BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Penyakit kanker (neoplasma) merupakan penyebab kematian pertama di dunia. Pada tahun 2005 jumlah kematian akibat penyakit kanker mencapai 58 juta jiwa. Menurut data WHO (2005), jenis kanker yang menjadi penyebab kematian      terbanyak    adalah    kanker    paru   (mencapai     1,3   juta   kematian pertahun),    disusul   kanker   lambung     (mencapai    lebih   dari  1  juta  kematian  pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanker usus besar (655.000     kematian     pertahun),   dan   yang    terakhir  yaitu   kanker   payudara  (502.000 kematian pertahun). Sedikitnya     1,2  juta  jiwa  di  Amerika    Serikat   didiagnosa    menderita kanker   setiap   tahunnya.   Akan   tetapi  incidence   rate   lebih   banyak   terjadi   di negara   berkembang   (Smeltzer   &   Bare,   2001).   Indonesia   sebagai   salah   satu negara     berkembang     dengan  prevalensi     rate   penyakit   kanker    yang   cukup  tinggi.  
Di   wilayah    ASEAN,      Indonesia    menempati     urutan   kedua    setelah  Vietnam     dengan    kasus   penyakit   kanker   mencapai     135.000   kasus   pertahun  (WHO, 2005). Data tersebut hampir sama dengan yang ditemukan Pusat Data  dan Informasi (Pusdatin) Departemen Kesehatan RI (2004) yang menyebutkan  prevalensi penyakit kanker mencapai 100 ribu pertahun. Di Indonesia penyakit  kanker   menjadi   penyebab   kematian   kedua   setelah   penyakit   jantung   (Depkes  RI, 2004).. Sebagian manusia terkadang mengabaikan suatu gejala penyakit yang timbul dalam dirinya, sehingga penyakit tersebut baru diketahui ketika telah mencapai stadium lanjut. Salah satu contoh kanker akibat kebiasaan buruk ini adalah kanker lambung dimana kanker lambung ini merupakan suatu bentuk neoplasma maligna gastrointestinal. 

  1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar teori teori penyakit Ca Lambung?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada penyakit Ca lambung? 

  1. TUJUAN
Tujuan Umum
1.      Untuk mengetahui konsep dasar dan teori penyakit Ca lambung.
2.      Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Ca lambung.


BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR PENYAKIT
Kanker Lambung ( Ca Lambung )

  1. DEFINISI
Kanker lambung merupakan bentuk neoplasma maligna gastrointestinal. Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Cancer Facts and Figures, 1991).
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta, 2002).
Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada Gaster. (R. Simadibrata, 2000).
Kanker lambung adalah salah satu penyakit pembunuh manusia dengan jumlah kematian 14.700 setiap tahun. Kanker lambung terjadi pada kurvatura kecil atau antrum lambung dan adenokarsinoma. Factor lain selain makanan tinggi asam yang menyebabkan insiden kanker lambung mencakup Inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria ( tidak adanya hidroklorida ). Ulkus lambung, bakteri H, plylori, dan keturunan. ( Suzanne C. Smeltzer ).
Kanker lambung atau tumor malignan perut adalah  suatu adeno kararsinoma .kanker ini menyebar ke paru –paru,nodus limfe dan hepar.faktor risiko meliputi gastritis atrofik kronis dengan metaplasia usus anemia pernisiosa ,konsumsi alkohol tinggi dan merokok .(Nettina sandra ,pedoman praktik keperawatan )

  1. EPIDEMIOLOGI
Kanker lambung terus berkurang di Amerika Serikat. Namun, ini masih menjadi masalah serius dengan jumlah 14.700 kematian setiap tahunnya, kebanyakan pada individu dengan usia lebih dari 40 tahun dan kadang-kadang pada individu yang lebih muda. Kebanyakan kanker lambung terjadi pada kurvatura kecil atau antrum lambung dan adenokarsinoma. Insiden kanker lambung lebih banyak di Jepang, yang telah menyababkan diadakannya skriningmassa untuk diagnosis awal di negara ini. Diet tampaknya menjadi faktor yang signifikan. Diet tinggi makanan asap dan kurang buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan resiko terhadap kanker lambung. Faktor lain yang berhubungan dengan insiden kanker lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria ( tidak adanya asam hidroklorida ), ulkus lambung, bakteri H. pylori, dan keturunan. 

  1. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a)   Faktor genetik.
Sekitar 10% pasien yang mengalami  kanker lambung memiliki hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
b)  Faktor umur.
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun, tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996).
2. Faktor presipitasi
a)  Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan. Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor utama peningkatan kanker lambung. Sehingga menfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines didalam lambung. Kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan komposisi nitrosamines didalam lambung memberikan konstribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
b) Infeksi H. Pylori. H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum dan 80% tukak lambung (fuccio, 2007). Bakteri ini menempel dipermukaan dalam tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung (fuccio, 2009). Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H. Pylori juga menginfeksi bagian badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya memengaruhi ulkus didaerah badan lambung, tetapi juga meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan dilendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) dilambung, atau disebut dengan limfoma MALT (Mucosa Lymphoid Tissue). Infeksi H. Pylori berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung (santacroce, 2008).
c) Mengkonsumsi rokok dan alkohol. Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan kombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkatkan risiko kanker lambung (Gonzalez, 2003).
d)    NSAIDs. Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dalam hal ini (polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung berulang akan meningkatkan risiko kanker lambung (Houghton, 2006).
e)   Anemia pernisiosa. Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik sekresi lambung, kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H. Pylori memberikan konstribusi penting terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung (Santacroce, 2008).

  1. PATOFISIOLOGIS
Seperti pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab tumor gaster juga belum diketahui secara pasti. Faktor yag mempermudah timbulnya tumor ganas gaster adalah perubahan mukosa yang abnormal antara lain seperti gastritis atropik, polip di gaster, dan anemia pernisiosa. Di samping itu juga pengaruh keadaan lingkungan mungkin memegang peran penting terutama pada penyakit gaster seperti dinegara Jepang, Chili, Irlandia, Australia, Rusia dan Skandinavia. Ternyata pada orang jepang yang telah lama meninggalkan jepang, frekuensi tumor ganas gaster lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa kebiasaaan hidup mempunyai peran penting, makanan panas dapat merupakan faktor timbulnya tumor ganas seperti juga makanan yang di asap, ikan asin yang mungkin mempermudah timbuknya tumor ganas gaster. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor herediter, dan faktor infeksi H. Pylori. Karsinoma gaster berasal dari pertumbuhan epitel pada membran mukosa gaster. Kabanyakan karsinoma gaster berkembang pada bagian bawah gaster. Sedangkan pada atrofi gaster disapatkan bagian atas gaster dan secara multisenter.
Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk yaitu :
1.                  Seperempatnya berasal dari propria yang berbentuk fungating yang tumbuh ke lumen sebagai massa.
2.                  Seperempatnya berbentuk tumor yang berulserasi.
3.                  Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot.
4.                  Penyebarannya melalui dinding yang disemari penyebaran pada permukaan.
5.                  Bentuk linisplastika.
6.                  Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas.
Prognosis yang baik berhubungan dengan bentuk polipoid dan kemudian berbentuk ulserasi dan yang paling jelek ada bentuk scirrhous. Penyebaran karsinoma gaster sering kehati, arteri hepatika dan celiac, pankreas dan hilus selitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak dan bagian lain saluran cerna.

  1. KLASIFIKASI
1.      Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat dibagi atas :
a.       Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
b.      Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
1)      Elevated type
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
2)      Flat type
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada warna mukosa.
3)      Depressed type
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik /      perdarahan.
c.       Type III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti IIC + III atau III + IIc dan IIa + IIc
2.      Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).
Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
a.       Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
b.      Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
c.       Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
d.      Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
  1. TANDA DAN GEJALA
Pada tahap awal kanker lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida, dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi:
1.      Nyeri
2.      Penurunan Berat badan.
3.      Muntah
4.      Anoreksia.
5.      Disfagia.
6.      Nausea.
7.      Kelemahan.
8.      Hematemasis.
9.      Regurgitasi.
10.  Mudah kenyang.
11.  Asites ( perut membesar).
12.  Keram abdomen
13.  Darah yang nyata atau samar dalam tinja
14.  Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.

  1. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosis seperti penurunan berat badan, anemia, teraba massa di epigastrium, jika telah metastasisi ke hati akan terba hati yang irreguler, dan terkadang terba kelenjar limfe klavikula.

  1. PEMERIKASAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati yang iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2.      Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai dengan komprsi.
3.      Gastroskopi dan Biopsi.
Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk melihat adanya   tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan biopsi ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas gaster sedangkan dengan sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.
4.      Pemeriksaan darah pada tinja.
Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
5.      Sitologi.
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor ganas lambung dengan hasil 80 – 90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.

  1. PENATALAKSANAAN
1.      Bedah
jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfa secukupnya.
2.      Radiasi
3.      Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
4.      Kemoterapi
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau kombinsi kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.

  1. KOMPLIKASI
1.      Perforasi
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
2.      Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung sehingga dapat menimbulkan anemia.
3.      Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan mintah-muntah.
4.      Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut



BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


  1. PENGKAJIAN
1.      Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
a.       Apakah ada riwayat kanker pada keluarga
b.      Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
c.       Lingkungan tempat tinggal klien
d.      Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
e.       Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.
2.      Nutrisi metabolic
a.       Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari
b.      Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi
c.       Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
d.      Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
e.       Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
f.       Adanya makanan tambahan
g.      Napsu makan berlebih/kurang
h.      Kebersihan makanan yang dikonsumsi
3.      Eliminasi
a.       Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah pengontrolan
b.      Adanya mencret bercampur darah
c.       Adanya Diare dan konstipasi
d.      Warna feses, bentuk feses, dan bau
e.       Adanya nyeri waktu BAB
4.      Aktivitas dan latihan
a.       Kebiasaan aktivitas sehari hari
b.      Kebiasaan olah raga
c.       Rasa sakit saat melakukan aktivitas
5.      Tidur dan istirahat
a.       Adanya gejala susah tidur/ insomnia
b.      Kebiasaan tidur per 24 jam
6.      Persepsi kognitif
a.       Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang
b.      Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
c.       Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
d.      Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu
7.      Persepsi dan konsep diri
 Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
8.      Peran dan hubungan dengan sesame
a.       Klien hidup sendiri/keluarga
b.      Klien merasa terisolasi
c.       Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
9.      Reproduksi dan seksualitas
a.       Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
b.      Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
10.  Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
a.       Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
b.      Mekanisme koping yang biasa digunakan
c.       Respon emosional klien terhadap status saat ini
d.      Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
11.  Sistem kepercayaan
 Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nausea b.d refluk
2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan gerak peristaltik usus
3.      Nyeri b.d peningkatan massa lambung
4.      Kelelahan b.d penyerapan makanan tidak adekuat

  1. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
Dx
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan nausea dapat teratasi dengan KH sebagai berikut :
1.      Asupan nutrisi terpenuhi
2.      Pasien dapat mengidentifikasi tindakan yang dapat mengurangi mual dan muntah
3.      Asupan nutrisi dapat masuk secara adekuat
1.      Pantau gejala yang menyebabkan mual dan muntah
2.      Pantau frekuensi muntah pasien
3.      Ajarkan kepada pasien untuk makan secara teratur
4.      Pasang NGT bila keadaan sudah parah
5.      Ajarkan kepada pasien untuk minum satu jam sebelum dan satu jam setelah makan
6.      Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat anti emetik sesuai dosis
1.      Mengetahui penyebab dari mual dan muntah
2.      Mengetahui berapa CC cairan yang keluar
3.      Pemasukan nutrisi yang adekuat akan mengurangi kelelahan
4.      Pemasukan nutrisi enteral lebih adekuat dan cepat diserap oleh tubuh
5.      Pembatasan minum satu jam sebelum dan sesudah makan akan mengurangi tingkat kepenuhan dari isi perut
6.      Pemberian kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti emetik diharapkan bisa mengurangi hasrat untuk muntah
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan KH sebagai berikut :
1.      Menunjukkan keadekuatan zat gizi yang masuk dalam tubuh dan yang diabsorbsi oleh tubuh
2.      Keadekuatan jumlah makan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh selama 24 jam
3.      Mempertahankan berat badan dalam keadaan normal









1.      Pantau intake dan output makanan
2.      Lakukan penimbangan berat badan
3.      Pantau nilai laboratorium khususnya albumin
4.      Berikan asupan diit makanan yang mudah diserap
5.      Beri tahu kepada pasien atau keluarga tentang makanan yang bergizi
6.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang seimbang
1.      Mengetahui jumlah makan baik yang dimasukkan atau dikeluarkan
2.      Perkembangan berat badan pasien selama perawatan
3.      Asupan makanan akan mempengaruhi nilai albumin
4.      Pemberian makanan yang mudah diserap oleh tubuh dengan tujuan agar nutrisi dapat terpenuhi
5.      Pendidikan kepada pasien dengan harapan lebih dapat mengetahui tentang makanan yang bergizi
6.      Penentuan diit yang seimbang dan tetap
3.
Setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan nyeri dapat teratasi dengan KH sebagai berikut :
1.      Skala nyeri turun, misal 4 – 5
2.      Memperlihatkan wajah yang tidak meringis kesakitan
3.      Kegelisahan dapat berkurang
1.      Pantau TTV
2.      Pantau keparahan nyeri dan skala nyeri
3.      Tatalaksanan nyeri : ringankan atau kurangi nyeri sampai pada tingkat kenyaman yang dapat diterima oleh pasien
4.      Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
5.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik sesuai dosis
1.      Mengetahui keadaan umum pasien
2.      Mengetahui tingkat perkembangan nyeri
3.      Memberikan kenyamanan sesuai yang diharapkan oleh pasien
4.      teknik untuk mengurangi nyeri
5.      pemberian obat analgetik diharapkan mampu mengurangi nyeri


  1. EVALUASI
1.      Nausea b.d refluk
a.       Pasien menunjukkan pengurangan mual dan muntah
b.      Asupan nutrisi terpenuhi
c.       Pasien dapat mengidentifikasi tindakan yang dapat mengurangi mual dan muntah
d.      Asupan nutrisi dapat masuk secara adekuat
2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan gerak peristaltik usus
a.       Menunjukkan keadekuatan zat gizi yang masuk dalam tubuh dan yang diabsorbsi oleh tubuh
b.      Keadekuatan jumlah makan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh selama 24 jam
c.       Mempertahankan berat badan dalam keadaan normal
3.      Nyeri b.d peningkatan massa lambung
a.       Skala nyeri turun, misal 4 – 5
b.      Memperlihatkan wajah yang tidak meringis kesakitan
c.       Kegelisahan dapat berkurang

BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan merupakan faktor penting dalam kejadian karsinoma Gaster. Makanan tersebut seperti ;
1.    Gastritis kronis.
2.    Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
3.    Herediter.
4.    Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau diasapkan.
5.    Sering makan makanan yang terlalu pedas.
6.    Kurang makanan yang mengandung serat.
7.    Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-karsinogenik.

0 comments :

Post a Comment