BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya
ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah
jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang
diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah
sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka”.
(HR. Muslim).
“Barangsiapa
menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari
ajarannya maka tertolak”. (HR. Bukhari)
Suatu ibadah tidak akan diterima
kecuali dengan dua syarat:
1. Pertama, menjadikannya ikhlash semata-mata
karena Allah Ta'ala.
2. Kedua, hendaknya ia sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah.SAW sebagaimana yang disebutkan di
dalam hadits dalam kajian ini.
Dari hadist diatas nabi berpesan
agar kita tidak mengada-ada dalam urusan agama, baik dalam bentuk ibadah maupun
amalan-amalan lainnya yang dianggap sebagai ibadah tapi nabi sendiri tidak
pernah melakukan dan menganjurkan kepada umatnya. Karena setiap amalan yang
dilakukan itu jika tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW maka
amalan itu akan tertolak (sia-sia).
Sesuatu yang baru dalam urusan agama
disebut sebagai bid’ah. Dan bid’ah itu sendiri dapat mengantarkan seseorang
kedalam kesesatan yang akan berakhir kedalam neraka. (mudah-mudahan kita
terhindar dari segala perbuatan bid’ah).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
sejarah yasinan dan ruwahan?
2.
Kapan
biasanya masyarakat mengadakan yasinan dan ruwahan?
3.
Apa
alasan masyarakat mengadakan yasinan dan ruwahan?
4.
Bagaimana
pendapat muhammadiyah tentang yasinan dan ruwahan?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat
mengambil tujuan sebagai berikut :
1.
Menjelaskan
sejarah yasinan dan ruwahan.
2.
Menjelaskan
waktu biasanya masyarakat mengadakan yasinan dan ruwahan.
3.
Menjelaskan
alasan masyarakat mengadakan yasinan dan ruwahan.
4.
Menjelaskan
pendapat muhammadiyah tentang yasinan dan ruwahan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Yasinan dan Ruwahan
1.
Yasinan
Kata yasinan seakan telah mendarah
daging di hati masyarakat luas terutama ditanah air kita Indonesia, biasanya
berkaitan dengan peristiwa kematian, diungkapkan dalam bentuk seperti suatu
acara peringatan terhadap kematian tersebut.Acara yang diadakan oleh ahli mayit
ini dihadiri oleh para kerabat para tetangga masyarakat sekitar dan terkadang
mengundang orang jauh yang dianggap penting bagi ahli mayit bahkan para kiyai.
Sebelum Islam masuk ke
Indonesia,telah ada berbagai kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar
penduduk tanah air ini diantara keyakinan-keyakinan yang mendominasi saat itu
adalah animisme dan dinamisme. Diantara mereka meyakini bahwa arwah
yang telah dicabut dari
jasadnya akan gentayangan disekitar rumah selama tujuh hari kemudian setelahnya akan
meninggalkan
tempat tersebut dan akan kembali pada hari keempat puluh, hari keseratus dan hari keseribunya sehingga masyarakat pada
saat itu ketakutan akan gangguan arwah tersebut dan membacakan mantra-mantra
sesuai keyakinan mereka.
Setelah Islam mulai masuk dibawa
oleh para ulama’ yang berdagang ke tanah air. Mereka memandang bahwa ini merupakan
kebiasaan yang menyelisihi syariat Islam, lalu mereka berusaha menghapusnya dengan perlahan dengan
cara memasukkan
bacaan-bacaaan kalimat-kalimat thoyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang
tidak dibenarkan oleh syariat Islam dengan harapan supaya mereka berubah
sedikit demi sedikit dan meninggalkan ajaran tersebut menuju ajaran islam
yang murni .Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud, dan acara pembacaan kalimat-kalimat
Thoyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam.
Acara yasinan diduga kuat berasal dari
para wali ketika berusaha menyebarkan Islam didaerah-daerah yang masih menganut
paham Hindu maupun animisme. Mereka menyusupkan ajaran-ajaran Islam ditengah
tradisi dan kebiasaan masyarakat yang waktu itu masih sangat kuat mengakar.
Hal yang sama misalnya dilakukan oleh Sunan Kali Jaga melalui wayangnya, Sunan Gunung Jati melalui lagu-lagunya dan seterusnya. Dalam kondisi tertentu, memang diperlukan teknik-teknik khusus untuk bisa menarik orang kedalam ajaran Islam, kita harus ingat bahwa tidaklah mungkin kita bisa merubah kebiasaan suatu kaum secara drastis, pertentangan akan selalu muncul disana-sini, dan jika tidak bijak menghadapinya malah bisa terjadi bentrokan fisik yang malah akan merugikan semua pihak.
Hal yang sama misalnya dilakukan oleh Sunan Kali Jaga melalui wayangnya, Sunan Gunung Jati melalui lagu-lagunya dan seterusnya. Dalam kondisi tertentu, memang diperlukan teknik-teknik khusus untuk bisa menarik orang kedalam ajaran Islam, kita harus ingat bahwa tidaklah mungkin kita bisa merubah kebiasaan suatu kaum secara drastis, pertentangan akan selalu muncul disana-sini, dan jika tidak bijak menghadapinya malah bisa terjadi bentrokan fisik yang malah akan merugikan semua pihak.
Disini Ijtihad para wali itu mungkin
bisa dimaafkan dan diterima.
Dari sisi lain, sekali lagi
perbuatan-perbuatan semacam itu tidak ada tuntunannya secara agama. Kalau mau
mengaji ya mengaji saja, kenapa harus ditetapkan surah Yasin saja ? kenapa
tidak an-Nisaa’ atau kenapa tidak al-a’la kenapa tidak surah al-Baqarah ?
Firman Allah :
“Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an”. (Qs. al-Muzammil : 20).
“Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an”. (Qs. al-Muzammil : 20).
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah” (Qs. at-Taghaabun : 16).
2.
Ruwahan
Ruwahan berasal
dari ajaran agama hindu yang percaya dengan roh-roh. Setelah Islam masuk maka
nenek moyang melakukan upacara untuk menyambut roh pendahulunya karena memasuki
bulan ramadhan roh tersebut akan mengunjungi anak cucunya.
Upacara ruwahan ini dilakukan dengan
mengundang orang banyak untuk mengikuti yasinan bersama, dan mendokan bersama
kepada arwah yang telah meninggal tersebut.
B.
Waktu dan Alasan Diadakannya Yasinan dan Ruwahan
1.
Waktu
Waktu biasanya masyarakat mengadakan yasinan dan
ruwahan, antara lain :
-
Malam
jumat
-
Bulan
Sya’ban
-
Selamatan
-
Ziarah
kubur
-
Kelahiran
anak
-
Sunatan
-
Hari
setelah kematian seperti 7 harian, 40 harian, 100 harian, 1000 harian. dll
2.
Alasan
Mayoritas umat islam yang
melakukan budaya Yasinan adalah orang-orang yang kurang mengetahui ajaran
islam, kebanyakan dari mereka hanya mengikuti ajaran nenek moyang mereka dalam
melakukannya atau sebagian dari mereka hanya Taklid Buta terhadap ajaran dari
guru/kyai mereka tanpa mau mengkajinya terlebih dahulu,mereka menganggap hal
tersebut sebagai bagian dari ajaran islam,kondisi ini seperti yg dinyatakan
Allah dalam al-Qur’an:
Dan apabila dikatakan kepada mereka
:ikutilah apa yang telah di turunkan oleh Allah Taala. Mereka menjawab (Tidak)
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari perbuatan nenek
moyang kami”.(apakah mereka akan mengikuti),walaupun nenek moyang mereka tisak
mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk (QS. Al-Baqarah : 170).
Dan apabila di katakan kepada mereka
“ikutilah apa yang di turunkan Allah” Mereka menjawab: “(tidak),tapi kami hanya
mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami (nenek moyang kami)
mengerjakannya”. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak bapak mereka) walaupun
syaithan itu menyeru mereka ke dalam api yang menyala nyala (Qs.Lukman : 21)
Alasan biasanya masyarakat tersebut mengadakan yasinan
dan ruwahan, antara lain :
-
Mendoakan
orang yang sudah meninggal.
-
Sedekah
untuk mensucikan diri dalam menyambut Bulan Ramadhan
-
Sebagai
wujud rasa syukur kepada Allah SWT.
-
Mengikuti
tradisi nenek moyang mereka, dll.
Alasan-alasan tersebut hanya digunakan oleh masyarakat
yang awam terhadap ajaran agama Islam. Tanpa mereka pernah mendalaminya
terlebih dahulu.
C.
Pendapat Muhammadiyah tentang Yasinan dan Ruwahan
Masyarakat yang melakukan
yasinan pada malam-malam tertentu seperti malam jumat mungkin juga berlandaskan
pada hadits berikut :
من قرأ سورة ( يس في ليلة الجمعة غفر
له
Artinya : Barangsiapa
membaca surat Yasin pada malam Jumat maka dia akan diampuni
Diriwayatkan oleh Imam al-Ashfahani dalam
at-Targhib wa at-Tarhib hal. 244, dari Zaid bin Hiraisy dari Aghlab bin
Tamim dari Ayyub dan Yunus dari hasan, dari Abu Hurairah.ra.
Hadist ini Dlaif Jiddan atau lemah
sekali. Kecacatannya terletak pada Aghlab bin Tamim. Ini dikarenakan
terdapat pendapat ulama mengenai Aghlab
bin Tamim, yaitu Imam
Ibn Hibban berkata, “Hadistnya munkar, dia meriwayatkan dari orang-orang
terpercaya hadits-hadits yang bukan dari mereka, sehingga
tidak bisa dijadikan hujjah (dalil) karena banyaknya kesalahannya.
Mungkin hadist ini dipedomani
sebagian kaum Muslimin yang mengadakan acara Yasinan setiap malam Jumat,
padahal cara seperti ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW dari para Sahabatnya. Namun jangan ada
anggapan bahwa surat Yasin tidak penting. Juga jangan ada anggapan bahwa ini
pelecehan kepada surat Yasin. Hanya saja segala sesuatu amalan harus dilandasi
oleh hadist-hadist maqbulah (yaitu hadist-hadist shahih setidaknya hasan).
Diriwatkan
Ibnu Qudamah dari Ma’qal bin Yasar, beliau berkata bahwa Nabi SAW pernah
bersabda :
Artinya : bacalah yasin
atas mautaakum.
Hadist tersebut
dipandang shahih oleh Ibnu Hibban, tetapi menurut Al-Qathan hadits itu ada cacat
nya, dan menurut Imam ad-Daruquthni sanad hadits itu lemah. Menurut ibnu Hibban
yang menshahihkan hadits tersebut, lafadz bermakna
majaz, artinya yasin itu dibaca dihadapan orang yang sedang sekarat akan
meninggal dunia, bukan kepada orang yang sudah mati. Namun ada pula ulama
memahami surat yasin dibaca terhadap orang yang sudah meninggal dunia, jadi
menurut ulama ini perkataanm diartikan secara
hakiki. Imam ath-Thabrani, seorang yang beraliran ma’tsur menguatkan makna majaz
seperti Ibnu Hibban itu.
Kalau
kita konsekuen dengan aturan yang dipergunakan dalam ilmu ulumul hadits, maka
hadist itu lemah dan dengan sendirinya tidak bisa menjadi hujjah (alasan) dalam menetapkan hukum. Namun demikian harus kita
ketahui bahwa menurut Ibnu Katsir, salah satu keistimewaan surat yasin adalah kemudahan
terlimpah bagi pembacanya saat menghadapi kesulitan atau kesukaran.
Surat
yasin digelari juga sebagai jantung alquran .
Penamaan seperti itu menurut al-Ghazali
disebabkan surat yasin menekankan uraiannya tentang hari kebangkitan, sedang
keimanan baru dinilai benar kalau seseorang mempercayai hari kebangkitan.
Memang kepercayaan tentang hari kebangkitan mendorong manusia untuk beramal shalih
dengan tulus. Hal ini dapat dihayati oleh orang yang memahami arti ayat-ayat
dalam surat yasin itu.
Salah
seorang ahli hadist, almarhum Prof. Dr. TM Hasbi Ash-Shiddieqy dalam bukunya Pedoman
Zikir dan Doa, mengajurkan supaya surat Yasin, al-Waqi’ah dan al-Mulk (tabaraaka) dibiasakan dibaca setiap
malam oleh kita yang hidup untuk diri kita sendiri
Namun demikian Muhammadiyah didalam Himpunan
Putusan Tarjih (HPT) halaman 239 menegaskan :
Artinya : Bacaan yasin pada orang yang
hampir mati itu tiada ada alasannya yang sahih.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemahaman
masyarakat pada saat sekarang ini mengenai waktu diadakannya yasinan dan alasan
diadakannya yasinan itu sendiri salah. Karena seperti yang tercantum di dalam
Al-Quran ataupun hadits tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa yasinan harus
dibaca pada saat malam jumat ataupun pada hari-hari tertentu lainnya. Baik itu
untuk ziarah kubur, selamatan, ataupun 7 harian, 10 harian dll. Meskipun
terdapat hadits-hadits yang juga mengatakan bahwa yasinan dibaca pada malam
jumat, akan tetapi hadits tersebut sifatnya lemah. Al-Quran juga memerintahkan
umatnya untuk membaca semua surah-surah di dalam Al-Quran, termasuk yasin.
Membaca Al-Quran juga akan membuat hati menjadi lebih tentram, seperti dalam
firman Allah SWT yang berbunyi :
Artinya : “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Al-Ankabut : 45)