BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kholelitiasis adalah pembentukan batu
empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang
membentuk cairan empedu. (Brunner &
Suddarth,2001)
Batu empedu merupakan endapan satu
atau lebih komponen empedu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium,
protein, asam lemak dan fosfolipid. (Price &
Wilson,2005)
Kholelitiasis merupakan adanya batu
dikandung empedu atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi
utamanya adalah kolesterol.(Williams,2003)
Kholelitiasis merupakan suatu
penyakit yang ditandai dengan adanya
pembentukan batu di dalam
kandung empedu (Vesica Fellea) yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis
memiliki sinonim batu empedu, gallstones atau biliary calculus. Pembentukan
batu kandung empedu merupakan
gabungan dari beberapa
unsur yang membentuk suatu material yang mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu,
diantaranya dari unsur-unsur cairan empedu yang membentuk massa padat yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang
bervariasi. (Menurut Kelompok)
B. Etiologi
Empedu normal terdiri
dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam chenodeoxycholic), 22%
fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3% bilirubin. Etiologi
batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang paling penting
adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu,
stasis empedu dan infeksi kandung empedu yang menyebabkan kandungan kolestrol dalam kandungan
empedu normal meningkat drastis , selain itu juga terjadi penambahan substansi bilirubinat,
karbonat, fosfat atau asam lemak
rantai panjang sehingga
membentuk batu kolestrol dan batu pigmen dalam kandung empedu.
C. Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi 3 tahap :
1.
Pembentukan
empedu yang suprsaturasi
2.
Nukleasi
atau pembentukan inti batu
3.
Berkembang
karena bertambahnya pengendapan.
Kelarutan kolesterol merupakan
masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu Pigmen
supersaturasi batu empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam
empedu dan fosfolipid (terutama lestin) dengan kolesterol turun dibawah harga
tertentu.secara normal kolesterol tidak larut dalam media Yang mengandung
air.empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang
mempunyai inti sentral kolesterol. Dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dan
garam empedu oleh lestin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan atau kadar
asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lestin, merupakan keadaan yang
litogenik. Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol pada tingkat supersaturasi kolesterol, Kristal
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu
pengendapan pada tingkat saturasi yang lebih rendah mungkin bakteri, fragmen
parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk
dipakai sebagai benih pengkristalan klasifikasi kolelitiasis.
Pembentukan
batu empedu disebabkan oleh faktor infeksi E. Coli, sintesis asam empedu dan
kolesterol yang mengakibatkan obstruksi saluran empedu. Obstruksi ini
menimbulkan ekskresi cairan empedu ke duodenum menurun, hal ini mengakibatkan
feses pucat. Selain itu, dapat menimbulkan distensi saluran empedu yang
mengakibatkan ikterius dan panas serta teraba padat pada bagian abdomen
D. Klasifikasi
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di
klasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu
pigment dan batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu
yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung
20-50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana
mengandung <20 kolesterol.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah
keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna
dan konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu
yang terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu,
lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu
menjadi bersaturasi tinggi oleh substansi
berpengaruh (kolesterol, kalsium dan bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk
pembentukan batu. Kristal yang yang terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemudian akan bertambah ukurannya, beragregasi, melebur dan membetuk batu. Faktor motilitas
kandung empedu, biliary stasis dan kandungan empedu merupakan
predisposisi pembentukan batu empedu empedu. Berikut adalah pengklasifikasiannya :
1. Batu Kolesterol
Batu Kolestrol memiliki ciri
berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna kuning pucat
dan seringkali mengandung kalsium dan pigmen. Kolesterol merupakan unsur normal
pembentuk empedu yang bersifat
tidak larut dalam air.
Kelarutannya
bergantung pada asam-asam
empedu dan lesitin dalam empedu. Pada pasien yang menderita batu empedu akan
terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol
dalam hati sehingga resiko
pembentukan batu kolestrol semakin besar.
2. Batu Pigmen
Batu pigmen terdiri atas garam
kalsium dan salah satu dari anion (bilirubinat, karbonat, fosfat atau asam lemak rantai panjang).
Batu-batu
ini cenderung berukuran kecil, multipel dan berwarna hitam dan kecoklatan. Resiko terbentuknya batu semacam
ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis, dan infeksi percabangan
bilier. Batu pigmen
terbagi menjadi 2 yaitu :
a.
Batu
Pigmen
Kalsium
Bilirubinat (pigmen coklat).
Berwarna coklat atau
coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium-bilirubinat sebagai
komponen utama.
Batu pigmen cokelat
terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat
disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan
infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim
B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin
bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium
bilirubinat yang tidak larut
dan membentuk batu pigmen coklat.
b.
Batu
Pigmen
Hitam.
Berwarna hitam atau
hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam
yang tak terekstraksi. Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan
pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini terdiri dari derivat polimer bilirubin. Umumnya batu pigmen
hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril.
3.
Batu
Campuran
batu ini merupakan
campuran antara batu kolesterol dengan batu pigmen atau dengan substansi lain
(kalsiumdan karbonat, fosfat, garam
empedu, dan pilmitat) dan biasanya berwarna coklat tua. Batu
yang terbentuk dari campuran antara kolesterol dan pigmen, dimana mengandung
20-50% kolesterol.
E. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala dari
kholelitiasis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Rasa Nyeri
dan Kolik
Bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh
batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan mengakibatkan
infeksi. Pasien akan menderita panas
dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier
disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung
atau bahu kanan,
rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam
makan makanan dalam porsi besar.
Serangan kolik bilier semacam ini
disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar
akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus
kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan
10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan
atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga
dada.
2.
Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke
dalam dudodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu gatah empedu yang
tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning.
3.
Perubahan Warna
Urin
dan Feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal
akan membuat urin berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh
pigmen empedu akan
tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-colored”.
4.
Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga akan
mengganggu absorbsi vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Karena itu pasien dapat
memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier
berlangsung lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang
normal.
5.
Regurgitasi Gas ( Flatus
dan Sendawa)
Kolelitiasis dapat terjadi dengan
atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang
dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.
Faktor resiko tersebut antara lain:
a. Jenis
Kelamin
Wanita memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk terkena kholelitiasis dibandingkan dengan pria.
Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen
juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan
terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu
dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda karena
terjadi penurunan fungsi tubuh dan kontrol terhadap ekskresi kolesterol.
c. Berat
Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat
(seperti setelah operasi) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari
empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Riwayat
Keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kholelitiasis mempunyai resiko lebih
besar jika dibandingkan dengan orang dengan
keluarga tanpa
riwayat Kholelitiasis.
f.
Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan
resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.
g. Nutrisi
Intravena Jangka Lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu
tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan / nutrisi yang
melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu dan meningkat
dalam kandung empedu.
F. Komplikasi
Komplikasi
dari kolelitiasis diantaranya adalah :
1. Empiema
kandung empedu
Terjadi akibat perkembangan kholelitiasis akut dengan sumbatan duktus sistikus persisten
menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat disertai dengan infeksi kuman pebentuk pus.
2. Hidrops
atau mukokel kandung empedu
Terjadi akibat sumbatan
berkepanjangan duktus sitikus.
3. Gangren
Gangrene kandung empedu menimbulkan
iskemia dinding dan nekrosis jaringan berbercak atau total.
4. Ferforasi
ferforasi
lokal
biasanya tertahan dalam omentum atau oleh adhesi yang ditimbulkan oleh
peradangan berulang kandung empedu.ferforasi bebas lebih jarang terjadi tetapi
mengakibatkan kematian sekitar 30%.
5. Ileus
Batu
Empedu
Obstruksi
intestinal mekanik yang diakibatkan oleh lintasan batu empedu yang besar
kedalam lumen usus.
G. Pencegahan
1.
Berikan
informasi verbal dan tertulis kepada pasien dan keluarganya tentang hal
berikut: obat-obatan, meliputi: nama, tujuan, dosis, jadwal, tindakan
pencegahan, interaksi obat-obat dan makanan-obat, potensial efek samping.
2.
Anjurkan
pada pasien untuk rutin kontrol ke pelayanan kesehatan (puskesmas, dokter
praktik, RS). Segera lapor ke dokter bila muncul gejala : penurunan selera
makan, muntah, rasa nyeri, rasa kaku pada perut dan kenaikan suhu tubuh; karena
gejala tersebut dapat menunjukkan infeksi atau gangguan pada sistem pencernaan.
3.
Instruksikan
pada pasien dan keluarga bila muncul gejala-gejala : kuning pada kulit dan
mata, air kencing yang berwarna gelap, tinja yang berwarna pucat, gatal-gatal,
atau tanda-tanda peradangan dan infeksi, seperti rasa nyeri atau panas.
4.
Berikan
penjelasan pada klien, bahwa sebagian pasien mungkin mendapatkan “tinja yang
lembek” sehingga ia harus buang air besar 1 sampai 3 kali sehari. Jelaskan
bahwa keadaan ini terjadi akibat pengaliran getah empedu yang sedikit-sedikit
tetapi terus berlangsung melalui sambungan saluran getah empedu-usus duabelas
jari sesudah operasi pengangkatan kandung empedu. Biasanya gejala buang air
besar yang sering itu akan menghilang dalam tempo beberapa minggu hingga beberapa bulan.
5.
Fokus
pendidikan kesehatan pada klien adalah tentang diit/makanan. Anjurkan pada pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang tinggi protein (misal : tempe, kacang-kacangan, dsb)
dan rendah lemak (misal :jangan makan daging terlalu sering/banyak, kurangi mentega,
konsumsi susu yang rendah lemak, dll). Anjurkan pada pasien yang kelebihan
berat badan untuk mengurangi berat badannya segera.
H.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan Sinar-X Abdomen
Dapat
dilakukan pada klien yang dicurigai beresiko penyakit batu
kandung empedu dan
untuk menyingkirkan penyebab gejala yang lain. Pemeriksaannya hanya memiliki 15-20 % akurasi batu yang mengalami kalsifikasi
untuk dapat tampak melalui pemerikasaan ini.
2.
Kolangiogram / Kolangiografi Transhepatik Perkutan
Dilakukan melalui penyuntikan
bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena konsentrasi bahan kontras
yang disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem bilier (duktus
hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat.
Meskipun angka komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko
peritonitis bilier.
3.
ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi)
Yaitu
Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optic yang fleksibel kedalam
esophagus hingga mencapai duodenum pars desenden..sebuah kanul yang dimasukan
ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras
disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi
langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian
distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan
ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk
menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya
sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi.
4.
Pemeriksaan Ultrosonografi (USG)
Pemeriksaan
dengan USG sangat cepat dan akurat dilaporkan bahwa USG dapat mendeteksi batu
empedu dengan akurasi 95%.Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan
sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran
saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat
dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang
diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus
koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam
usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang
ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa (KMB 2 : 1207 + internet)
5.
Pemeriksaan pencitraan radionuklida
atau koleskintografi
Pemeriksaan
ini dilakukan dengan memasukan preparat radio aktif yang disuntikan intravena
.preparat itu kemudian diambil oleh preparat hepatosit dan dengan cepat
diekresikan kedalam system bilier.selanjutnya dilakukan pemindaian saluran
empedu untuk mendapatkan gambaran kandung empedu dan percabangan bilier.
6.
Kolesistografi
Untuk
penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif
murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat
dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan
ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi
pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat
mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian
fungsi kandung empedu.
I.
Penatalaksanaan
a. Therapi Konservatif
Pendukung diit : Cairan rendah lemak
Cairan Infus
Pengisapan Nasogastrik
Analgetik
Antibiotik
Istirahat
Pendukung diit : Cairan rendah lemak
Cairan Infus
Pengisapan Nasogastrik
Analgetik
Antibiotik
Istirahat
b.
Farmako
Therapi
Pemberian
asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan batu empedu
terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah
empedu. Batu yang sudah
ada dapat dikurangi besarnya, batu
yang kecil dilarutkan dan dicegah pembentukanya.
c. Pengangkatan Batu Empedu Tanpa Pembedahan
Pengangkatan batu empedu biasanya
dilakukan untuk mengeluarkan batu yang belum terangkat ketika kolesistektomi
atau yang terjepit dalam duktus koledokus.
Prosedur pertama :
denga memasukan kateter
dan jaring yang terpasang disisipkan lewat saluran T- tube atau lewat fistula
yang terbentuk pada saat insersi T-tube dan Prosedur kedua adalah dengan endoskop ERCP
d. Therapy
1. Ranitidin
Komposisi: Ranitidina HCl setara ranitidina
150 mg, 300 mg/tablet, 50mg/ml injeksi.
Indikasi: Ulkus lambung termasuk yang sudah
resisten terhadap simetidina, ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung
(Dalam kasus kolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah / anti
emetik). Perhatian: Pengobatan dengan
ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma lambung
dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
2. Buscopan (Analgetik / Anti Nyeri)
Komposisi: Hiosina N-bultilbromida 10
mg/tablet, 20 mg/ml injeksi.
Indikasi: Gangguan kejang gastrointestinum,
empedu, saluran kemih wanita.
Kontraindikasi: Glaukoma hipertrofiprostat.
3.
Buscopan
plus
Komposisi: Hiosina N-butilbromida 10 mg,
parasetamol 500 mg.
Indikasi:
Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastic pada saluran uriner, bilier, dan organ
genital wanita.NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida yang dimana kandungan osmolalitasnya sama dengan
osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh.NaCl 3 % berisi Sodium
Clorida/Natrium Clorida tetapi kandungan osmolalitasnya
lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma tubuh.
e.
Pembedahan
Kholesistektomy
Dalam
prosedur ini kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus
diligasi.ini adalah tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi
cholesistitis atau pada cholelitisis, baik akut / kronis
yang tidak sembuh dengan tindakan konservatif.
f.
Penatalaksanaan
Diet
Pada
kasus kholelitiasis
jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena
sel –sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme lemak, sehingga klien
dianjurkan /
dibatasi dengan makanan cair rendah lemak. Menghindari kolesterol yang tinggi
terutama yang berasal dari lemak hewani.
Suplemen
bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun
makanan tambahan seperti: buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak,
sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi / teh.
J.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a)
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
b) Sirkulasi
Gejala : Perubahan warna urine dan feses.
Tanda : Distensi abdomen
Teraba massa
pada kuadran kanan atas, urine gelap, pekat
Feses warna
tanah liat, steatorea.
c) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah.
Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “pembentuk gas” reguritari
berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia.
Tanda : Kegemukan, adanya penurunan berat
badan.
d) Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas berat dapat menyebar kepunggung
atau bahu kanan.
Kolik epigastrik tengah sehubungan dengan makan, nyeri mulai dan tiba-tiba
memuncak dalam 30 menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau
kaku, bila kuadran kanan atas ditekan : tanda Murphy positif.
e) Pernapasan
Tanda : Peningkatan
frekuensi pernapasan
Pernapasan
tertekan ditandai napas pendek dan dangkal.
f)
Keamanan
Tanda :
demam. Menggigil.
Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (pruritis).
Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).
g)
Penyuluhan / Pembelajaran
Rencana pemulangan : memerlukan bantuan dalam perawatan
luka/penyediaan alat (tugas perawatan dirumah).
Prioritas Keperawatan :
1. Meningkatkan fungsi pernapasan.
2. Mencegah komplikasi.
3. Member informasi tentang penyakit,
prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan Pemulangan :
1. Ventilasi/oksigenasi adekuat untuk kebutuhan
individu
2. Komplikasi dicegah/minimal
3. Proses
penyakit, prosedur bedah, prognosis, dan program terapi dipahami.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal
|
Diagnosa Keperawatan
|
(NOC)
Tujuan dan Kriteria
|
(NIC)
Intervensi
|
03-10-12
|
Ketidakefektivan Pola napas b/d nyeri,
kerusakan otot, penurunan energy / kelemahan.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam,
diharapkan Ketidakefektivan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Menunjukan status
pernafassan pentilasi tidak terganggu
- Menunjukan pola pernafasan efektif yang dibuktikan dengan
status pernafasan yang tidak berbahaya
|
Pengkajian
Pantau kecepatan, irama, kedalaman
dan usaha respirasi
Penkes
Informasikan kepada pasien dan
keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernafasan
Kolaboratif
Rujuk kepada ahli terapi dan
pernafasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis
Aktivitas
Lain
Posisikan pasisikan pasien untuk
mengoptimalkan pernafasan dan spesifikan posisi.
|
Nyeri akut b/d proses
inflamasi
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam,
diharapkan hipertermia dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Menunjukan tingkat nyeri dengan indikator berikut ini :
|
Pengkajian
- Gunakan laporan
dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi
pengkajian
- Minta pasien
untuk menilai nyeri / ketidak nyamanan dengan skala 0 -10
- Lakukan
pengkajian nyeri yang komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, awitan /
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / keperawatan
mnyeri dan faktor predisposisinya.
Penkes
Ajarkan
penggunaan perilaku manajemen stress seperti relaksasi dan distraksi
Aktivitas Lain
Bantu pasien untuk
lebih berfokus pada aktifitas daripada nyeri / ketidaknyamanan dengan
melakuklan pengalihan melalui TV, radio, tape dan kunjungan kelurga
|
|
Resiko kekurangan volume cairan tubuh b/d mual
dan muntah
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam,
diharapkan Kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
-
Keseimbangan elektrolit
dan asam basa, dibuktikan dengan indikator (berat, substansi, sedang, ringan
atau tidak ada gangguan)
-
Frekuaensi nadi dan irama
dalam rentang yang diharapkan
-
Serum dan pH urin dalam
batas normal
|
Pengkajian
Observasi khususnya terhadap
kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
Penkes
Anjurkan pasien untuk
menginformasikan perawat bila haus
Kolaboratif
Laporkan abnormalitas elektrolit
kepada dokter
Aktivitas
Lain
Tentukan jumlah cairan yang masuk
dalam 24 jam, hiyung asupan yang diinginkan sepanjang masa perawatan pasien
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kholelitiasis adalah pembentukan batu di dalam kandung
empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu
diklasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu
pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu
yang mengandung 50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung
20-50% kolesterol). Angka 10% sisanya
adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung ,20 kolesterol. Factor yang
mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan statis kandung empedu,
pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam
kandung empedu.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
dan Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah, ed.8 vol.2.Jakarta:EGC
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku
Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengus, Marilynn E
dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan ed.3.Jakarta:EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Pemula, Edisi I. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arip dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapirus:FKUI.
Marilyn E. Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC.
Sherword, Lauraale. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:EGC.
Syono, Prof. Dr. H. Slamet. 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
FKUI.
http;//anatomifisiologipress.com/empedu-manusia./