untuk sendi yang sakit.
Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.
Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak pada periode akut.
Pertahankan unit TENS jika digunakan.
Rangsang elektrik tingkat rendah yang konstan dapat menghambat transmisi nyeri.
Siapkan intervensi pembedahan, missal sinovektomi.
Pengangkatan sinovium yang meradang dapat mengurangi nyeri dan membatasi progresi dan perubahan degeneratif.

Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
Tindakan
Rasional
Mandiri :                              

Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
1.   Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari proses inflamasi.
2.   Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan. Buat  jadwal aktivitas yang sesuai dengan toleransi untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
2.   Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting, untuk mencegah kelelahan, dan mempertahankan kekuatan.
3.   Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
3.   Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Latihan yang tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
4.   Ubah posisi klien setiap dua jam dengan bantuan personel yang cukup. Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas.
4.   Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
5.   Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, dan bebat, brace.
5.   Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh serta dapat mengurangi kontraktur.
6.   Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
6.   Mencegah fleksi leher.
7.   Dorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk, berdiri, dan berjalan.
7.   Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
8.   Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda. 
8.   Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh.
Kolaborasi :
9.   Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.

berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas.
10  Berikan matras busa/  pengumbah tekanan.
Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilisasi / terjadi dekubitus.
Berikan obat – obatan sesuai indikasi :
     Agen antireumatik, mis garam emas, natrium tiomaleat.





     Steroid.
Obat – obatan :
     Krisoterapi  (  garam emas ) dapat menghasilkan remisi dramatis  /  terus – menerus tetapi dapat mengakibatkan inflamasi rebound bila terjadi penghentian atau dapat terjadi efek samping serius, misl krisis nitrotoid seperti pusing, penglihatan kabur, kemerahan tubuh, dan berkembang menjadi syok anafilaktik.
     Mungkin dibutuhkan untuk menekan inflamasi sistemik akut.
Siapkan intervensi bedah : Atroplasti.



     Prosedur pelepasan tunnel, perbaikan tendon,ganglionektomi. Implan sendi.
Intervensi bedah :
    Perbaikan pada kelemahan periartikuler dan subluksasi dapat meningkatkan stailitas sendi.
    Perbaikan berkenaan dengan defek jaringan penyambung, dan mobilitas.
     Pergantian mungkin diperlikan untuk memperbaiki fungsi optimal dan mobilitas.

Diagnosa Keperawatan III : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemapuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
Tindakan
Rasional
Mandiri :
1.   Dorongn klien mengungkapakan perasaannya melalui proses penyakit dan harapan masa depan.

1.   Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut / kesalahan konsep dan mampu menghadapi masalah secara langsung.
2.   Diskusikan arti dari kehilangan  / perubahan pada klien / orang terdekat. Pastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam  berfungsi dalam gaya hidup sehari – hari, termasuk aspek –aspek seksual.
2.     Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi / konseling lebih lanjut.
3.   Diskusikan persepsi klien ,mengenai bagaimana  orang terdekat menerima keterbatasan klien.
3.   Isyarat verbal / nonverbal orang terdekat dapat memengaruhi bagaimana klien memandang dirinya sendiri.
4.   Akui dan menerima perasaan berduka, bermusuhan, serta ketergantungan.
4.   Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan marah, dan bermusuhan umum terjadi.
5.   Obesrvasi perilaku klien terhadap kemungkinan menarik diri, menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan tubuh.
5.   Dapat menujukkan emosional atau metode koping maladatif, membutuhkan intervensi  lebih lanjjut / dukungan psikologis.
6.   Susun batasan pada perilaku maladatif. Bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu mekanisme koping yang adaptif.
6.   Membantu klien untuk mempertahankankontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
7.   Ikut sertakan klien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal akitvitas.
7.   Meningkatkan perasaan kompetensi/  harga diei, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dalam terapi.
8.   Bantu kebutuhan perawat yang diperlukan klie.
8.   Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.
9.     Berikan respon/ pujian positif bila perlu.

9.   Memungkinkan klien untu merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan prilaku positif, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Kaloborasi :
10  Rujuk pada konseling psikiatri, mis perawat spesialis psikiatri, psikiatri/ psikolog,pekerjaan sosial.
10.  Klien/ orang terdekat mungkin mebutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan.
11  Berikan obat – obatan sesuai petunjuk, mis antiasietas dan obat – obatan eningkatan alam perasaan
11.  Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai klien mampu mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif.

Diagnosa Keperawatan IV : kurang keperawatan diri b.d krusakan muskloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
Tindakan
Rasional
Mandiri :
Diskusikan dengan klien tingkat fungsional umum sebelum timbulnya/ eksaserbasi penyakit dan risiko perubahan yang diantisipasi.

Klien mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
Pertahan kan mobilitas, kontrol terhadap nyeri, dan program latihan.
Mendukung kemandirian fisik/ emosional klien.
Kaji hambatan kliendalam partisipasi perawatan diri. Identifikasi/ buat rencana untuk modifikasi lingkungan.
Menyiapkan klien untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
Kalaborasi :
Konsultasi dengan ahli terapi okupasi.

Berguna dalam menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individu, misal memasang kancing, menggunakan alat bantu, memakai sepatu , atau menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.
Mengatur evaluasi kesehatan di rumah sebelum dan setelah pemulang.
Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual. Memberikan lebih banyak keberhasilan usaha tim dengan orang lai yang ikut serta dalam perawatan, misaltim terapi okupasi.
Membuat jadwal konsul dengan lembaga lainnya, misal pelayanan perawatan di rumah, ahli nutrisi.
Klien mungkin membutuhkan berbagi bantuan tambahan untuk partisipasi situasi di rumah.

Diagnosa keperawtan V : Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah   b/d proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.
Tindakan
Rasional
Mandiri :
Kaji tingkat fungsional fisik klien.

Mengidentifikasi tingkat bantuan/ dukungan yang diperlukan klien.
Evaluasi lingkungan sekitar untuk mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri sendiri.
menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan klien.
Tentukan sumber –sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem pedukung yang tersedia untuk klien, misalnya membagi perbaikan/ tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga atau pelayanan.
Menjamin bahwa kebutuhan klien  akan  dipenuhi secara terus – menerus.
Identifikasi peralatan yang  diperlukan untuk mendukung aktivitas klien, misalnya peninggian dudukan toilet, kursi roda.
Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang untuk menunjang aktivitas klien di rumah.
Kolaborasi :
Koordinasi evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi.

Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara- cara untuk mengubah berbagai tugas dalam mempertahankan kemandirian.
Identifikasi sumber – sumber komunitas, misal pelayanan pembatu rumah tangga, pelayan sosial ( bila ada).
Memberkan kemudahan berpindah pada/ mendukung kontinuitas dalam situasi rumah.

Diagnosa keperawatan VI :kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai panyakit, prognosis, dan penobatan b . d kurang pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
Tindakan
Rasional
Mandiri :
Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.

Memberikan pengetahuan di mana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi yang disampaikan.
Diskusikan kebiasaan klien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, serta program diet seimbang, latihan, dan istirahat.
Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendi/ jaringan lain guna mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.
Bantu klien dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasiyang realitis, periodeistirahat,perawatan diri, pemberian obat -obatan,terapi fisik,dan manajemen stres.
Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada wakru menangani proses penyakit kronis yang kompleks.
Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
Keuntungan dari terapi obat –obatan tergantung ketepatan dosis, misal aspirin harus diberikan secara reguleruntuk mendukung kadar terapeutik darah 18- 25 mg.
Rekomendasikan pengunaan aspirin bersalut/ dibuper enterik atau salisilat nonasetil, misal kolin magnesium trisalisilat
Preparat bersalut/ dibuper dicerna dengan makanan, meminmimalkan iritasi gaster, mengurangi risiko perdarahan. Produk nonastil sedikit dibutuhkan untuk mengurangi iritasi lambung.
Anjurkan kliean untuk mencerna  obat-obatan dengan makanan,susu atau antasida.
Membatasi iritasi gaster. Penggurangan nyeri akan meningkatkan kualitas tidur san meningkatkan kadar darah serta mengurangi kekuatan di pagi hari.
Identifikasi efek samping oabt-obatan yang merugkan, misal tinitus, intoleransi lambung, perdaraha gastrointestinal, dan ruam purpurik.
Memperpanjang dan memaksimalakan dosis aspirrin dapat mengakibatkan takar lajak ( overdosis). Tinitus umumnya mengidentifikan kadar terapeutik darah yang tinggi. Jika terjadi tinitus, dosis umumnya diturunkan menjadi satu tablet setiap tiga hari sampai berhenti.
Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat yang dijual bebas tanpa prsetujuan dokter.
Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi.(misal obat diare, pilek)yang dapat meningkatkan risiko overdosis obat / efek samping  yang bebahaya.
Tinjuan pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.
Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan regenerasi sel.
Dorong klien yang obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunaan  berat badan sesuai kebutuhan.
Penurunan berat badan akan mengurangi tekananan sendi, terutama pinggul, lutut,pergelanagan kaki,dan telapak kaki.
Berikan informaasi mengenai alat bantu, missal bermain barang-barang yang bergerak, tongkat untuk mengambil, piring-piring ringan, tempat duduk toilet yang dapat dinaikkan, palang keamanan.
Mengurangin paksaan untuk menggunakan sendi dan meungkinkan individu untuk serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.
Diskusikan teknik menghemat energy, missal duduk lebih baik daripada berdiri dalam menyiapkan makanan dan mandi.
Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.
Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar, baik saat istirahat maupun saat aktivitas, misal menjaga sendi tetap meregang tidak fleksi.
mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup lklien untuk mengurang tekanan sendi dan nyeri.
Tinjau perlunya infeksi sering pada kulit lainnya dibawah bebet, gips, alat penyokong. Tunjukan pemberian bantalan yang tepat.
Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit.
Diskusikan pentingnya obat- obatan lanjutan/pemeriksaan laboratorium, misal LED, kadar salisilat, PT.
Terapi obat – obatan membutuhkan pengkajian / perbaikan yang terus- menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah overdosis, serta efek samping yang berbahay, misal aspirin memperpanjang PT, peningkatan risiko perdarahan. Krisoterapi akan menekan trombosit, potensi risiko untuk trombositopenia.
Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.
Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan teknik dan / pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri / percaya diri.
Identifikasi sumber-sumber komunikasi, misal yayasan artritis (bila ada).
bantuan / dukungan dari orang lain dapat meningkatkan pemulihan maksimal.

GOUT ARTRITIS
A.     Pengertian
Gout Artritis adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit kristal monosodium urat di jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstra seluler yang sudah mengalami supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat(Aru W.Sudoyo. 2009).
Gout Artritis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi, menyebabkan serangan akut (Hendarto Natadidjaja.1999).
Penyakit Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian metatarsofalangeal kaki (Muttaqin, 2008).
Jadi, Gout Artritis (asam urat)adalah suatu penyakit gangguan metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
B.      Klasifikasi
Menurut Ns. Arif Muttaqin, S.Kep (2008)
1.      Gout Primer
dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2.      Gout Sekunder
disebabkan produksi asam urat yang berlebihan dan sekresi asam urat yang berkurang.
C.      Etiologi
Penyebab gout adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa factor lain yang mendukung, seperti:
1.      Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2.      Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
3.      Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat sepertiaspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
4.      Mengkomsumsi makanan yang  mengandung kadar purin yang tinggi adalah jeroan yang dapat ditemukan pada hewan misalnya sapi, kambing dan kerbau.
D.     Manifestasi Klinis (Ika Puspitasari, 2010)
1.      Nyeri  pada satu atau beberapa sendi dimalam hari, makin lama makin memburuk.
2.      Pada sendi yang bengkak, kulit kemerahan hingga keunguan, kencang, licin dan hangat.
3.      Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita terjadi peningkatan denyut jantung.
4.      Bila benjolan kristal di sendi pecah akan keluar massa seperti kapur.
5.      Kadar asam urat dalam darah tinggi.
E.      Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
F.       Komplikasi
1.      Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
2.      Hipertensi dan albuminuria.
Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
G.     Pemeriksaan Diagnostik
1.      Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2.      Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
3.      Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut, mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di persendian.
4.      Urin spesimen 24 jam
Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.
5.      Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
6.      Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinovial sendi.
H.     Manajemen Penatalaksanaan
Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus disuruh untuk meninggikan bagian yang sakit dan memberikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit. Terapi makanan mencakup pembatasan makanan dengan kandungan purin yang tinggi, alkohol serta pengaturan berat badan. mendorong pasien untuk minum 3 liter cairan setiap hari untuk menghindari pembentukan kalkuli ginjal dan perintahkan untuk menghindari salisilat.
Asupan protein perlu dibatasi karena dapat merangsang biosintesis asam urat dalam tubuh.Pola diet yang harus diperhatikan adalah :
1.      Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) : Hati, ginjal, otak, jantung, paru, jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng dan lain-lain.
2.      Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) : Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
3.      Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) : Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
4.      Bahan makanan yang diperbolehkan :
a.      Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout
b.      Semua jenis buah-buahan.
c.       Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alcohol.
d.      Semua macam bumbu.
5.      Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi.
6.      Batasi konsumsi lemak.
7.      Banyak minum air putih
I.        Asuhan Keperawatan
1.      Diagnosa Keperawatan
a.      Nyeri akut b/d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovial, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, proliferasi sinovial dan pembentukan panus.
b.      Gangguan pola tidur b/d  nyeri / ketidaknyamanan
c.       Hambatan mobilisasi fisik b/d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
d.      Hipertermia b/d infalmasi sistemik dan jaringan sinovial karena akumulasi kristal purin pada sendi
e.      Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk  kakidan terbenuknya tofus.

OSTEOSARKOMA
A.     Definisi
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan di tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma paling sering terjadi di remaja dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi obat penambah tinggi badan. anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki potensi yang lebih besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada anak-anak dan remaja yang muncul akan tampak sama. (Price-Wilson, S, L. 2002).
B.      Etiologi
Penyebab tumor yaitu Radiasi dan virus onkogenik pada masa kanak-kanak kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan osteosarkoma
C.      Klasifikasi
1.      Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2.      Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain cth ke paru-paru
3.      Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah dirawat.
D.     Tanda Dan Gejala
Gejala osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. sering terjadi di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit di malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa minggu setelah mulai sakit
E.      Patofisiologi
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
F.       Pemeriksaan Diagnostik
1.      Laboratorium
peningkatan alkaline phosphatase dan lactic dehydrogenase
2.      Radiodiagnosis
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan reelatif dari tumor tulang yang berada disekitarnya.
3.      Pemeriksaan Biopsi
Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration/FNA) dengan melakukan sitodiagnosis diagnosis pada tumor.
G.     Penatalaksanaan
1.      Menurut Prof. Errol, operasi ini dibagi menjadi dua:
a.      Limb salvage yaitu tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas kaki pasien lain yang baru saja meninggal dunia atau tulang yang terkena tumor pada stadium dini dimatikan dulu dengan radiasi kemudian dipasang lagi.
b.      Limb ablation yaitu tulang yang terkena tumor ganas di amputasi. (Errol, 2005: 29). Kemoterapi yang biasanya akan menyebabkan tumor mengecil.
2.      Konservatif
Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyaman klien sebanyak mungkin
3.      Kemoterapi
Obat-obatan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, dan sisplatinum. Pemberian kemotrapi biasanya dilakukan pada pre/pascaoperasi.
4.      Radioterapi
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor-tumor ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi dilakukan
H.     Pencegahan
pola makan dan gaya hidup yang sehat, rajin berolahraga, terutama di bawah sinar matahari pagi, sangat baik untuk menjaga kesehatan tulang.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARKOMA
DIAGNOSIS
a.      Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses patologik dan pembedahan
b.      Resiko tinggi terjadi injury b/d fraktur patologik yang berhubungan dengan tumor
c.       Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan peran
d.      Kurangnya pengetahuan diri b/d kurangnya pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapi.
e.      Intoleransi aktivitas b/d. Kelemahan umum
f.        Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan
g.      Imobilitas b/d nyeri.
h.      Defisit perawatan diri b/d imobilitas.
INTERVENSI
a.      Dx I
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Intervensi
-          Beri penjelasan kepada klien trentang cara pengatasi nyeri dan penyebab nyeri
-          Ajarkan teknik relakssan dan distraksi
-          Observati TTV
-          Kolaborasi dalam pemberian analgetika

b.      Dx II
Tujuan : Tidak terjadi injury
Intervensi:
-          Jelasklan kepada klien tentang cara mengatasi dan terjadinya injury
-          Batasi Aktivitas
c.       Dx III
Tujuan : Peningkatan harga diri dan tidak terjadi komplikasi
Intervensi:
-          Memberikan motivasi kepada klien
-          Melibatkan peran keluarga
d.      Dx IV
Tujuan : Klien dapat memahami tentang proses penyakit dan program terapi
Intervensi :
-          Jelaskan kepada klien tentang proses penyakit dan program terapi
-          Beri motivasi klien untuk mematuhi program terapi

OSTEOARTRITIS
A.    Definisi
Osteoartritis adl penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung, tangan, dan pergelangan kaki paling sering terkena.
B.    Etiologi
1.      Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.
2.      Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.
3.      Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada kulit hitam.
4.      Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi interfalang distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
5.      Faktor Metabolik/Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun wanita.
6.      Faktor Mekanis
·         Trauma dan Faktor Predisposisi
Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan predisposisi OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan kongruensi sendi akan meningkatkan OA.
·         Cuaca dan Iklim
OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.
7.      Diet
Salah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia disebut penyakit Kashin-Beck yang mungkin disebabkan oleh menelan zat toksin yang disebut fusaria.
C.     Patofisiologi
Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitoksin interkoukin 1β (iL-β) dan tumor necrosis factor α (TNF α), sedangkan faktor anabolik diperankan oleh transforming growth factor (TNF β) dan insulin-like growth factor 1 (IGF 1).
D.    Klasifikasi
1.      Osteoartritis Primer
Ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2.      Osteoartritis Sekunder
Disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
·         Trauma /instabilitas.
OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian permukaan sendi.
·         Faktor Genetik/Perkembangan
Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial, displasia asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis) dapat menyebabkan OA.
·         Penyakit Metabolik/Endokrin
OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit okronosis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA atau artropati karena inflamasi).
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan menjasi:
1.      Grade 0     : Normal
2.      Grade 1     : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minim
3.      Grade 2     : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi menyempit asimetris.
4.      Grade 3     : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.
5.      Grade 4     : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.
E.     Manifestasi Klinis
1.      Rasa nyeri pada sendi
2.      Kekakuan dan keterbatasan gerak
3.      Peradangan
4.      Mekanik (nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat)
5.      Pembengkakan Sendi
6.      Deformitas (disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi)
7.      Gangguan Fungsi (timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi)
F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Radiologi
a)      Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian sendi yang menanggung beban.
b)      Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
c)      Kista tulang
d)      Osteofit pada pinggir sendi
e)      Perubahan struktur anatomi sendi
G.    Penatalaksanaan
1.     Terapi Non-Farmakologi
a)      Olahraga (misalnya berenang dan jogging)
b)      Menjaga sendi
c)      Panas/dingin
Panas (mengurangi rasa sakit pada sendi dan melancarkan peredaran darah) & dingin (mengurangi pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit)
d)      Viscosupple mentation, perawatan dari Canada untuk orang yang terkena osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.
e)      Pembedahan
f)       Akupuntur
g)      Pijat
h)      vitamin D,C, E, dan beta karotin, untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.
i)        Teh hijau, Memiliki zat anti peradangan.

2.     Terapi Farmakologi
a)      Acetaminophen
b)      NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efeksamping, yaitu menyebabkan sakit perut dangan gangguan fungsi ginjal.
c)      Topical pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.
d)      Tramadol (Ultram)
Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.
e)      Milk narcotic painkillers
Mengandung analgesic seperti codeinatau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.
f)       Corticosteroids, efektif mengurangi rasa sakit.
g)      Hyaluronic acid
Merupakan glycosamino glycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic aciddan N-acetygluosamine. Disebut jugavis cosupplementation.
h)        Glucosamine dan chondroitin sulfate
Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.
H.    Pencegahan
1.      Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka
2.      mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan
3.      minum obat untuk mencegah osteoarthritis
I.       Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a)      Aktivitas/Istirahat
·         Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
·         Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
b)      Kardiovaskuler
·         Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c)      Integritas Ego
·         Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
·         Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
·         Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
d)      Makanan / Cairan
·         Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
·         Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
e)      Hygiene
·         Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
f)       Neurosensori
·         Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
g)      Nyeri/kenyamanan
·         Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
h)      Keamanan
·         Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
·         Lesi kulit, ulkas kaki
·         Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
·         Demam ringan menetap
·         Kekeringan pada mata dan membran mukosa
i)        Interaksi Sosial
·         Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
j)        Penyuluhan/Pembelajaran
·         Riwayat rematik pada keluarga
·         Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
·         Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
k)      Pemeriksaan Diagnostik
·         Reaksi aglutinasi: positif
·         LED meningkat pesat
·         Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
·         SDP: meningkat pada proses inflamasi
·         JDL: Menunjukkan ancaman sedang
·         Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
·         RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.
2.      Diagnosa Keperawatan
a)      Nyeri b/d perubahan mekanisme sendi dalam menyangga beban tubuh serta keterbatasan mobilitas.
b)      Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi besar atau pada jari  tangan.
c)      Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang
d)      Defisit perawatan diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
e)      Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
f)       Intoleran aktivitas b/d gaya hidup atau perubahan peran yang aktual atau dirasakan.
g)      Defisit pengetahuan dan informasi b/d salah persepsi, kurang informasi.
3.      Rencana Keperawatan dan Implementasi Keperawatan
a.      Nyeri b/d perubahan mekanisme sendi dalam menyangga beban tubuh serta keterbatasan mobilitas.
Tujuan
Nyeri berkurang, hilang, dan teratasi.
Kriteria hasil
klien melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan perilaku relaks, memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi
Rasional
Kaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0-4.


Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.
Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan peda nyerinonfarmokologi dan non-invasif.

Ajarkan relaksasi: tehnik mengurangi ketegangan otot rangka


Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang nyaman.
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik NSAID oral.
Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
Nyeri di pengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan nonfarmokologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada  jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.
Istirahat merelaksasikan semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
Pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepetuhan klien terhadap rencana tarapeutik.
NSAID menghambat sintesis prostalgladin yang mempunyai efek analgesik efektif sebagai pereda nyeri osteoartritis.




b.      Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi besar atau pada jari  tangan.
Tujuan
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil
Klien ikut program latihan, tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, klien menunjukkan peningkatan mobillitas, dan mempertahankan koordinasi optimal.
Intervensi
Rasional
Kaji mobilatas dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
Atur posisi fisiologis.



Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit.
Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.
Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik pasien.
Megetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

Pengaturan posisi fisiologis dapat membantu perbaikan sirkulasi oksigenasi lokal dan mengurangi penekanan likal jaringan.
Gerakan aktif memberi massa, tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fingsi jantung dan pernapasan.
Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
Untuk mendeteksi perkembangan klien.


Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.




c.       Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang
Tujuan
Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik
Kriteria Hasil
Klien dapat terhindar dari resiko cedera.
Intervensi
Rasional
Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil.
Memantau regimen medikasi
Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.

Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.


2.     

Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas





d.      Defisit perawatan diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
Tujuan
Membantu klien dalam melakukan aktivitas klien.
Kriteria Hasil
Klien dapat melakukan aktivitas
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat fungsi fisik

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan
Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
Identifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda
 Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan
Mendukung kemandirian fisik/emosional

Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri





e.      Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
Tujuan
Citra klien meningkat.
Kriteria Hasil
Klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri, mengakui dan mengabungkan perubahan dalam konsep diri dengan cara akurat tanpa merasa harga dirinya negatif.
Intervensi
Rasional
Kaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan derajat ketidakmampuan.
Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap bermusuhan dan marah.
Ingatkan kembalitentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.

Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.

Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungki hal untuk dirinya.
Bersama klien mencari alternatif koping yang positif.
Dukung perilaku atau usaha, seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
Pantau gangguan tidur, kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri.


Rujuk ke ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
Membantu klien meliaht bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai keseluruhan tubuh. Mengizinkan klien merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Menghidupkan kembali perasaan mandiri dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
Dukungan perawat kepada klien dapat meningkatka rasa percaya diri.
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu di masa mendatang.
Dapat mengindikasikan terjdinya depresi sebagai pengaruh perubahan struktur tubuh sehingga memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.





f.        Intoleran aktivitas b/d penurunan kemampuan gerak
Tujuan
Membantu aktivitas klien, agar klien dapat melakukan aktivitasnya.
Kriteria Hasil
Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
Intervensi
Rasional
Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
2.    Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3.    Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4.    
Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.

5.      Untuk menekan inflamasi sistemik akut.




g.      Defisit perawatan diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
Tujuan
klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan  dirumah
Kriteria Hasil
klien mengungkapakan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan ; mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan.
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentangt perawatan di rumah.



Diskusikan tentang pengobatan ; jadwal, tujuan,jadwal, tujuan, dosis, dan efek samping.


Diskusikan tanda dan gejala kemajuan  penyakit nyeri dan mobilityas.

Beri dukungan psikologis agar klien menjalankan apa yang sudah disepakati
Menjadikan data dasar bagi perawatan untuk menjelaskan sesuai pengetahuan klien dan dapat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien dan keluarga sudah mengetahuinya.

Memberi pengetahuan dasar  tentang obat-obatan yang akan di gunbakan sehingga dapat mengurangi dampak komplikasi dan efek samoin

Membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan klien osteotritis.

Meningkatkan kemauan klien dan keluarga tentang pentingnya perawatan di rumah.




0 comments :

Post a Comment