A.
KERANGKA
KERJA KEPERAWATAN ANAK
1.
Pengkajian
Proses
yang berkesinambungan, diterapkan di seluruh tahap penyelesaian masalah. Dasar pengambilan keputusan terdiri dari pengumpulan, pengelompokan, dan analisis
data. Dilakukan secara
menyeluruh (bio – psiko – sosiokultural
– spiritual).
2.
Diagnosa
Keperawatan
Adalah keputusan
klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses hidup yang aktual maupun potensial (NANDA). Perawat menginterpretasi dan
membuat keputusan tentang data yang telah dikumpulkan.
Komponen : PES (problem, etiology, symptom).
Jenis : aktual, risiko, potensial.
3.
Perencanaan
Prinsip – prinsipnya :
a.
Orientasi;
b.
Melibatkan keluarga;
c.
Universal precaution;
d.
Membantu keperluan pasien;
e.
Meminimalkan trauma fisik;
f.
Menciptakan lingkungan yang kondusif;
g.
Memahami hubungan anak dengan pengasuh;
h.
Memahami konsep dan karakterisik tumbang anak.
4.
Implementasi
Menerapkan intervensi yang dipilih dan melakukan umpan balik.
Prinsip – prinsipnya :
a.
Libatkan keluarga;
b.
Berpikir positif dan asertif;
c.
Waktu tindakan sesingkat mungkin;
d.
Jelaskan tindakan secara singkat dan sederhana;
e.
Perkenankan anak untuk mengeluh/menangis jika terasa
sakit;
f.
Beri kesempatan anak memilih tempat dilakukannya
tindakan;
g.
Jangan berbisik kepada perawat lain atau keluarga di
depan anak;
h.
Jangan menawarkan pilihan apakah bersedia dilakukan
tindakan atau tidak;
i.
Jangan membohongi anak bahwa tindakan yang akan
dilakukan tidak menimbulkan rasa sakit.
5.
Evaluasi
a.
Perawat mengumpulkan, mensortir dan menganalisis data untuk menentukan
apakah tujuan tercapai, perlu modifikasi rencana, perlu alternatif.
b.
Hubungan antara hasil dengan tuan yang
ditetapkan konsistensi tindakan dalam fase proses dengan kriteria standar
perawatan yang ditetapkan.
c.
Pengaruh variabel struktural pada hasil
dan proses (lingkungan, kebijakan dan prosedur lembaga, ketenangan berkaitan
dengan mutu dan jumlah).
B.
FILOSOFI
KEPERAWATAN ANAK
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (family centered care),
pencegahan terhadap trauma (atraumatic
care) dan manjemen kasus.
1.
Manusia (anak)
Manusia
sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang berusia antara 0 – 18
tahun yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik
(fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa.
Kebutuhan fisik atau biologis anak mencakup makan, minum, udara, eliminasi,
tempat berteduh dan kehangatan. Secara psikologis anak membutuhkan cinta dan
kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Anak membutuhkan disiplin dan
otoritas untuk menghindari bahaya, mengembangkan kemampuan berpikir dan
bertindak mandiri. Anak juga membutuhkan kesempatan untuk belajar berpikir dan
membuat keputusan secara mandiri. Untuk pengembangan harga diri, anak
membutuhkan penghargaan pribadi terutama pada usia 1 sampai 3 tahun (toddler),
penghargaan merupakan pengalaman positif dalam membentuk harga diri. Untuk itu
diperlukan penerimaan dan pengakuan dari orang tua dan lingkungannya. Secara
sosial anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasinya untuk
berinteraksi dan mengekspresikan ide atau pikiran dan perasaannya, sedangkan
secara spiritual anak membutuhkan penanaman nilai agama dan moral serta nilai
budaya sebagai anggota masyarakat timur.
2.
Sehat
Sehat dalam
keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat – sakit. Sehat adalah keadaan
kesejahteraan optimal antara fisik, mental dan sosial yang harus dicapai sepanjang
kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal sesuai dengan usianya. Dengan demikian apabila anak sakit, hal ini akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual,
sosial dan spiritual. Sehat – sakit berada dalam suatu rentang mulai dari sehat
optimal pada satu kutub sampai meninggal pada kutub lainnya.
Sepanjang
rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawat baik secara langsung saat
anak sakit maupun tidak langsung dengan melakukan bimbingan antisipasi pada
orang tuanya. Dalam keadaan sehat optimal pun anak memerlukan bantuan perawat,
misalnya untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan seperti pelayanan imunisasi
atau peningkatan pengetahuan tentang kebersihan perseorangan dan gizi yang
memenuhi syarat kesehatan. Apabila terjadi perbedaan persepsi antara orang tua
dan perawat tentang konsep sehat – sakit tersebut, timbul masalah pemahaman
keluarga tentang makna sehat – sakit. Kondisi sehat yang berat menurut persepsi
perawat dapat dipersepsikan sebagai suatu kondisi yang biasa saja oleh orang
tua. Untuk itu diperlukan bantuan perawat untuk menyamakan persepsi tersebut.
Pada kutub ekstrem yaitu kematian anak, orang tua tetap memerlukan bantuan
perawat untuk mengantarkan anak pada kematian yang tenang melalui perawatan
menjelang ajal (dying care).
3.
Lingkungan
Seperti telah
dikemukakan di atas, anak adalah individu yang masih bergantung pada lingkungan
yaitu orang dewasa disekitarnya. Lingkungan terdiri dari lingkungan internal
dan lingkungan eksternal serta dapat memenuhi kesehatan anak. Lingkungan
internal yaitu genetik (keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin,
intelektual, emosi dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit.
Lingkungan eksternal yaitu status nutrisi, orang tua, saudara kandung (sibling),
masyarakat atau kelompok sekolah, kelompok atau geng, disiplin yang ditanamkan
orang tua, agama, budaya, status sosial – ekonomi, iklim, cuaca sekitar dan
lingkungan fisik atau biologis baik rumah maupun sanitasi di sekelilingnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi rangsangan terutama dari lingkungan
eksternal yaitu lingkungan yang aman, peduli dan penuh kasih sayang.
4.
Keperawatan
Untuk
memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang opimal, perawat dapat membantu
anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang spesifik dengan cara membina
hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga melalui perannya sebagai pembela,
pemulih atau pemelihara kesehatan, koordinator, kolaborator, pembuat keputusan
etik dan perencana kesehatan.
Fokus utama
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dengan falsafah yang utama yaitu asuhan keperawatan yang
berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapeutik. Selama proses asuhan
keperawatan dijalankan, keluarga dianggap sebagai mitra bagi perawat dalam
rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dua konsep yang
mendasari dalam kerjasama orang tua – perawat ini adalah memfasilitasi keluarga
untuk aktif terlibat dalam asuhan keperawatan anaknya di rumah sakit dan
memberdayakan kemampuan keluarga baik dari aspek pengetahuan, ketrampilan
maupun sikap dalam melaksanakan perawatan anaknya di rumah sakit, melalui
interaksi yang terapeutik dengan keluarga (empowering). Bentuk
intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarganya adalah pemberian
dukungan, pemberian pendidikan kesehatan dan upaya rujukan kepada tenaga
kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan anak.
C.
TREN
PELAYANAN KESEHATAN KEPERAWATAN ANAK
Era globalisasi
dan era informasi yang akhir – akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah membuat
tuntutan – tuntutan baru di segala sektor dalam negara kita. Tidak terkecuali
dalam sektor pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan telah
membuat standar baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal
tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk
terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi
informasi. Namun, memang kita tidak bisa mnutup mata akan hambatan – hambatan
yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya adalah keterbatasan sumber
daya manusia yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi informasi secara
terpadu, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi di
dunia pelayanan dan masih rendahnya minat para perawat di bidang teknologi
informasi keperawatan. Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
bergantung kepada kecepatan, kemudahan dan ketepatan dalam melakukan tindakan
keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi
dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit.
Pelayanan rumah sakit setidaknya terbagi menjadi dua bagian besar yaitu
pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non – medis, sebagai contoh
pelayanan medis dapat terdiri dari pemberian obat, pemberian makanan, asuhan
keperawatan, diagnosa medis dan lain – lain.
Adapun
pelayanan yang bersifat non – medis seperti proses penerimaan, proses
pembayaran, sampai proses administrasi yang terkait dengan klien yang dirawat
merupakan bentuk pelayanan yang tidak kalah pentingnya. Pelayanan yang bersifat
medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi
informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan
data secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian
selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yang sudah ditegakkan
sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien
menerima asuhan keperawatan dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai
dengan NANDA, NIC, dan NOC yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam database
program aplikasi yang digunakan. Namun, ada hal yang perlu kembali dipahami
oleh semua tenaga kesehatan yang menggunakan teknologi informasi yaitu semua
teknologi yang berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah alat bantu yang
tidak ada gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya dalam hal ini adalah
perawat dengan segala pengetahuannya tentang ilmu keperawatan.
Contoh nyata
yang dapat kita lihat di dunia keperawatan Indonesia yang telah menerapkan
sistem informasi yang berbasis komputer adalah terobosan yang diciptakan oleh
kawan – kawan perawat di RSUD Banyumas. Sebelum menerapkan sistem ini hal
pertama yang dilakukan adalah membakukan klasifikasi diagnosis keperawatan yang
selama ini dirasa masih rancu, hal ini dilakukan untuk menghilangkan ambiguitas
dokumentasi serta memberikan manfaat lebih lanjut terhadap sistem kompensasi,
penjadwalan, evaluasi efektifitas intervensi sampai kepada upaya identifikasi
error dalam manajemen keperawatan. Sistem ini mempermudah perawat memonitor
klien dan segera dapat memasukkan data terkini dan intervensi apa yang telah
dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap bangsal sehingga akan
mengurangi kesalahan dalam dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan.
D.
ASPEK
SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KEPERAWATAN ANAK
Masa depan
masyarakat bergantung pada anak – anak mereka. Oleh sebab itu, masyarakat harus
memberikan perhatian, pengawasan serta pendidikan pada anak – anak. Budaya
memegang peran penting dalam sosialisasi anak dilihat dari didikan orang tua
serta perkembangan anak tersebut. (Yoos and others, 1995).
Budaya
berhubungan dengan pengalaman anak baik sehat maupun sakit (Talabere, 1996
dalam Wong 2001). Melalui tinjauan holistik anak, perawat diwajibkan untuk
mengembangkan sebuah pengertian dimana budaya memberikan kontribusi terhadap
perkembangan sosial dan hubungan emosional dan mempengaruhi perilaku anak dan
sikap positif kesehatan. (Wong,2001).
Pengetahuan
keperawatan transkultural menjadi penting sejak dekade dahulu karena adanya
kenaikan tingkat migrasi masyarakat di seluruh dunia. Ahli keperawatan
memberikan perawatan pada populasi yang bermacam – macam dari setiap titik.
(Cooper, 1996 dalam Wong, 2001).
E.
PROSES
KEPERAWATAN ANAK
Proses
keperawatan anak terdiri dari :
1.
Proses yang
berkesinambungan, diterapkan diseluruh tahap penyelesaian masalah.
2.
Dasar
pengambilan keputusan.
3.
Terdiri dari
pengumpulan, pengelompokan, dan analisis data.
4.
Dilakukan
secara menyeluruh (bio – psiko – sosiokultural – spiritual).
F.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
Penyakit :
Difteri
1.
Defenisi
Difteri adalah penyakit
infeksi akut yang di sebabkan oleh Corynebactereium
diphterriae yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit dan
lesi lain dari orang yang terinfeksi.
2.
Patofisiologi
a.
Kuman
berkembangbiak pada saluran nafas atas dan dapat juga pada vulva, kulit, mata,
walaupun jarang terjadi.
b.
Kuman membentuk
pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.
c.
Eksotoksin bila
mengenai otot jantung akan mengakibatkan terjadinya neokarditis dan timbul
mralisis otot pernapasan bila mengenai jaringan saraf.
d.
Sumbatan dalam
pada jalan nafas sering terjadi akibat dari pseudomembran pada laring dan
trakea clan dapat menyebabkan kondisi yang fatal.
|
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
3.
Komplikasi
a.
Miokarditis
(minggu ke 2);
b.
Neuritis;
c.
Bronkopneumonia;
d.
Nefritis;
e.
Paralisis.
4.
Etiologi
Corynebacterium
diphteriae, bakteri bentuk batang
gram negatif.
5.
Manifestasi Klinis
a.
Khas adanya pseudomembran;
b.
Lihat dari alur
atau jaras patopdiologi.
6.
Penatalaksanaan Terapeutik
a.
Pemberian
oksigen;
b.
Terapi cairan;
c.
Perawatan
isolasi;
d.
Pemberian
antibiotik sesuai program.
7.
Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian
a.
Riwayat
keperawatan : riwayat terkena penyakit infeksi, status imunisasi;
b.
Kaji tanda – tanda
yang terjadi pada nasal, tonsil atau faring dan laring;
c.
Lihat dari
manifestasi klinis berdasarkan alur patofisiologi;
Diagnosa Keperawatan
a.
Tidak efektif
bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas;
b.
Resiko
penyebarluasan;
c.
Resiko kurangnya
volume cairan berhubungan dengan proses penyakitan (metabolisme meningkat, intake
cairan menurun);
d.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang.
Perencanaan
a.
Anak akan
menunjukan tanda – tanda jalan nafas efektif;
b.
Penyebarluasan
infeksi tidak terjadi;
c.
Anak menunjukan
tanda – tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi;
d.
Anak akan
mempertahankan keseimbangan cairan.
Implementasi
a.
Meningkatkan
jalan nafas efektif
1)
Kaji status
pernafasan, obserfasi irama dan bunyi pernafasan;
2)
Atur posisi
kepala dengan posisi ekstensi;
3)
Suction jalan
nafas jika terdapat sumbatan;
4)
Berikan oksigen
sebelum dan setelah dilakukan suction;
5)
Lakukan
pisioterapi dada;
6)
Persiapkan anak untuk
dilakukan trakeostomi;
7)
Lakukan
pemeriksaan analisa gas darah;
8)
Lakukan inkubasi
jika ada indikasi.
b.
Perluasan
infeksi tidak terjadi
1)
Tempatkan anak
pada ruang khusus;
2)
Pertahankan
isolasi yang ketat dirumah sakit;
3)
Gunakan prosedur
perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak;
4)
Berikan
antibiotik sesuai order.
c.
Kekurangan
volume cairan tidak terjadi
1)
Memonitor intake
out put secara tepat, pertahankan intake cairan dan eektrolit yang tepat kaji
adanya tanda – tanda dehidrasi (membran mukosa kering, turgor, kulit kurang, produksi
urin menurun, frekuensi denyut jantung dan pernafasan. Meningkat, tekanan darah
menurun, fontanel ekung);
2)
Kolaborasi untuk
pernberian cairan farentera jika pemberian cairan melalui oral tidak
memungkinkan.
d.
Meningkatkan kebutuhan
nutrisi
1)
Kaji
ketidakmampuan anak untuk makan;
2)
Memasang NGT
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak;
3)
Kolaborasi untuk
pemberian nutrisi farenteral menlai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi
(berat badan, lingkar lengan, membran mukosa)
Perencanaan Pemulangan
a.
Jelaskan terapi
yang diberikan : dosis, efek samping;
b.
Melakukan
prosedur imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur;
c.
Menekankan
pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal;
d.
Informasikan
jika terdapat tanda – tanda terjadinya kekambuhan.
April 12, 2013 at 10:04 PM
bagi temen-temen yang jurusan tentang kesehatan pengen mencari tentang Congestive Hearth Failure (CHF) silahkan mampir aja di sini...
http://allifkecil91.blogspot.com/2013/04/congestive-hearth-failure-chf.html