BAB I
PENDAHULUANA
A. Latar Belakang
Belajar merupakan
suatu kegiatan yang berproses karena dalam belajar terjadi proses perubahan
mental terhadap pengetahuan sebelumnya yang dialami mahasiswa. Perubahan mental
dalam bentuk kognitif, afektif dan psikomotor ditunjukkan dengan adanya
kematangan dalam pengetahuan, yang mempengaruhi prilaku dan penguasaan suatu
ketrampilan yang sejalan dengan program pendidikan yang dialami mahasiswa
tersebut. Dengan kemampuan belajar diharapkan mahasiswa menjadi tenaga profesional
yang mampu menyesuaikan diri dan mengikuti perubahan dan perkembangan
masyarakat yang semakin cepat. Bermodalkan kemampuan tersebut mahasiswa belajar
menerima pengalaman-pengetahuan (reseptive learning), memodifikasi
tingkah lakunya (behavioristic learning), dan melaksanakan proses
belajar secara tuntas (mastery learning) untuk mencapai tujuan belajar
yang telah ditargetkan.
Proses pembelajaran
merupakan salah satu bentuk kegiatan yang mengarahkan mahasiswa untuk dapat
mencapai belajar penuh makna. Untuk memperoleh belajar penuh makna tersebut
sebagaimana yang dinyatakan dalam teori Ausubel dalam Novak (1984: 7) to
learn meaningfully, individuals must choose to relate new knowledge to relevant
concepts and propositions they already know. Hal ini berarti untuk
memperoleh belajar penuh makna seseorang harus menghubungkan pengetahuan yang
baru tersebut dengan konsep yang relevan dari pengetahuan sebelumnya.
Selama proses
pembelajaran pada mata kuliah ini yang telah dilakukan dosen sangat jarang
melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki mahasiswa. Dosen lebih
banyak mengejarkan target pencapaian materi dengan melakukan diskusi dan
presentasi yang sangat minimal sekali pemaknaan yang didapat oleh mahasiswa.
Hal ini disebabkan banyaknya konsep-konsep yang perlu ditanamkan kepada
mahasiswa dan untuk pencapaian target dari materi perkuliahan sehingga belajar
penuh makna sangat sulit sekali dialami oleh mahasiswa.
Sehingga strategi yang digunakan dosen selama
ini berupa diskusi dan presentasi kurang menujukkan hasil, materi-materi
perkuliahan sering hanya berpatokan pada materi saat itu saja dan berakibat
diskusi atau presentasi yang dilakukan mahasiswa sering menyimpang dan keluar
dari konteks mata kuliah. Kegiatan ini berdampak pada konsep-konsep yang sering
menyimpang dari tujuan pokok materi, dan pengetahuan mahasiwa terhadap materi
tidak lagi terfokus pada initi dari materi. Namun hal ini tidak dapat dihindari
karena banyaknya materi yang harus diberikan sebagai bekal mahasiwa, menuntut
satu strategi yang dapat memenuhi target dalam sejumlah materi tersebut.
Pemenuhan target materi tersebut berdampak pada kurang berhasilnya program
pembelajaran yang mengarah pada kompetensi dasar mahasiswa sebagai calon
seorang guru.
Untuk itu peneliti
merasa perlu satu pemecahan agar mahasiswa dapat meraih belajar penuh makna.
Dibutuhkan suatu strategi yang tepat sehingga terjadi transfer of learning
dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu pola interaksi
dosen dan mahasiswa yang dimaksudkan untuk menciptakan proses pembelajaran dan
mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Strategi pembelajaran yang
dilaksanakan dalam perkuliahan tatap muka sering digunakan metode diskusi dan
presentasi.
Pemilihan penggunaan metode tersebut dilakukan
pada hampir kesemua mata kuliah yang bersifat teori dan penanaman konsep.
Beberapa hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran selama ini dengan
menggunakan metode diskusi dan presentasi konsentrasi mahasiswa menurun,
diskusi berkembang kearah yang sangat jauh dari pokok materi, pertanyaan dan
pemecahan solusi yang ditawarkan sering tidak memenuhi ketentuan dari pokok
materi dan konsep-konsep materi yang diharapkan dipahami mahasiswa belum
tercapai. Selain permasalahan tersebut juga ditemui rendahnya motivasi mahasiswa
membuat tugas individu. Dalam presentasi mahasiswa belum menguasai konsep yang
jelas terhadap materi yang disampaikannya.
Selain
permasalahan-permasalahan berkaitan dengan metode yang digunakan juga ditemui
kreativitas berfikir mahasiswa dalam proses pembelajaran yang sangat kecil. Hal
ini ditunjukkan dengan minimumnya keterlibatan mahasiswa dalam proses pemecahan
masalah dari persoalan-persoalan yang ditawarkan dalam diskusi, dan kurangnya
kemampuan mahasiswa untuk berusaha mengkaitkan pengalaman yang telah mereka
miliki sebelumnya sebagai akibat belum tercapainya pemahaman konsep dari
materi.
Kurangnya kreativitas
berfikir mahasiwa juga dilihat dari kecilnya usaha mahasiwa untuk mencari
sumber-sumber yang berkaitan dengan materi perkuliahan, sehingga dalam
perkuliahan sangat jarang keluar ide-ide yang imajinatif dari mahasiswa dalam
proses diskusi. Sebagai akibat dari pertahanan ego dari tiap mahasiswa dalam
mempertahankan pendapat sering menimbulkan percekcokan pendapat dan berakibat
diskusi menjadi rusak.
Penggunaan strategi
perkuliahan yang digunakan selama ini selain menimbulkan permasalahan rendahnya
pemahaman konsep materi, juga mengakibatkan kreativitas berfikir mahasiswa
menurun yang berakibat kepada hasil belajar mahasiswa yang rendah. Beberapa
kemungkinan yang dapat dilakukan adalah menerapkan satu metode yang tepat untuk
dapat meningkatkan kreativitas berfikir mahasiswa. Salah satu pemecahan yang
akan digunakan peneliti dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah
dengan menerapkan peta konsep (concept mapping) yaitu suatu alat
pengajaran yang dimaksudkan untuk mengarahkan proses pemikiran mahasiswa agar
menjadi lebih bermakna.
BAB II
pembahasan
2. Peta Konsep dalam
Pembelajaran
Pengertian konsep maping
1. Pengertian Peta
Konsep Menurut Hudojo, et al (2002) petakonsep adalah saling keterkaitan antara
konsep dan prinsip yangdirepresentasikan sebagai jaringan konsep yang perlu
dikonstandaruk dan jaringan konsep hasil konstandaruksi inilah yang
disebut peta konsep.
2.
Sedangkan menurut Suparno (dalam
Basuki, 2000, h.9) peta konsepmerupakan suatu bagan skematik untuk
menggambarkan suatupengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian
pernyataan. Petakonsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang
penting,melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep.
3.
Sedangkanmenurut Arends (dalam Basuki, 2000)
menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan
suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah
informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yangbaik maka siswa dapat
mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.
4. menurut Williams
(dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa peta konsepdapat dijadikan sebagai alat
untuk mengetahui pemahaman konseptual seseorang. Dengan mengacu pada peta
konsep maka guru dapat membuat suatu program pengajaran
yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan.
Peta konsep (pemetaankonsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang
studi fisika,kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Selain itu, suatu peta
konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian
dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan
proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yangmembedakan belajar bermakna
dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan
antara konsep-konsep.
5. Konsep adalah
abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas
dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Suatu konsep adalah elemen dari
proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di
mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi,
memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana
mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. Cara pemetaan dan
membuat main mapping secara umum tidak begitu.menyulitkan hanya saja perlu
ketelitian dan harus mendalami materi serta ketelatenan. selain itu juga
diperlukan penguasaan komputer.
Peta konsep memiliki kontribusi yang tidak sedikit terutama dalam
pembuatan proposal karena dengan peta konsep atau main mapping ini kita
dituntut untuk lebih berpikir secara lebih menyeluruh mulai dari
pendahuluan mencakup apa saja, kajian teorinya apa saja, & metode yang
digunakan apa, dengan demikian akan memudahkan kita dalam menyususn
proposal karena sudah memiliki gambaran sebelumnya tentang proposal
secara global. Selain itu, pembuatan peta konsep ini dapat melatih
kreativitas mahasiswa.
Peta konsep memiliki kontribusi yang tidak sedikit terutama dalam
pembuatan proposal karena dengan peta konsep atau main mapping ini kita
dituntut untuk lebih berpikir secara lebih menyeluruh mulai dari
pendahuluan mencakup apa saja, kajian teorinya apa saja, & metode yang
digunakan apa, dengan demikian akan memudahkan kita dalam menyususn
proposal karena sudah memiliki gambaran sebelumnya tentang proposal
secara global. Selain itu, pembuatan peta konsep ini dapat melatih
kreativitas mahasiswa.
6.
Concept mapping adalah istilah yang
digunakan oleh Novak dan Gowin (1984) tentang cara yang dapat digunakan dosen
untuk membantu mahasiswa mengorganisasikan materi perkuliahan yang telah
dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antar komponennnya. Rose
dan Nicholl (2002: 136) menyatakan:
7. Peta konsep atau peta
pembelajaran adalah cara dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi
yang signifikan. Mereka menggunakan format global atau umum, yang memungkinkan
informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita berfungsi-dalam
pelbagai arah secara serempak.
Teknik penggunaan peta konsep ini di
populerkan kembali oleh Tony Buzan dalam bentuk peta pikiran hasil risetnya
tentang cara kerja otak yang sebenarnya, hingga pada teori-teori quantum.
Pada dasarnya teknik peta konsep yang dimaksud dalam pemikiran mereka bahwa
teknik ini dapat diberlakukan oleh dosen dan mahasiswa dalam proses
pembelajaran.
Dari segi mahasiswa beberapa keunggulan
yang dapat diperoleh antara lain menangkap seluruh konsep, menyusun bahan dan
informasi secara praktis, memperlihatkan hubungan berbagai konsep dan gagasan,
mengingat kembali dengan mudah, melakukannya secara menyenangkan, dan
merangsang kreativitas.
Selain hal tersebut beberapa keuntungan
yang dapat diperoleh dari segi content, peta konsep memberikan sejumlah
keuntungan menurut Hisyam Zaini, dkk. (2002: 21) antara lain:
a. Concept map,
sesuai dengan tabiatnya, memberikan visualisasi konsep-konsep utama dan
pendukung yang telah terstruktur di dalam otak dosen ke dalam kertas yang dapat
dilihat secara empiris.
b. Gambar
konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara satu dengan yang lain.
c. Concept map
memberikan bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata untuk m
bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan konsep lain, baik utama maupun
pendukung.
Dalam pendidikan peta konsep dapat
diterapkan untuk beberapa tujuan (Dahar, 1988: 156) antara lain:
- a. Menyelidiki apa yang telah diketahui mahasiswa
Belajar bermakna membutuhkan usaha yang
sungguh-sungguh dari pihak mahasiswa untuk menghubungkan pengetahuan baru
dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses
ini, baik dosen maupun mahasiswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”.
- b. Belajar bagaimana belajar
Belajar bermakna baru terjadi bila
pembuatan peta konsep bukan untuk memenuhi keinginan dosen, melainkan harus
timbul dari keinginan mahasiswa untuk memahami isi pelajaran bagi diri
mahasiswa sendiri.
- c. Mengungkapkan konsepsi salah
Peta konsep dapat mengungkapkan
konsepsi salah yang terjadi pada mahasiswa. Konsepsi salah biasanya
timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi
yang salah.
·
d. Alat evaluasi
Penggunaan peta konsep sebagai alat
evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori Ausubel yaitu :
- 1) Struktur konitif diatur secara hirarki, dengan konsep dan proposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsep-konsep dan propisisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.
- 2) Konsep dalam struktur kognitif mengalami differensiasi progresif..
- 3) Penyesuaian integratif.
3. Menciptakan Strategi
Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajaran merupakan
suatu proses yang diciptakan untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik
mendapatkan pengalaman belajarnya. Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
di ruang-ruang kelas sangat tergantung sekali pada bagaimana pendidik
menciptakan suasana pembelajaran yang mendukung proses tersebut. salah satu
bentuk penciptaan suasana pembelajaran adalah dengan menetapkan satu strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan diopersionalkan
melalui pemilihan satu metode pembelajaran yang sejalan.
Metode pembelajaran
yang sejalan dan sesuai akan dapat menciptakan perasaan senang bagi peserta
didik dan menimbulkan perasaan untuk menikmati setiap detik proses pembelajaran
yang disajikan. Penciptaan suasana belajar yang menyenangkan tentu saja sangat
berpengaruh sekali dari penetapan metode yang akan dipilih. Hal ini
dikarenakan berhasil tidaknya proses pembelajaran sangat ditentukan sekali oleh
metode pembelajaran dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Reigeluth (Aleks Maryunis, 2003: 81) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda dalam
kondisi yang berbeda-beda. Dalam suatu rancangan pembelajaran, metode
pembelajaran terbagi atas tiga jenis strategi pembelajaran (Reigeluth, 1983):
Merencanakan setiap
langkah pembelajaran secara kreatif memberikan sumbangan yang sangat berarti
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Peta konsep sebagai
alat pembelajaran memberikan sumbangan yang berarti bagi mahasiswa dalam
memaksimalkan kreativitas berfikirnya, karena dalam penerapan peta konsep dapat
meningkatkan ketrampilan dasar yang dapat merangsang mahasiswa belajar dan
menata informasi. Adapun ketrampilan dasar yang merangsang seseorang belajar
seperti yang dikutip dari DePorter ( 2002: 164) antara lain konsentrasi
terfokus, cara mencatat, organisasi dan persiapan tes, membaca cepat dan teknik
mengingat.
C. Pembahasan
Kurangnya keberanian
dan pandangan yang kurang luas terhadap satu pokok materi yang disampaikan
sering menyebabkan proses kreativitas ini kurang berjalan engan baik. Seperti
yang dinyatakan Wycoff (2005: 59) bahwa kendala dari kreativitas berfikir
adalah rasa takut salah, adanya penilaian, menuntut jawaban yang benar, penangguhan/penundaan,
memiliki pandangan sempit dan bersikap sok ahli.
Aktivitas positif
mahasiswa selama proses pembelajaran mulai meningkat apabila telah diajarkan
dengan peta konsep . Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah mahasiswa
yang bertanya, menjawab pertanyaan dan ketepatan mengumpulkan tugas. Mahasiswa
menyatakan dengan menggunakan peta konsep dalam presentase dan pembuatan tugas
sangat menarik dan lebih mudah memahami konsep. Hal ini sejalan dengan pendapat
Wycoff (2005: 147) bahwa dengan peta konsep dapat meningkatkan daya ingat
terhadap sesuatu karena didalam pembuatan peta konsep terjadi pengulangan,
adanya hubungan atau asosiasi, intensitas dan keterlibatan langsung setiap
individu.
Disamping adanya
kelebihan yang dimiliki selama penerapan peta konsep dalam pembelajaran, juga
ditemui beberapa kelemahan dari penerapan peta konsep tersebut. Kelemahan
tersebut antara lain suasana kelas yang kurang tenang karena setiap mahasiswa
berkeinginan untuk melengkapi peta konsep yang ada dipapan tulis, dan
menyempurnakan jawaban teman. Selain hal tersebut juga ditemui beberapa kali
kebiasaan mahasiswa yang menjiplak peta konsep karya mahasiswa lain, sehingga
mengurangi orisinalitas dari ide yang disalurkan. Namun demikian masih terlihat
beberapa perbedaan yang menunjukkan kreativitas berfikir mahasiswa. Hal ini
sejalan dengan sifat dari peta konsep itu sendiri yaitu idiosinkratik yaitu
sifat yang menunjukan tidak ada dua peta konsep yang sama persis karena setiap
peta konsep yang dibuat oleh seseorang menunjukkan pengertiannya yang unik
dalam bidang pengetahuan tertentu.
Dengan meningkatnya
penguasaan konsep mahasiswa terhadap suatu materi berdampak kepada meningkatnya
hasil belajar mahasiswa dimana hasil belajar ini merupakan permasalahan yang
sangat menggangu. Berdasarkan analisis dari hasil belajar mahasiswa pada
akhir tindakan masih terdapat mahasiswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi belum tercapainya ketuntasan belajar
mahasiswa tersebut diantaranya gaya belajar mahasiswa yang belum terbiasa
dengan penggunaan peta konsep, dan tingkat kreatifitas yang masih rendah. Hal
ini disebabkan untuk membelajarkan mahasiswa menyusun peta konsep harus
dilakukan secara bertahap.
Hal lain yang perlu
diingat bahwa tidak seorangpun dapat menjadi ahli penyusun peta konsep dalam
sekejap mata atau semalam saja. Umumnya mahasiswa cepat mempelajari dasar-dasar
penyusunan setelah ditunjukkan caranya. Mula-mula dosen dapat mengajar
mahasiswa memahami peta konsep sebagai modifikasi dari suatu kerangka isi bahan
pembelajaran dengan istilah-istilah yang saling dihubungkan dalam hirarki
secara vertikal. Menyusun peta konsep pertama ini merupakan langkah kritis,
tetapi ini memiliki keterbatasan untuk mendemostrasikan pemahaman konseptual.
Agar mahasiswa lebih memahami mengenai peta konsep ini, mahasiswa perlu diajak
untuk menyusun peta konsep yang lebih luas. Dosen juga perlu memberi contoh
bagaimana menyusun peta konsep yang lebih luas. Peta konsep semacam ini
mengandung lebih banyak konsep yang memiliki keterkaitan antar bagian peta yang
satu dengan yang lainnya.
D. Cara menyusun peta konsep
Menurut Dahar (1988:154) peta konsep
memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa
hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah
belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan
suatu peta konsep.
Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama
Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama
Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai
berikut:
1)Memilih suatu bahan bacaan
2)Menentukan konsep-konsep yang relevan
3)Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
4)Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
1)Memilih suatu bahan bacaan
2)Menentukan konsep-konsep yang relevan
3)Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
4)Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
E. Jenis-jenis Peta Konsep
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003:
24) peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai
kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta
konsep laba-laba (spider concept map).
1) Pohon Jaringan.
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan
hubungannya pada garis-garis itu (Nur dalam Erman 2003: 25)
1) Pohon Jaringan.
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan
hubungannya pada garis-garis itu (Nur dalam Erman 2003: 25)
Pohon
jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
- Menunjukan informasi sebab-akibat
- Suatu hirarki
- Prosedur yang bercabang
- Menunjukan informasi sebab-akibat
- Suatu hirarki
- Prosedur yang bercabang
Istilah-istilah
yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
1) Rantai Kejadian.
Nur dalam Erman (2003:26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian
dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.
1) Rantai Kejadian.
Nur dalam Erman (2003:26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian
dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.
Rantai
kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
- Memerikan tahap-tahap suatu proses
- Langkah-langkah dalam suatu prosedur
- Suatu urutan kejadian
- Memerikan tahap-tahap suatu proses
- Langkah-langkah dalam suatu prosedur
- Suatu urutan kejadian
2) Peta Konsep Siklus
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang. Gambar 2.5 memperlihatkan siklus tentang hubungan antara siang dan malam.
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang. Gambar 2.5 memperlihatkan siklus tentang hubungan antara siang dan malam.
3) Peta Konsep Laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama.
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama.
Peta
konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak paralel
c) Hasil curah pendapat
a) Tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak paralel
c) Hasil curah pendapat
F. Peta konsep sebagai alat ukur alternatif
Tes
seperti pilihan ganda yang selama ini dipandang sebagai alat ukur (uji)
keberhasilan siswa dalam menempuh jenjang pendidikan tertentu, bukanlah
satu-satunya alat ukur untuk menentukan keberhasilan siswa. Tingkat
keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan sangat beragam, maka diperlukan
alat ukur yang beragam.
Peta
konsep adalah salah satu bentuk penilaian kinerja yang dapat mengukur siswa
dari sisi yang berbeda. Penilaian kinerja adalah bentuk penilaian yang
digunakan untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa berdasarkan pada
pengamatan tingkah lakunya selama melakukan penilaian terhadap hasil kerja
siswa selama kegiatan.
Menurut
Tukman dalam Sutowijoyo (2002: 31) penilaian kinerja adalah penilaian yang
meliputi hasil dan proses, yang biasanya menggunakan material atau suatu
peralatan (equipment). Penilaian kinerja dapat digunakan terutama untuk
mengukur tujuan pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan baik bila
menggunakan tes obyektif.
Penilaian
kinerja mengharuskan siswa secara aktif mendemonstrasikan apa yang mereka
ketahui. Yang paling penting, penilaian kinerja dapat memberi motivasi untuk
meningkatkan pengajaran, pemahaman terhadap apa yang mereka perlu ketahui dan
yang dapat mereka kerjakan. Berdasarkan teori belajar kognitif Ausubel, Novak
dan Gowin (1984) dalam Dahar (1988: 143) menawarkan skema penilaian yang
terdiri atas: Struktur hirarki, perbedaan progresif, dan rekonsiliasi
integratif.
Struktur
hirarkis, yaitu struktur kognitif yang diatur secara hirarki dengan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum,
superordinat terhadap konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang
inklusif dan lebih khusus.
Perbedaan
progresif menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu,
dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan bentuk lebih
banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas
dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif.
Rekonsiliasi
integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa
menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara kumpulan-kumpulan konsep atau
proposisi. Dalam peta konsep, rekonsiliasi integratif ini diperlihatkan dengan
kaitan-kaitan silang antara kumpulan-kumpulan konsep (Dahar,1988: 162)
Selanjutnya
Novak dan Gowin memberikan suatu aturan untuk mengikuti penilaian numerik jika
skoring dipandang perlu. Pertama, skoring didasarkan atas preposisi yang valid.
Kedua, untuk menghitung level hirarkis yang valid dan untuk menskor tiap level
sebanyak hubungan yang dibuat. Ketiga, crosslink yang menunjukan hubungan valid
antara dua kumpulan (segmen) yang berbeda adalah lebih penting daripada level
hirarkis, karena mungkin saja ini pertanda adanya penyesuaian yang integratif.
Keempat, diharapkan siswa dapat memberikan contoh yang spesifik dalam beberapa
kasus untuk meyakinkan bahwa siswa mengetahui peristiwa atau obyek yang
ditunjukan oleh label konsep.
G. Tahap-tahap Pengajaran Langsung dalam Melatihkan Strategi
Belajar
Tahap 1
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Memotivasi siswa.
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Memotivasi siswa.
Tahap 2
1. Secara klasikal menjelaskan strategi menggaris bawahi dan pemetaan konsep.
2. Memodelkan strategi Mengaris bawahi dan membuat peta konsep.
1. Secara klasikal menjelaskan strategi menggaris bawahi dan pemetaan konsep.
2. Memodelkan strategi Mengaris bawahi dan membuat peta konsep.
Tahap 3
Melatihkan siswa menggunakan strategi menggaris bawahi dan pemetaan konsep dibawah bimbingan guru.
Melatihkan siswa menggunakan strategi menggaris bawahi dan pemetaan konsep dibawah bimbingan guru.
Tahap 4
1. Memeriksa pemahaman siswa terhadap strategi menggaris bawahi dan pemetaan konsep
2. Memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap strategi menggaris bawahi dan pemetaan konsep.
1. Memeriksa pemahaman siswa terhadap strategi menggaris bawahi dan pemetaan konsep
2. Memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap strategi menggaris bawahi dan pemetaan konsep.
Tahap 5
Melatih sisawa untuk menerapkan strategi belajar menggaris bawahi dan membuat peta konsep secara mandiri.
Melatih sisawa untuk menerapkan strategi belajar menggaris bawahi dan membuat peta konsep secara mandiri.
Tahap 6
1. Mengevaluasi tugas latihan menggarisbawahi dan membuat peta konsep.
2. Membimbing siswa untuk merangkum pelajaran
1. Mengevaluasi tugas latihan menggarisbawahi dan membuat peta konsep.
2. Membimbing siswa untuk merangkum pelajaran
H. ciri-ciri
1.
ciri-ciri peta konsep
sebagai berikut:
1)
Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi.
2)
Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi
atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yangmemperlihatkan
hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep.
3) Ciri yang ketiga
adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua
konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang
lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain.
4) Ciri keempat
adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep
yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.Jadi
dapat disimpulkan bahwa peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui alur
pembelajaran atau materi apa saja yang akan dipelajari, dapat menetukan posisi
pengetahuan yang telah dimilikiPeserta diklat dalam pemahaman materi.
·
i.
Manfaat Mind Mapping, diantaranya:
1. Secara umum :
* Melihat gambaran “keseluruhan”
* Mengingat dengan baik
* Menjadi lebih kreatif
* Mudah membuat detail rencana
* Memudahkan berkomunikasi
* Menghemat waktu
* Memecahkan masalah
* Mudah Berkonsentrasi
* Mengatur dan menjernihkan fikiran
* Dapat tetap bertahan hidup!
2. Untuk pelajar/siswa
* Belajar lebih cepat dan efisien
* Belajar dengan lebih mudah
* Belajar lebih menyenangkan
* Lulus ujian dengan nilai-nilai baik
1. Secara umum :
* Melihat gambaran “keseluruhan”
* Mengingat dengan baik
* Menjadi lebih kreatif
* Mudah membuat detail rencana
* Memudahkan berkomunikasi
* Menghemat waktu
* Memecahkan masalah
* Mudah Berkonsentrasi
* Mengatur dan menjernihkan fikiran
* Dapat tetap bertahan hidup!
2. Untuk pelajar/siswa
* Belajar lebih cepat dan efisien
* Belajar dengan lebih mudah
* Belajar lebih menyenangkan
* Lulus ujian dengan nilai-nilai baik
J. 6 tips untuk maping value stream
1 / Mengidentifikasi langkah-langkah dasar sebelum proses konduksi Anda walkthrough / workshop
Hal ini membantu aliran nilai Anda Tim Pemetaan terbiasa dengan proses dan memahami tingkat detail yang akan ditangkap
2 / Identifikasi kebutuhan data sebelum lokakarya
Pakar Dimulai dari titik satu untuk setiap langkah dalam proses setuju persyaratan ukuran / data - ini akan membantu mengurangi kebingungan dan menjamin kelangsungan selama lokakarya
3 / Jauhkan peta sederhana
Ingatlah bahwa tidak ada peta nilai sempurna aliran dan Anda harus berangkat untuk menangkap semua informasi yang memadai
4 / Walk proses
Sebelum, selama atau setelah itu tidak masalah - berjalan value stream Anda untuk memastikan bahwa Anda memahami proses - Anda akan mendapatkan pengetahuan lebih dari proses jika Anda menyaksikan peristiwa sendiri.
5 / Peta value stream sebagai tim
Melibatkan stakeholder kunci - orang yang memahami proses dan dapat berkontribusi untuk kegiatan pemetaan - memastikan Anda memetakan seluruh proses bersama.
6 / Ajukan banyak pertanyaan
Jangan takut untuk bertanya! - Untuk mendokumentasikan proses memastikan tim meminta pemangku kepentingan yang terjadi, mengapa hal itu terjadi, apa saja masukan - apa hasilnya - ingat - value stream program pemetaan adalah data dan latihan pengumpulan informasi.
1 / Mengidentifikasi langkah-langkah dasar sebelum proses konduksi Anda walkthrough / workshop
Hal ini membantu aliran nilai Anda Tim Pemetaan terbiasa dengan proses dan memahami tingkat detail yang akan ditangkap
2 / Identifikasi kebutuhan data sebelum lokakarya
Pakar Dimulai dari titik satu untuk setiap langkah dalam proses setuju persyaratan ukuran / data - ini akan membantu mengurangi kebingungan dan menjamin kelangsungan selama lokakarya
3 / Jauhkan peta sederhana
Ingatlah bahwa tidak ada peta nilai sempurna aliran dan Anda harus berangkat untuk menangkap semua informasi yang memadai
4 / Walk proses
Sebelum, selama atau setelah itu tidak masalah - berjalan value stream Anda untuk memastikan bahwa Anda memahami proses - Anda akan mendapatkan pengetahuan lebih dari proses jika Anda menyaksikan peristiwa sendiri.
5 / Peta value stream sebagai tim
Melibatkan stakeholder kunci - orang yang memahami proses dan dapat berkontribusi untuk kegiatan pemetaan - memastikan Anda memetakan seluruh proses bersama.
6 / Ajukan banyak pertanyaan
Jangan takut untuk bertanya! - Untuk mendokumentasikan proses memastikan tim meminta pemangku kepentingan yang terjadi, mengapa hal itu terjadi, apa saja masukan - apa hasilnya - ingat - value stream program pemetaan adalah data dan latihan pengumpulan informasi.
BAB III
Penutup
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan yang telah diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Penerapan peta konsep dapat meningkatkan kreativitas berfikir mahasiswa dalam
proses pembelajaran pada mata kuliah Strategi Pembelajaran P.ai. Hal ini dapat
dilihat dengan meningkatnya kreativitas berfikir positif yang ditunjukkan
mahasiswa selama proses pembelajaran diantaranya: mengajukan pertanyaan yang
kritis, menjawab pertanyaan, memberikan solusi dan gagasan yang inovatif,
menyampaikan gagasan sendiri dan ketepatan mengumpulkan tugas. Selain itu
dengan penerapan peta konsep juga dapat meningkatkan kreativitas berfikir
mahasiswa dalam mengkaitkan setiap konsep yang telah dimiliki sebelumnya. Peta
konsep sebagai alat bantu pembelajaran memiliki sifat yang khas dan unik untuk
setiap individu yang membuatnya, hal ini sesuai dengan bagaimana seseorang memaknai
setiap konsep dengan konsep lainnya.
2. Penerapan peta
konsep dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa terhadap materi
perkuliahan yang diberikan. Dengan meningkatnya penguasaan konsep secara
langsung berdampak pada peningkatan hasil belajar mahasiswa. Hal ini
ditunjukkan dengan terjadinya perubahan ketuntasan belajar klasikal setelah
tindakan diberikan, dan peningkatan hasil belajar individual setelah tindakan
diberikan.
Peta konsep merupakan salah satu alat
bantu pembelajaran yang memberikan kemudahan dalam mengaitkan satu konsep
dengan konsep lainnya. Pembelajaran dengan peta konsep memberikan kemudahan
dalam memahami satu materi dengan pola dan gaya tersendiri yang dimiliki oleh
setiap mahasiswa. Penerapan peta konsep ini telah mampu meningkatkan
kreativitas berfikir yang harus dimiliki setiap mahasiswa selama proses
pembelajaran. Tujuan dari pentingnya peningkatan kreativitas berfikir agar
suasana pembelajaran lebih hidup dan bermakna pada setiap pertemuannya.
Penerapan peta konsep ini juga dapat
memberikan kebebasan bagi setiap mahasiswa dalam usaha memahami materi dan
mengembangkan pola pikirnya secara mandiri. Selain itu peta konsep dapat
dijadikan alat ukur mandiri bagi mahasiswa dalam penguasaannya terhadap suatu
materi. Sehingga peta konsep sebaiknya dapat selalu digunakan bagi mahasiswa
dalam usaha peningkatan penguasaan konsep.
Peta konsep dapat juga dijadikan bahan
pengantar atau batasan-batasan dalam suatu presentase perkuliahan. Sehingga
setiap pokok yang akan dibahas lebih terarah dan tidak keluar dari konteks.
Dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peneliti bahwa untuk dapat
meningkatkan kreativitas mahasiswa dan penguasaan konsep mahasiswa, maka dapat
digunakan peta konsep sebagai bahan pengantar dari proses awal perkuliahan.
Daftar Pustaka
www.
Goegle.com
Buzan.
Tony dan Barry. 2004. Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book. Interaksa:
Batam.
Buzan.
Tony. 2004. Mind Map: Untukmeningkatkan Kreativitas. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.