BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tingkat kejadian 1,7 kasus per 1000 kelahiran hidup. Insidensi lebih tinggi
pada orang kulit hitam (3,6-13,9 kasus per 1000 kelahiran hidup) dibandingkan
kulit putih (0,3-1,3 kasus per 1000 kelahiran hidup).
Polydactyly dapat terjadi sebagai sifat terisolasi atau dalam hubungannya
dengan sindrom tertentu, dan ada riwayat keluarga yang positif dalam 30% kasus.
Sindrom dengan yang polydactyly telah dikaitkan termasuk Ellis-van Creveld
syndrome, [16, 17] trisomi 13, hemimelia tibialis, dan trisomi 21. Polydactyly
adalah bilateral di 50% kasus dan memiliki kecenderungan laki-laki sedikit.
Polydactyly Postaxial (ray lateral) adalah polydactyly paling umum, yang
terjadi pada 80% kasus, diikuti oleh polydactyly preaxial (medial) dan kemudian
polydactyly pusat. Duplikasi dapat berkisar dari well-formed digit diartikulasikan
ke angka yang belum sempurna. Kelainan metatarsal terkait umumnya terjadi pada
polydactyly.
B.
Masalah
1. Apa itu polidaktili ?
2. Apa etiologi polidaktili ?
3. Apa
saja klasifikasi dari polidaktili ?
4. Apa saja manifestasi
klinis dari polidaktili ?
5. Bagaimana patofisiologi
dari
polidaktili ?
6. Apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
polidaktili ?
7. Bagaiman
Asuhan Keperawatan pada pasien polidaktili?
C.
TUJUAN
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa
mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit polidaktili.
2.
Tujuan
Khusus
a. Menjelaskan
pengertian polidaktili.
b. Menjelaskan
etiologi polidaktili.
c. Menjelaskan klasifikasi polidaktili.
d. Menjelaskan
manifestasi klinis polidaktili.
e. Menjelaskan
patofisiologi polidaktili.
f. Menjelaskan
penatalaksanaan polidaktili.
D.
METODE
PENULISAN
Penulisan
makalah ini menggunakan berdasarkan literatur yag diperoleh dari buku ataupun
sumber dari internet.
E.
SISTEMATIKA
PENULISAN
Makalah
ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB
I : Pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB
II : Isi
yang terdiri dari pengertian, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
patofisiologi, dan penatalaksanaan
polidaktili.
BAB
III : Asuhan Keperawatan pada klien Polidaktili.
BAB
IV : Penutup terdiri dari Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Polidaktili adalah terjadinya duplikasi jari-jari tangan dan kaki melebihi dari
biasanya (Muttaqin, 2008). Kelainan dapat terjadi mulai dari duplikasi yang
berupa jaringan lunak sampai duplikasi yang di sertai dengan metacarpal dan
phalang sendiri.
Polydactyl berasal
dari bahasa yunani kuno (Polus)
"banyak" dan (daktulos) "jari", juga dikenal sebagai hyperdactyly, adalah anomali kongenital
fisik jari tangan atau kaki. Polydactyly adalah kebalikan dari oligodactyly (jari
terlalu sedikit atau kaki).
Polidaktili merupakan kelainan
pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki lebih dari lima.
Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila jumlah jarinya enam disebut
seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili. Polidaktili terjadi pada 1
dari 1.000 kelahiran.
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal
dominan P yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang
ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang
resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat
dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai
tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya
Jari-jari yang lebih dari 5 pada
manusia adalah suatu ketidaknormalan, dan polidaktili merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan duplikasi jari. Pada polidaktili, biasanya terdapat
6 jari pada setiap jari tangan,terkadang bisa lebih seperti 7 atau 8 jari. ( genetika suryo, 2005 : 104 )
p ♀ pp x ♂ Pp
normal polidaktili
F1 Pp = polidaktili (50%)
pp = normal (50%)
Yang umum dijumpai ialah
terdapatnya jari tambahan pada satu atau
kedua tangannya. Tempatnya jari tambahan itu berbeda-beda, ada yang terdapat
didekat ibu jari dan ada pula yang terdapat didekat jari kelingking.
Orang normal adalah
homozigotik resesif pp. pada
individu heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda,
sehingga lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki
polidaktili heterizigotik menikah dengan orang perempuan normal, maka dalam
keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili ialah 50% ..
B.
Etiologi
Etiologi dari polidaktili adalah
1.
Kegagalan
pembentukan bagian,
2. Kegagalan diferensiasi,
3. Duplikasi berlebih
4. Sindrom penyempitan pita kongenital,
5. Kelainan tulang umum.
6. Keturunan
7. Cacat genetic
Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1. Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu
kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili pada anaknya. Di antara
kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula
diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant
traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal
ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu
keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
2. Faktor Teratogenik
Teratogenik
(teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya
perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang
menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung
tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri Pertanian
nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat
menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Teratogenik
adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari
perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik
pada suatu organisme, bila diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen
diberikan setelah terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem
biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis merupakan
pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata,
sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau
teratogenik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan
dalam pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan
fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan
golongan nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.
a. Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen
dari unsur-unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar
rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau
terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai
kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil
dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena
mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen
fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang
hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari
12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
b. Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa
senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan
organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan
bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi
terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada
ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat
menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal
dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk
kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu
dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat
menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota
gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya
juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa
karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan
efek teratogenik.
c. Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum
dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo
virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh
ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan
lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi
virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat
memberikan efek teratogenik
C.
Klasifikasi polidaktili
Polidaktili diklasifikasikan
beberapa macam, yaitu:
1. Polidaktili postaxial
2. Polidaktili preaxial
3. Polidaktili central
1.
Polidaktili postaxial
Meskipun
salah satu dari 5 jari dapat berduplikasi, namun lebih sering terjadi pada jari
kelingking. Tipe gambaran duplikasi jari kelingking bervariasi dari pertumbuhan
kulit sampai pertumbuhan lengkap jari kelingking tambahan dengan phalanx dan
metacarpal.
a.
Duplikasi jari-jari berdasarkan
stelling dan turez,
diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1)
Pada tipe I terdapat tambahan soft-tissue mass tetapi
tidak ada pertumbuhan tulang tambahan pada tangan, sering tidak terdapat
tulang, sendi atau tendon, dan dihubungkan pada tangan oleh narrow pedicle
(Gambar 2-59A). Polidaktili tipe I terdiri dari jaringan lunak yang terhubung
dengan tulang. Sering kali tidak terdapat tulang, kartilago dan tendon pada
tipe ini. Penatalaksanaannya adalah pengangkatan sederhana dari jaringan lunak.
2)
Pada tipe II, sebagian atau
seluruh jari terduplikasi dengan tulang normal, kartilago atau komponen otot,
hal itu berhubungan dengan pembesaran atau terpecah menjadi dua metakarpal atau
phalanx.Polidaktili
tipe II terdiri dari duplikasi dari sebuah jari. Tercatat bahwa jari ini
terhubung dengan kepala metakarpal yang melebar.
3)
Pada tipe III, seluruh jari
dengan metakarpal dan seluruh komponen soft – tissue terduplikasi, tetapi tipe
ini jarang terjadi.Polidaktili tipe III, jari tambahan sempurna dengan
metakarpal dan semua jaringan lunaknya sendiri. Penanganannya adalah dengan
pengangkatan sederhana dari seluruh jari dan metakarpal.
b.
Turunan
Polidaktili postaxial, terjadi karena kelainan
anomali, adalah ciri dominan ditandai dengan penetrasi pada beberapa famili dan
variabel. Temtamy dan Mc-Kusick membagi duplikasi jari kelingking menjadi dua
tipe. Pada tipe A, jari tambahan tumbuh penuh. Pada tipe B, jari tambahan
tumbuh tidak sempurna dan bercabang. Seeorang dengan polidaktili tipe A dapat
menghasilkan keturunan dengan polidaktili tipe A atau B,
sedangkan seseorang dengan polidaktili tipe B dapat menghasilkan keturunan
dengan hanya polidaktili tipe B. Pola genetik tipe B masih rumit, dengan
melibatkan satu atau dua gen dominan dan faktor tidak tetap penetrasi.
c.
Hubungan
kelainan dan Gejala
Pada kulit hitam, duplikasi jari kelingking sering
terjadi deformitas terisolasi tanpa ada hubungan ketidaknormalan, sering
terjadi bilateral. Pada beberapa individu kedua tangan dan kedua kaki
polidaktili, meskipun pada yang lain dua atau tiga anggota badan yang
terlibat. Pada kulit putih, polidaktili postaxial, sering dihubungkan dengan
berbagai kelainan dan gejala, ketika ini terjadi sebagian gejala tidak jarang
dihubungkan sebagai sifat autosom resesif. Sebaliknya, duplikasi ibu jari
jarang sebagai bagian dari gejala. Polidaktili ibu jari dilihat dalam dua tipe
acrocephalopolysyndactyly – tipe Noack, ditransmisikan oleh turunan dominan,
dan tipe Carpenter oleh turunan resesif. Polidaktili ibu jari dapat timbul
gejala seperti Fanconi’s dan Holt-Oram. Kelainan regional yang paling sering
dihubungkan dengan polidaktili adalah sindaktili. Selain itu yang dapat terjadi
ditangan antara lain distrofi kuku, brachidaktili, tidak ada ibu jari,
triphalangeal ibu jari dari kontralateral tangan, dan kebalikan/cermin tangan.
Lebih dari 40 ketidaknormlan dilaporkan berhubungan dengan polidaktili
postaxial. Polidaktili postaxial juga sebagai bagian dari variasi gejala dan
ketidaknormalan kromosom. Ketika bayi kulit putih lahir menunjukan duplikasi
jari kelingking, keseluruhan anak harus diperiksa secara seksama, dan
diperlukan konsultasi genetik serta harus diperoleh jalan keluar yang
berhubungan dengan gejala, penyimpangan kromosom, atau keabnormalan yang lain.
Diagnosa yang tepat akan mencegah keadaan buruk yang dapat terjadi kemudian.
2. Polidaktili Preaxial ( duplikasi ibu jari )
Ibu jari tambahan merupakan tipe yang paling sering
terjadi pada polidaktili pada orang kulit putih. Insiensi deformitas pada orang
kulit hitam dan kulit putih adalah 0,08/1000. Hal tersebut bermanifestasi
menjadi bermacam – macam bentuk, bertahap dari anyaman daging kecil pada batas
radial tangan menjadi triplikasi. Tahap penyatuan tulang, Wassel
mengklasifikasikan polidaktili ibu jari menjadi 7 tipe.
a. tipe I,
phalanx distal bercabang ( sangat jarang , 2 % ) ;
b. tipe II, phalanx distal berduplikasi ( 15 % )
;
c. tipe III,
phalanx proksimal bercabang tetapi phalanx distal berduplikasi ( 6 % ) ;
d. tipe IV
sering terjadi ( 43 % ), baik phalanx proksimal maupun phalanx distal
berduplikasi ;
e. tipe V ( 10
% ), metakarpal dari ibu jari bercabang, dan kedua phalanx distal dan proksimal
berduplikasi ;
f. tipe VI ( 4 % ) metakarpal ibu jari dan kedua
phalanx distal dan proksimal berduplikasi ;
g. tipe VII (
20 % ) ibu jari hanya memiliki 3 ruas phalanx.
Polidaktili
preaxial mungkin berhubungan dengan sindaktili, hal tersebut dihubungkan dengan
sifat autosomal dominan. Temtamy menyebut bentuk polidaktili ini sebagai
polisindaktili. Pada duplikasi ibu jari, mungkin terjadi ketidaknormalan
sirkulasi, dipenuhi oleh satu atau dua arteri. Sering satu ibu jari dominan
ketika yang lain gagl tumbuh, kadang – kadang, walaupun kedua ibi jari
berukuran sama, salah satu bisa mengikis. Biasanya terjadi keterlibatan
unilateral. Pada seri Universitas lowa ( dilaporkan Wessel ) keterlibatan
bilateral ditemukan 7 dari 70 pasien dengan duplikasi ibu jari, pada seri Barsky
1 dari 25 kasus terjadi bilateral, dan Handforth menemukan 11 dari 13 kasus
unilateral.
Polidaktili
ibu jari biasanya terjadi sporadik, walaupun bila dihubungkan dengan triphalanx
ibu jari terjadi karena famili. Polidaktili preaxial mungkin dapat dihubungkan
dengan ketidaknormalan vertebra, tidak adanya tibia, celah langit – langit
mulut, dan imperforasi anus. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gejala, temuan
klinis yang penting seperti sindrom Down, pansitopenia Fanconi, dan
acrocephalosyndactyly.
Tipe terbanyak
adalah tipe IV dimana kedua ruas proksimal dan distal terduplikasi ( 43 % ).
Pada tipe I ruas distalnya terbelah menjadi dua, Ini adalah tipe paling jarang
( 2 % ). Pada tipe II ( 15 % ) ruas distal terduplikasi. Di tipe III ( 6 % )
ruas distal terduplikasi dan ruas
proksimal terbelah menjadi 2. Pada tipe V ( 10 % ) metakarpal dari jempol
terbelah dan kedua ruasnya terduplikasi. Pada tipe VI ( 4 % ) kedua metakarpal
jempol dan semua ruas proksimal dan distalnya terduplikasi. Pada tipe VII triphalangeal
pada jempol.
3.
Polidaktili
sentral
Duplikasi
dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis dihubungkan pada polidaktili sentral
atau axial. Kelebihan jari tengah dan jari manis sering disembunyikandalam
jaringan antara penghubung jari- jari yang normal (Gambar 2-63). Tendon,
nervus,dan pembuluh darah dari jari cadangan biasanya tidak normal, sebagai
epifise kelebihan jari. Epifise dari
kelebihan jari biasanya tidak tumbuh normal pada garis pertumbuhan,
Sebagai hasilnya phalanx bercabang dari axis longitudinal ke penyimpangan
ulna atau radial dan mengubah batas jari – jari. Duplikasi jari telunjuk jarang
terjadi, disajikan ulang antara 3,5 % dari semua kasus polidaktili.
Ketidaknormalan ini sebaiknya tidak rancu dengan triphalanx ibu jari.Kelebihan jari
tengah dapat terdiri dari percabangan soft-tissue mass atau terdapat tulang
normal dan komponen soft – tissue. Hal ini dapat dihubungkan dengan sinostosis
radioulnar kongenital, dan duplikasi jari telunjuk dapat menyatu dengan jari
tengah.
D.
Manifestasi
klinis
1.
Ditemukan sejak lahir.
2.
Dapat terjadi pada salah
satu atau kedua jari tangan atau kaki.
3.
Jari tambahan bisa melekat
pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat sampai ke tulang.
4.
Jari tambahan bisa terdapat
di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.
5.
Dapat terjadi bersamaan
dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.
E.
Patofisiologi
Polidaktili,
disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ tubuh janin. Ini
terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama pembentukan organ
tubuh. Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan mengandung bahan pengawet.
Atau ada unsur teratogenik yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. Kelebihan
jumlah jari bukan masalah selain kelainan bentuk tubuh. Namun demikian,
sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan paru bayi, karena mungkin terjadi
multiple anomali.
Orang
normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu
heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga
lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili
heterozigotik menikah dengan perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan
timbulnya polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah polidaktili (heterozigot)
Pp x, ibu normal homozigot (pp) maka anaknya polidaktili (heterozigot Pp) 50%,
normal (homozigot pp) 50%.
F. Penatalaksanaan
1. perasi
“pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak berkembang
dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya berupa gumpalan daging,
biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, tapi mungkin anak
menjadi malu atau minder.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA POLIDAKTILI
1.
Pengkajian
a. Anamnesis
mengenai riwayat keluarga
b. Riwayat
pranatal –postnatal
c. Riwayat
kelahiran serta berat badan lahir harus dilakukan dengan hati –hati.
d. Pemeriksaan
fisik dilakukan keseluruh tubuh untuk menggali adanya kelainan atau anomali
lainnya dibagian tubuh lain. Pemeriksaan fisik dengan dilakukan secara
sistematik, dengan cara
inspeksi yaitu terlihat adanya
jari tambahan.
Berikut adalah pemeriksaan yang harus dilakukan
yaitu :
a. Catat
dan dokumentasikan nomor jari tangan yang mengalami gangguan, keterlibatan
jaringan yang mengalami penambahan, penyatuan, panjang setiap jari, dan
tampilan dari kuku.
b. Pengambilan
foto pada tangan terutama pada saat pertama kali kunjungan biasanya sangat
membantu diagnosis.
c. Lakukan
pergerakan pasif untuk memeriksa adanya penambahan tulang dengan penambahan
jaringan lunak.
d. Periksa
dengan memalpasi adanya polidaktili yang tersembunyi.
e. Tingkat
anomali dari struktur tendon dan neurovakular mencerminkan kompeksitas dari
polidaktili. Adanya kondisi polidaktili komplet atau kompleks biasanya
melibatkan bagian distal dari falang ( jari ).
f. Selalu
melakukan pemeriksaan radiografi untuk membantu identifikasi anomali lainnya,
seperti bony synostosis, delta falang atau symphalangism.
2.
Diagnosa
Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan
konsep diri b/d anomali kongenital
/
perubahan bentuk tubuh (kaki/tangan)
2) Ansietas b/d dengan rencana
pembedahan
3) Kurang
pengetahuan b/d ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit atau pengobatan.
b.
Pasca
Operasi
1) Nyeri
b/d luka pascaoperasi
2) Kerusakan
integritas kulit b/d pembedahan
3) Resiko
infeksi b/d tindakan pembedahan
3.
Intervensi
Keperawatan
a.
Pre
Operasi
1)
Gangguan
konsep diri b/d anomali kongenital /
perubahan bentuk tubuh (kaki/tangan)
Tujuan
: Setelah
diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan harga diri
dengan mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.
Intervensi
:
a) Dorong
individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai bagaimana individu
merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.
b) Dorong
individu untuk bertanya menegenai masalah,penanganan, perkembangan, prognosis
kesehatan.
c) Beri
informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan
d) Hindari
kritik negative
e) Beri
privasi dan keamanan lingkungan
f) Dorong
interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang mendukung
g) Perjelas
adanya kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi
perawatan
2)
Ansietas
b/d dengan rencana pembedahan
Tujuan
: Kecemasan
dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Intervensi:
a) Jelaskan
setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
b) Beri
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan ketakutannya
c) Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang
terdekat tentang diagnosa medic
d) Akui
rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
3)
Kurang
pengetahuan b/d ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit
atau pengobatan.
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pengetahuan klien terhadap penyakit
bertambah.
Intervensi
:
a) Pengajaran,
proses penyakit
b) Cek
keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa pasien memahami penanganan yang
dianjurkan dan informasi yang relevan lainnya
c) Lakukan
penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya
d) Tentukan
motivasi pasien untuk mempelajari informasi
khusus
b.
Pasca
Operasi
1)
Nyeri
b/d luka pasca operasi
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan nyeri klien berkurang
bahkan hilang
Intervensi
:
a) Kaji
skala nyeri klien
b) Dengarkan
dengan penuh perhatian mengenai nyeri
c) Ajarkan
strategi relaksasi khusus
d) Tentukan
konsep anak tentang penyebab nyeri, bila mungkin
e) Tanyakan
pada anak apa yang meredakan nyeri dan apa yang membuatnya lebih buruk
f) Tingkatkan
rasa aman dengan penjelasan yang jujur dan kesempatan untuk memilih
g) Jelaskan
pada anak bahwa dia dapat dialihkan perhatiannya dari prosedur jika hal itu
yang diinginkan
h) Berikan
terapi analgesic
2)
Kerusakan
integritas kulit b/d tindakan pembedahan
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan klien menunjukkan
penyembuhan jaringan progresif.
Intervensi :
a) Pantau
kulit dari adanya ruam dan lecet
b) Bersihkan
kulit saat terkena kotoran
c) Minimalkan
terpajannya kulit pada lembab
d) Jadwalkan
mandi untuk pasien, gunakan pembersih yang ringan
e) Gunakan
lapisan pelindung, seperti krim atau bantalan penyerap kelembapan untuk
menghilangkan kelebapan yang berlebihan, jika memungkinkan
f) Ganti
posisi dengan hati-hati untuk menghindari cedera pada kulit yang rentan
g) Pantau
status gizi dan asupan makanan
h) Rujuk
ke perawat terapi enkorostoma untuk mendapatkan bantuan dalam pencegahan,
pengkajian dan penanganan luka/kerusakan kulit
3)
Resiko
infeksi b/d tindakan pembedahan
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan klien melaporkan
factor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan kewaspadaan yang diperlukan
Intervensi
:
a) Kurangi
organisme yang masuk ke individu
b) Lindungi
individu yang mengalami defisit imundari infeksi
c) Kurangi
kerentanan individu terhadap infeksi
d) Amati
manifestasi klinis infeksi
e) Instruksikan
individu dan keluaraga mengenai penyebab, risiko dan kekuatan penularan infeksi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari
sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki lebih dari lima. Orang normalnya
adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Polidaktili juga dikenal sebagai
Hyperdaktili, bisa terjadi ditangan atau dikaki manusia ataupun hewan. Tempat
jari tambahan tersebut berbeda-beda ada yang di dekat ibu jari dan ada pula
yang berada di dekat jari kelingkingPolidaktili terjadi pada 1 dari 1.000
kelahiran. Penyebabnya bisa karena kelainan genetika atau faktor keturunan,
sehingga kelainan ini tidak dapat dilakukan pencegahan. Bentuknya bisa berupa
gumpalan daging, jaringan lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan
ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi, umumnya hanya berupa tonjolan daging
kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar ibu jari atau
jari kelingking. Kelebihan jari pada sisi ibu jari lebih banyak daripada sisi
jari kelingking.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,
Arif. (2008). Asuhan Keperawatan dengan
Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
http://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html